Hari ini Alice sedang mengemasi beberapa barang-barang miliknya yang ada di kost untuk dibawa pulang ke Bandung dengan dibantu kedua orangtuanya. Hal itu lantaran ia telah menyelesaikan bangku kuliahnya di Jakarta. Dan sekarang ia harus pulang ke Bandung, kampung halamannya dan memanfaatkan ilmunya di kota kelahirannya itu. Dia berencana ingin bekerja sambil dekat dengan keluarga.
Alice tergolong anak penurut, apapun yang diminta oleh kedua orangtuanya akan ia penuhi selagi ia mampu melakukannya. Selama kuliah ia dikenal sebagai mahasiswi yang rajin, mandiri dan pandai. Sehingga tidak mengejutkan kalau saat wisuda ia menyandang predikat cumlaude.
Kedua orangtuanya sangat bangga dengan prestasi yang diraihnya. Ayahnya bernama Salim Wiguna dan ibunya yang bernama Zubaidah sangat menyayanginya. Maklum saja Alice memang anak tunggal. Sehingga tidak heran kalau kasih sayang mereka diberikan sepenuhnya pada Alice.
Pak Salim bekerja sebagai wiraswasta dan istrinya ibu rumah tangga. Pak Salim memang sosok ayah yang tanggung jawab dan pekerja keras, terbukti dengan usaha yang tengah digelutinya sampai sekarang dengan membuka usaha toko kayu dan sembako untuk memenuhi kebutuhan anak istrinya. Alice merasa bangga punya sosok ayah yang sangat sayang dengan keluarganya. Sejak kecil Alice diajarkan untuk selalu hidup mandiri dan selalu merasa cukup dengan apa yang didapat.
Gadis yang kini menginjak usia 21 tahun menjelma sebagai gadis dewasa yang cantik dengan penampilannya yang sederhana tidak neko-neko. Tidak pernah terlihat gadis itu memakai riasan yang mencolok di tubuhnya terutama wajah, karena baginya dia lebih suka tampil apa adanya. Walau begitu dia tetap nampak cantik dengan wajah baby facenya seperti anak remaja.
"Alice ini mau dibawa pulang apa tinggal aja?" Zubaidah memegang kipas angin berukuran kecil berwarna merah muda.
"Masukkan ke tas aja mah."Alice menatap kipas tersebut.
"Udah semua ini nak?" Salim memastikan barang-barang Alice sudah dikemasi semua apa belum.
"Udah pah."Alice mengangguk sambil melihat semua barang bawaannya di dalam mobil.
"Ayo kita pulang ke Bandung." Zubaidah menatap jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 3 sore. Alice dan Pak Salim masuk ke dalam mobil.
Mereka bertolak ke Bandung menggunakan mobil. Di dalam mobil mereka hanyaa diam saja sambil mendengarkan lantunan lagu yang sengaja diputar sang ayah. Lagu yang tengah diputar tersebut adalah "Asal Kau Bahagia" yang dinyanyikan Armada. Tiba-tiba lagu tersebut mengingatkan Alice akan seseorang. Dialah Panji, laki-laki special yang diam-diam memikat hati gadis itu.
Panji adalah kekasih Alice ketika masih kuliah. Semasa kuliah, Panji selalu perhatian dengannya dan tidak sungkan-sungkan selalu membantunya ketika dirinya sedang mengalami kesulitan. Apapaun masalah yang tengah dihadapi Alice saat kuliah, Panji tidak pernah absen untuk membantunya dan memberikan semangat padanya. Menurutnya Panji adalah sosok laki-laki yang masuk kriteria yang dia cari. Dengan segala perhatiannya itu lah yang membuat Alice jatuh hati dan mau menerima Panji menjadi kekasihnya. Alice dan Panji menjalin hubungan asmara menginjak semester 3 sedangkan Panji adalah kakak tingkatnya.
Sejak semester 3 hingga mereka sama-sama lulus kuliah hubungan mereka baik-baik saja. Manis pahit, senang, susah sudah mereka lewati bersama. Alice menjalin kasih dengan Panji ketika kuliah tidak pernah diberitahukannya kepada orangtuanya. Ya Alice menjalni cinta manisnya bersama Panji dengan diam-diam.
Kini study di bangku perkuliahan telah selesai. Itu berarti dia tidak akan bisa bertemu lagi dengan Panji. Sedangkan Panji sedang bekerja di salah satu perusahaan. Di saat detik-detik terakhir ketika sedang beres-beres di kost, Panji tidak muncul untuk menemuinya untuk terakhir kalinya. Padahal dia sangat berharap Panji datang menemuinya untuk terkahir kalinya sekaligus berkenalan dengan orangtuanya. Sayangnya Panji tidak datang dan Alice merasa sedih sekali.
Sebenarnya Alice sendiri tidak sedih amat mendalam lantaran kemarin sehari sebelumnya, Panji telah menemuinya di kost untuk mengucapkan salam perpisahan diantara mereka. Di pertemuan terkahirnya itu, Alice menyempatkan untuk memberikan sepucuk surat kepada Panji yang berisi sebuah alamat rumah. Alamat rumah itu bukanlah hanya sekedar alamat tanpa ada maksud. Dia mengatakan kepada Panji kalau mau serius dengannya datanglah ke alamat rumah itu, karena rumahnya ada disitu. Seperti yang diketahui, orangtua Alice tidak mau anaknya menjalin hubungan yang tidak pasti, kalau mau serius dengannya maka harus berhadapan langsung dengan orangtuanya untuk meminta restu menikah jika memang saling mencintai.
Panji berjanji akan selalu menyimpan alamat itu hingga suatu saat nanti dia telah siap dan berani mengajak serius Alice ke hubungan yang lebih serius yaitu pernikahan sesuai keinginan orangtuanya. Tapi dengan syarat setelah dia mewujudkan impiannya menjadi pengusaha sukses. Setelah mendapatkan apa yang dicitakannya maka dia akan dengan mantap datang ke rumah Alice untuk meminangnya.
"Alice, kamu kenapa nak?" Pak Salim mengamati Alice dari kaca mobil depan sedang melamun.
"Kamu kelihatan melamun." Zubaidah menoleh ke belakang menatap Alice terlihat kaget setelah ditegur ayahnya karena melamun.
"Ng....nggak papa kok pah mah."Alice gelagapan menjawabnya.
"Jangan banyak melamun. Masih muda kok melamun." Salim menggoda Alice dengan tertawa.
"Apaan sih pah."Alice menjawab singkat sambil senyum-senyum sendiri.
"Mikirin cowok ya. Gimana kamu sudah punya cowok di kuliahan?" Salim mulai terlihat ingin tahu apakah anak satu-satunya itu sudah mempunyai cowok.
"Kalau udah punya cowok, suruh datang aja ke rumah. Biar kita bisa saling mengenal." Zubaidah mulai mengingatkan Alice.
"Ya mah. Suatu saat nanti kalau dia udah siap lahir dan batin pasti dia akan datang ke rumah Alice." Alice menjawab dengan malu-malu kucing.
"Berarti benar yah, dia sudah punya pacar." Zubaidah menatap suaminya sambil terlihat tidak percaya kalau anaknya memang benar telah memiliki kekasih.
"Ayah sama mamah akan menunggunya. Siapa namanya nak? Sudah pacaran berapa lama?." Salim menyetir sambil tersenyum mengetahui puteri satu-satunya sudah memiliki kekasih walau diam-diam tanpa sepengetahuannya. Satu sisi dia kecewa namun disisi lain dia merasa lega karena Alice tetap bisa menjaga diri dari hal-hal yang buruk terjadi selama berpacaran. Buktinya puterinya baik-baik saja sekarang.
"Rahasia."Alice memalingkan wajahnya malu.
Adzan maghrib berkumandang tepat keluarga Alice tiba di Bandung. Setelah sampai di rumah mereka langsung beristirahat karena tadi sempat macet di jalan. Setibanya di rumah Alice langsung masuk ke dalam kamar kesayangannya. kamarnya yang di design feminim banget denga cat dinding berwarna merah muda begitu pula warna sprei kasur dan tirai jendelanya juga sama. Alice merebahkan tubuhnya di atas kasur empuknya yang sudah lama ia tidak jamah hingga meninggalkan rasa rindu di benaknya.
Kring...kring...
"Sudah sampai rumah?" Pesan masuk dari Panji muncul di layar ponsel Alice. Kedua mata ALice terkesiap melihatnya.
"Sudah kok."jawab ALice sambil tiduran.
"Syukurlah. Ya sudah, istirahat sana. Aku baru pulang bekerja dan mau istirahat juga" suruh Panji. Alice hanya tersenyum-senyum saja sambil meresapi perintah Panji yang terasa romantis sekali.
"Ya, tadi kamu lihat aku pulang tadi?"
"Ya." Alice senang sekali ternyata Panji memperhatikannya dari jauh tadi.