Malam itu sangat berkesan bagi Fildza, Fildza serasa mengulang kembali moment malam valentine saat ia berumur 22 tahun, Dimana hari itu adalah hari valentine yang ia rayakan dengan Tito pada saat itu. Fildza selalu terngiang - ngiang sepanjang hari. Terkadang ia tersenyum - senyum sendiri karena mengenang kejadian semalam yang ia alami bersama Tito.
Tak sadar aku sudah melamun cukup lama. Waktu sudah mulai siang. Saat itu aku pergi bekerja menggunakan transportasi umum. Aku harus berjalan sebentar untuk sampai di stasiun monorel. Tempat kerja ku memang tak jauh dari stasiun monorel, dan beruntungnya dari rumah ku juga tak terlalu jauh dari salah satu stasiun monorel. Akan tetapi aku masih suka malas untuk berjalan ke stasiun dan aku tidak begitu suka mengantri terlalu lama, memang sekarang sudah ada kartu untuk mempermudah kita menggunakan transportasi umum dengan cara mengisi kartu tersebut dengan saldo yang bisa kita beli lewat mini market atapun lewat ATM. Namun aku lebih memilih untuk menggunakan transportasi pribadi karena lebih praktis menurut ku. Hari ini berhubung Tito akan menjemput ku setelah bekerja, jadi aku memutuskan untuk menggunakan transportasi umum.
" waah hari ini begitu cerah. Saat yang baik untuk berjalan dan menggunakan transportasi umum. " Ucap ku sambil berjalan menuju stasiun.
Saat ku lihat stasiun, ternyata realita nya tidak sesuai ekspetasi Fildza. Pagi itu sangat terlihat penuh sesak orang - orang di stasiun. Dan antrian nya pun cukup panjang. Fildza kemudian menghela nafas cukup panjang.
" Hufft,,, baiklah, demi pulang dengan Tito aku rela mengantri panjang begini. " ucap Fildza yang menyemangati diri nya sendiri.
Selama ini Fildza sangat jarang menggunakan transportasi umum, karena Fildza tidak terlalu suka dengan keramaian yang sampai membuat ia tak mempunyai ruang untuk bergerak. Fildza akhirnya sampai di kantor dengan sedikit kelelahan. Fildza kemudian berpapasan dengan Bu Siska, Fildza kemudian menyapa nya dan sedikit berbincang. Fildza mampir sebentar ke ruangan Bu siska, untuk membicarakan masalah nya dengan Pak direksi baru. kemudian Bu siska mulai berbicara terlebih dahulu mengenai Pak Stevan.
" Mba Fildza, kemarin pak Stevan berbicara lewat telepon dengan saya, dan aneh nya beliau selalu bertanya mengenai mba ke saya, saya sedikit ragu menjawabnya jadi ya saya jawab aja setahu saya. " Ucap Bu siska.
" Biarkan saja bu, saya juga merasa aneh semakin hari, dia tuh selalu bertanya masalah pribadi saya. " Sahut Fildza
" Wah, bertanya masalah pribadi bagaimana maksudnya mba?. " Tanya Bu Siska penasaran.
" Ya Dia nanya, saya sudah punya pacar belum. " Jawab Fildza dengan santai.
" Waduh, jangan - jangan si Bos naksir kali sama mba. " Goda Bu siska.
" Ah gak mungkin lah bu, Bu siska bisa saja. makanya itu bu, saya minta tolong sama Ibu, untuk mengganti saya dengan yang lain soal penjelasan masalah kantor kepada Pak Stevan. " Jelas Fildza lagi.
" Tapi mbo yo ora iso toh mba, disni sing paham betul yo hanya Mba Fildza. tidak ada lagi. " Kata Bu siska dengan logat jawa nya.
" Kan ada melisa bu, coba deh dia aja. dia kan lebih cantik dari saya dan single pula. kali aja dia cocok kan sama Pak Stevan, he,,he,,he,, " sahut Fildza sambil tertawa kecil.
" Lho, Mba Fildza sudah nda single toh? " Tanya Bu Siska penasaran.
" Rahasiaaaa,,, " Jawab Fildza sambil tertawa dan meninggal kan ruangan Bu Siska.
" Owalah, masih aja toh mba main rahasia. yo wes nanti ta hubungi melisa. " balas Bu Siska.
" Oke thankyou. " Teriak Fildza dari depan pintu ruangan Bu Siska
Fildza kembali lagi ke ruangan nya dan mulai mengerjakan pekerjaannya. waktu sangat cepat berlalu hari ini, tak terasa sebentar lagi hampir memasuki jam pulang kantor. Fildza mendapat pesan dari Tito di ponselnya. Tito mengabari bahwa dia akan menjemput Fildza sedikit terlambat karena ada kemacetan di jalan.
Fildza pun membalasnya, Fildza berpesan jangan Khawatir dan dia akan menunggu Tito dan memberi emoticon heart.
Saat Fildza hendak keluar lift, ia berpapasan dengan Stevan di Lobby kantor, kemudian Fildza menyapa nya dengan sopan. kemudian Stevan mengajak Fildza untuk berbicara sebentar di ruangan nya. Tanpa berpikir panjang Fildza pun mengiyakan nya. kemudian Fildza dan Stevan kembali kedalam lift dan naik menuju ruangan Stevan, Sesampai nya di ruangan Stevan, seketika Fildza terkagum melihat Banyak sekali kelopak bunga mawar yang terhampar di lantai ruangan dan beberapa lilin berbentuk hati yang menyala dan tergeletak tak beraturan di lantai membentuk jalan setapak mengarah ke meja kerja Stevan. Bak di film romantis disaat sang pria hendak melamar kekasih nya. kemudian aku tersadar dan mulai bertanya kepada Stevan.
" mohon maaf pak sebelum nya, ini bapak habis melamar atau apa ya?. " Tanya Fildza dengan polos nya.
" Bagaimana menurut mu? Cantik bukan hiasan nya?. " Tanya Stevan sambil tersenyum.
" Can,, cantik,, sih Pak. " Jawab Fildza sedikit ragu.
" Jadi bapak panggil saya kesini hanya untuk menanyakan pendapat saya tentang dekorasi ini?. " Tanya Fildza lagi karna penasaran.
" Tentu saja tidak. " Jawab Stevan
Kemudian Stevan membuka salah satu laci yang ada di meja kerjanya, dan mengeluarkan kotak perhiasan kecil yang berbentuk hati serta berisi cincin berlian di dalam nya. Stevan berjalan menghampiri Fildza yang tengah berdiri di samping meja kerjanya.
Stevan tiba - tiba menekuk lutut kaki nya sebelah serta membuka kotak perhiasan tersebut dihadapan Fildza dan berkata
" Will You marry me? "
Tiba - tiba bulu kuduk Fildza terasa berdiri dan badan Fildza seperti lemas tak bertulang, Kaki Fildza pun terasa bergetar. Fildza pun tak bisa berkata - kata lagi. Fildza tak menyangka sama sekali bahwa seorang Direksi ditempat ia bekerja akan melamar nya seperti ini.
Tiba - tiba Ponsel Fildza berdering. Seketika Fildza tersadar dari lamunan nya. Fildza memeriksa ponsel nya dan bergegas keluar ruangan dan meninggal kan Stevan. Fildza mengangkat telepon nya dan bergegas pergi menuju lobby kantor karena Tito sudah sampai menjemputnya untuk pulang.
Setelah masuk ke dalam mobil Fildza merasa sedikit gusar, Tito yang sedari tadi memperhatikan nya merasa ada sesuatu yang terjadi kepada Fildza.
" Apakah telah terjadi sesuatu?. " Tanya Tito
" Ah, Tidak ada apa - apa. " Jawab Fildza singkat
" Kamu seperti sedang memikirkan sesuatu. apakah ada yang sedang mengganggu pikiran mu? " Tanya Tito lagi dengan penasaran.
" Ti,, ti,, tidak. Hanya saja aku sedikit lelah hari ini. " kata Fildza menyangkal.
" Baiklah kalau begitu. nanti langsung istirahat saja ya. " ucap Tito sambil mengelus kepala Fildza.
" Oke. " Jawab Fildza singkat
Tito merasa ada sesuatu yang terjadi dengan Fildza, namun Fildza masih enggan memberitahu nya. Akan tetapi Tito bersabar dan menunggu sampai Fildza bisa bercerita kepadanya. Sesampai nya dirumah Fildza tidak seperti biasanya, ia bergegas masuk ke kamar nya tanpa menyapa. Ayah dan Ibu nya yang saat itu sedang menonton televisi dilewati nya begitu saja. Ibu nya pun berteriak memanggil Fildza namun Fildza tidak menggubris nya. Fildza masih terlihat begitu shock karena perlakuan Stevan.
Ah, apa yang terjadi hari ini sangat random sekali untuk ku. Bisa bisanya si Stevan itu melamar ku begitu saja. Dan tadi juga terlihat ia sangat penuh persiapan. Memang, Aku sempat terpesona sedikit. Tapi gila juga sih. Dan bodoh nya lagi karna aku terlalu gugup aku meninggal kan begitu saja, apakah itu sudah termasuk penolakan dari ku? AaaaRrgkkh,,,,
Harus kah ku menghubungi Stevan dan meminta maaf padanya,,, ah tidak. Itu akan sangat canggung. Apa yang harus ku lakukan,,,,,,
Fildza terus menerus berbicara dengan diri nya sendiri. Dia memutuskan untuk merahasiakan hal ini kepada Tito, karena ia tidak ingin melihat Tito marah kepadanya.
Ke esokan hari nya,,
Hari ini hari sabtu dimana banyak sekali pasangan - pasangan yang pergi untuk berkencan, tidak hanya pasangan kekasih, banyak juga orang tua muda yang mengajak buah hati nya yang masih balita untuk sekedar pergi ke pusat perbelanjaan atau pergi ke taman untuk menghirup udara segar atau piknik.
Hari itu Tito mengajak ku untuk pergi berkencan, ini termasuk hal yang baru yang tidak pernah ku lakukan dengan benar. Karena aku belum lama berhubungan secara resmi seperti ini. Pagi itu aku mendengar suara ibu ku memanggil dari balik pintu kamar ku.
" Fildza, ayo sarapan. Ayah mu sudah menunggu dari tadi. " teriak ibu Fildza dari ruang makan.
" Ya,,, aku segera datang. " sahut Fildza dari kamar nya
Fildza keluar kamar nya dan ia langsung memeluk ayah nya. Fildza sangat dekat dengan ayah nya dibanding ibu nya. Fildza sangat menuruti perkataan ayah nya. Dahulu pepatah pernah mengatakan bahwa anak putri akan lebih dekat dengan ayah nya dibanding ibu nya, begitu pula sebalik nya.
" Ayah,,, aku sangat rindu. Bagaimana keadaan nenek? Apakah sudah membaik? " Tanya Fildza sambil memakan makanan nya.
" Ya syukurlah sudah lumayan membaik. Ayah sangat merindukan mu, jadi ayah putus kan untuk pulang. " Jawab ayah nya.
" Hmm,,, kapan kalian datang?? Apakah semalam setelah aku pulang? " Tanya Fildza
" Sebelum kamu pulang, kami sudah pulang terlebih dahulu. Bahkan kamu pulang melewati kami begitu saja tanpa menyapa. Dimana sopan santun mu. " Jawab ibu nya dengan nada sedikit mengomel.
" Serius kalian?? Maaf kan aku, mungkin aku terlalu lelah semalam. " Jawab Fildza
" Nak, kamu ingat tidak dengan anak pak broto yang pernah ibu ceritakan, anak itu sekarang sangat tinggi dan tampan dia juga lulusan luar negeri. Umur nya pun tak jauh bebeda dengan mu. Apa kamu mau ibu kenalkan? " Tanya ibu nya yang seketika bersikap manis didepan Fildza.
" Uhuk,, uhuk,, uhuk,, " Seketika Fildza tersedak.
" Pelan - pelan nak kunyah nya. " kata ayah Fildza
" Ibu,,, apa yang kau ingin kan? Aku tidak mau di jodoh kan seperti ini. Lagi pula aku sudah punya kekasih. " Jawab Fildza sambil mengunyah makanan nya
" Ah benarkah? Kapan kalian akan merencanakan pernikahan? " Tanya ibu nya lagi dengan penasaran.
" Ibuuuu,,,, sudah lah. Jangan membahas terus soal pernikahan. " Kata Fildza dengan nada sedikit kesal.
" Bu, sudah lah. Berhenti mencampuri urusan Fildza. Dia susah besar dan ia bisa memilih mana yang terbaik untuk hidup nya. " Ucap Ayah nya dengan bijak.
" Tapi kan yah,,,, " sahut Ibu nya lagi.
" Nah kan ayah saja paham. " Sahut Fildzs memotong pembicaraan ibu nya.
" Sudah,,, sudah,, jangan dibahas lagi. Ayo habiskan makanan nya. " Kata Ayah Fildza.
Mereka pun akhirnya sarapan dengan tenang tanpa keributan lagi. Setelah sarapan Fildza kembali lagi ke kamar nya dan memeriksa ponsel nya. Ternyata Tito mengirimi nya pesan bahwa ia akan menjemput nya sebentar lagi. Fildza kemudian mandi dan bersiap - siap. Tak lama kemudian ada yang membunyikan bel.
" Ting tong,,, ting tong,, " Bunyi suara bel
Ibu Fildza kemudian membukakan pintu. Dan menyuruh Tito untuk masuk.
" Eh nak Tito, ayo masuk. " Ajak Ibu Fildza begitu tahu yang datang adalah Tito
" Permisi Tante, Fildza nya ada Tante? " Tanya Tito dengan sopan.
" Ada di kamar nya. Sebentar ya tante panggil kan. " Jawab Ibu Fildza
" Fildza,,, dza,,, ada Tito nih dateng. " Teriak Ibu Fildza memanggil.
" Ya,,, sebentar lagi aku siap. " Jawab Fildza sambil berteriak dari kamar nya.
Fildza kemudian keluar dari kamar nya mengenakan dress dengan lengan panjang dan memiliki renda pada bagian dada serta panjang menutupi lutut nya dan berwarna putih. Dengan riasan natural dan rambut nya yang panjang, ia biarkan tergerai. Tito sangat terpukau melihat penampilan Fildza.
" Yuk jalan. " Ajak Fildza.
" Lho, udah pada mau jalan. Za tawarin dulu Tito minum. " Ucap Ibu Fildza
" Oh, tidak usah repot - repot tante. Tante izin ya mau ajak Fildza jalan sebentar. " Tanya Tito dengan sopan.
" Ah iya silahkan saja. Hati - hati ya. " Kata Ibu Fildza lagi.
Mereka pamit dan kemudian pergi. Tito mengajak Fildza untuk menonton pertunjukkan theater di pusat kota. Fildza belum pernah sebelum nya menonton pertunjukkan theater. Fildza hanya suka menonton di bioskop. Fildza lagi - lagi merasakan hal baru yang sebelum nya tidak pernah ia lakukan. Fildza membayangkan lagi saat terakhir mereka pergi di saat hari valentine, akan kah suasana nya berubah apabila mereka saat itu saling menyatakan cinta satu sama lain. Tito membuat hari kencan mereka sangat berwarna. Fildza tak henti - henti nya mengucap kan terimakasih kepada Tito karena telah menjadi bagian dari Hidup nya.