Langit mendung membentang, gelap mulai merayap menyelimuti, bahkan kilatan petir menyala disela awan hitam yang hampir menjatuhkan airnya.
Mata Indah basah, kini rahangnya terkatup menahan kesalnya, hari ini adalah keempat kalinya Indah pulang sendiri tanpa Leo, ia benci alasan yang diberi ayah dari anak yang ada dirahimnya itu.
'aku harus jemput Lita, kamu ingat pria yang memergoki kita di lantai dua puluh dua itu?! sepertinya pria itu sedang berusaha mendekati Lita, aku tidak bisa membiarkan Lita pulang bersama dengan orang itu lagi, jadi hari ini kamu naik taksi lagi, oke!' alasan Leo yang masih terngiang ditelinganya.
Indah kecewa, hatinya hancur diabaikan lagi, padahal selama ini ia sudah mencoba melakukan yang terbaik untuk bertahan, apakah anak dirahimnya masih belum cukup mampu menjadikan Leo miliknya seutuhnya, air matanya semakin deras mengalir seiring derasnya hujan yang sudah jatuh menyiram bumi saat ini.
Dengan kasar dan terburu-buru Indah menghapus air mata yang sempat membasahi pipinya setelah turun dari taksi, dengan langkah gontai Indah masuk kedalam lift untuk pulang kekamar apartemennya.
Mata melati fokus tertuju pada anak semata wayangnya yang baru saja menutup pintu, ia tahu apa yang terjadi lagi pada Indah tanpa ia harus bertanya langsung, meskipun tak ada bekas air mata dipipi anaknya, namun mata sembab yang sedikit berwarna merah cukup meyakinkan hatinya jika anaknya baru saja menangis lagi.
"kamu sudah makan? ibu baru aja selesai buat pancake coklat camilan kesukaan kamu nih" ucap Melati mencoba menahan sedihnya sambil berjalan kearah meja makan dan menunjuk kearah tumpukan pancake yang sudah tersaji di piring, meskipun sebenarnya hatinya sakit setiap melihat anaknya sendiri.
"belum, aku ganti baju dulu bu" jawab Indah dengan suara parau tanpa bisa menatap benar kearah Melati dan langsung melenggang masuk kedalam kamar.
***
"lagi! pria itu berniat untuk mengantar mu lagi?! hah... aku curiga, apa benar karena suruhan Angel orang itu terus saja mengantarmu? harusnya Angel sendiri yang mengantarmu jika memang ia berniat menolongmu" suara Leo terdengar emosi setelah ia melajukan mobilnya meninggalkan sosok lelaki yang hampir sering ia lihat belakangan ini.
"Angel punya kesibukan sendiri, dan Alex kebetulan sedang Visit ketokoku" jelas Lita tanpa menoleh sedikitpun kearah suaminya, saat ini ia terlalu muak menatap wajah sang suami, seharusnya ia yang kesal bukan, empat hari belakangan ini Leo memang menjemputnya, dan ikut tidur disampingnya tapi ketika Lita membuka matanya dipagi hari suaminya sudah tak ada dirumah.
Dan baru semalam ia menyadari jika suaminya pergi meninggalkannya ditengah malam setelah memastikan ia tertidur, karena terlalu takut untuk bangun, Lita akhirnya memutuskan untuk memejamkan matanya sampai pagi menjelang.
"kau bisa menolak tawarannya bilang padanya aku yang akan menjemputmu, aku tak suka jika orang itu terus berusaha mendekatimu" terang Leo mengutarakan rasa cemburunya.
"harusnya kau menjagaku dengan benar jika kau takut aku dekat dengan pria lain" ucap Lita tak kalah kesal. "padahal selalu pergi gitu aja pas tengah malam" gerutu Lita dengan suara sedikit pelan.
Leo melirik kearah istrinya yang saat ini berpaling tak menatapnya.
***
"woi bro!" pekik seorang pria ber cat rambut biru langsung memeluk Alex, ketika pintu hitam itu terbuka. "kangen gue sama lu, sok sibuk banget mentang-mentang udah kerja" sambungnya sambil melepas pelukan dan menepuk punggung Alex.
"lu kan tau gue kerja dibawah pengawasan si tua sok muda itu" ucap si tuan rumah sambil melenggang masuk kedalam.
"haha iya ya big bos nya masih bokap lu, lupa gue" tawa si rambut biru sambil berjalan dibelakang mengikuti Alex situan rumah.
"rambut lu berubah lagi, sekarang cewek mana lagi yang lu kencanin?!" ucap Alex yang sudah tahu pribadi sahabatnya itu jika merubah warna rambut, sambil mengambil dua botol bir kaleng non alkohol dari dalam kulkas.
"ah ini? hehe, gue lagi deket sama single mom anak satu, nah anaknya tuh suka warna biru, jadi sebagai bukti cinta gue ke mereka berdua, ya gue cat biru deh" terang Ronald yang baru saja menjatuhkan pantatnya di sofa.
"hah... alasan konyol lu masih enggak berubah, lu nyontohin hal yang enggak baik buat anak kecil" ucap Alex sambil meletakkan dua kaleng bir ke atas meja dan langsung menjatuhkan pantatnya disofa seberang Ronald.
"tadinya gua udah cat item, eh tuh anak nonton boyband Korea, bilang salah satu personilnya mirip gue terus gue disuruh ikutin warna rambutnya juga, gue sih oke-oke aja" terang Ronald lagi sahabat Alex yang terkenal playboy itu.
Alex cuma menggeleng-geleng pelan sambil tersenyum mendengar ucapan konyol sahabatnya.
"lex, satu minggu yang lalu gue ketemu Nina lagi, dia nanyain kabar lu" ucap Ronald setelah selesai menengguk birnya.
"Nina!?" Alex mengulang nama yang disebutkan Ronald, alisnya bertaut berusaha mengingat perempuan yang disebutkan.
"iya Nina, mentang-mentang cuma satu kali coblos, lu lupain dia gitu aja" balas Ronald sambil menekankan nama yang sedikit terdengar familiar ditelinga Alex.
"dia juga nanyain kabar Lita, BTW siapa Lita?" sambung Ronald lagi dengan wajah polos tanpa tahu siapa nama yang baru saja disebutkan.
Alex mulai ingat siapa wanita yang bernama Nina itu setelah mendengar pertanyaan Ronald.
"dia ngomong apa lagi?" alih-alih menjawab tentang siapa Lita Alex malah mengajukan pertanyaan pada Ronald kemudian menengguk birnya.
"udah sih cuma nanya kabar lu doang, lu belum jawab, siapa si Lita?" Ronald mulai penasaran.
"kepo banget lu, urusin aja anak baru lu" Alex mengalihkan pembicaraan.
"aha, gue tau nih ada bau-bau mencurigakan kalau lu enggak bisa jawab" ledek Ronald seolah memberi perangkap pada Alex.
"bawel, udah abisin birnya, terus pulang gih!" ucap Alex dingin.
"lu anggap gue apa, main rahasia-rahasiaan sama gue, jangan-jangan istri orang" sambung Ronald asal bicara.
Alex diam mendengar ucapan asal sahabatnya yang tepat dugaan.
***
( 5 jam yang lalu)
"hari ini suamimu jemput lagi?" tanya Alex sambil menyusun satu persatu dus kedalam rak.
Saat ini Alex memilih membantu Lita merapikan barang yang baru saja datang tadi pagi, karena staf siang sedang makan dan staf pagi harus stand bye di floor karena toko ramai mau tidak mau Lita harus membantu pekerjaan para stafnya untuk merapikan barang.
"entahlah, mungkin..." ucap Lita malas, sambil meraih tas-tas dan menyusunnya didalam rak.
Alex menoleh kearah Lita yang berada dua langkah disampingnya dan mengamati setiap gerakannya, sejujurnya Alex sangat merindukannya saat ini, ingat terakhir kali mereka berpelukan saat di taman bermain itu.
Bahkan niatnya yang ingin mengantar Lita pulang agar bisa berduaan kandas, siapa sangka suami Lita malah menjemputnya setiap hari, dan baru sekarang ini dia bisa berduaan dengan Lita.
"Lita..." panggil Alex sambil menatap sendu kearah wanita yang mengenakan dress hitam berblazer seragam kerja.
"hem?" jawab Lita tanpa menoleh kearah yang memanggil.
"kau tak mau menatapku?" ucap Alex sambil menyandarkan tubuhkan menyamping dengan tangan bersidekap menghadap kearah Lita.
Lita melirik dan menolehkan wajahnya sedikit menatap lelaki yang terdengar hampir merajuk.
"aku merindukanmu, aku ingin memelukmu, boleh?" sambung Alex dengan suara lembut penuh harap, ia tak mau menjadi egois untuk memeluk atau mencium wanita itu dengan paksa lagi, ia ingin menjadi orang yang bisa dipercaya oleh Lita saat ini.
Lita diam mendengar ucapan Lelaki yang terlihat begitu bersinar dihadapannya saat ini, orang yang bersedia menjadi pelariannya, dan tak dipungkiri jika saat ini ia pun ingin mendapat pelukan penyemangat, mengingat betapa ketakutannya ia melewati waktu sendirian semalam tadi, dan berharap jika lelaki dihadapannya saat ini datang untuk menjemputnya, namun hal itu ia urungkan karena saat itu sudah tengah malam.
"apa... kau sungguh tak keberatan seperti ini? padahal terlihat jelas aku memanfaatkan keberadaanmu" ucap Lita.
"hem... aku tak keberatan sama sekali jika kau juga menginginkannya" balas Alex sambil berjalan mendekat kearah Lita.
Kedua tangan Alex menangkup wajah mungil wanita dihadapannya membelai lembut wajah yang selalu ia rindukan itu.