Alesya menggulingkan punggung di atas kasur sembari berdecak kesal. mengecek hpnya apakah ada pesan dari Akala atau tidak.
Namun tetap saja nihil. Akala tak menghubunginya.
Terakhir Akala menghubunginya seminggu yang lalu itupun cuma tau perlengkapan apa saja yang harus dibawa dan Alesya hanya membaca chat itu karena itu sangat kesal kepada Akala.
"Ck, sebenarnya gue dianggep apa sih sama dia." Alesya berdecak kesal kemudian melemparkan ponselnya begitu saja.
"Kenapa sih dia selalu mentingin urusan pribadinya dan selalu menomor duakan gue. Sebenarnya gue tuh dianggap pacar ga sih sama dia. Kesel banget gue berasa ga penting banget gitu buat dia," ucap Alesya bermonolog sambil menendang bantal-bantal di sekitarnya sampai terjatuh.
Pintu kamar Alesya tiba-tiba terbuka kemudian masuklah wanita paruh baya yang meskipun sudah semakin menua namun wajah cantiknya tak pernah memudar.
"Astaga Alesya! Kamu tuh apa-apaan sih berantakin kamar segala. Cape mama tadi rapihin kamar kamu, dan kamu seenaknya berantakin lagi," omel Alvita seraya berkacak kamar pinggang.
Sementara sang pemilik kamar tersenyum tak berdosa menunjukkan kesalahan hanya giginya.
"Hehe iya nanti Alesya beresin lagi deh ma beneran. Btw mama ngapain kesini?" Alesya mencoba mengalihkan perhatian supaya sang mama tak lagi memarahi dirinya.
"Oh iya lupa mama, itu di bawah ada Akala mau ketemu kamu. Cepetan sana temuin," ucap Alvita kemudian pergi meninggalkan Alesya yang masih termenung di kamarnya.
Akala?
Dengan terburu-buru Alesya berlari menuruni tangga.
Sesampainya di tangga terakhir ia memelankan langkahnya saat melihat laki-laki yang memakai jaket berwarna abu-abu tengah menatapnya seraya tersenyum.
"Hei, apakah kamu merindukanku?" tanya Akala lembut seraya menunjukkan senyum manisnya.
Mendengar suara itu, Alesya tak kuasa menahannya dan beberapa detik kemudian ia berlari dan menabrakkan tubuhnya ke dada Akala sampai membuat laki-laki itu sedikit oleng.
Alesya terisak dalam pelukan Akala. Tak bisa dipungkiri bahwa ia sangat ingin bertemu pria dihadapannya hingga Alesya menangis dan kehabisan kata-kata di pelukan Akala.
"Jangan nangis. Nanti tambah jelek loh," ucap Akala sambil mengacak gemas rambut kekasihnya itu.
"Ish jahat banget kamu. Sebulan ini kemana aja gaada chat aku sama sekali, bahkan tadi aja ketemu kamu gamau natap aku. Jahat hiks," omel Alesya seraya melepaskan pelukannya dari Akala.
"Maafin aku yaa sayang, aku bener-bener gaada waktu luang belakangan ini karena selain ngurusin ospek sama lomba, aku juga bekerja di papa. Maafin aku ya," ucap Akala tulus seraya mengelus rambut Alesya.
"Kamu kerja?" tanya Alesya bingung.
"Sejak kapan? kok kamu ga pernah cerita sama aku," lanjutnya.
"Iya sebenarnya aku udah mau cerita ke kamu, cuma aku belum ada waktu lebih buat ketemu kamu dan aku udah kerja di perusahaan papa sejak 3 minggu yang lalu. Maaf yaa baru cerita ke kamu," jelas Akala.
Mendengar penjelasan Akala, Alesya mengerucutkan hal yang malah membuat Akalagemas.
"Ngapain monyong-monyong gitu mau aku cium?" celetuk Akala seraya terkekeh pelan.
Alesya yang merasa salah tingkah itu menyembunyikan wajahnya di dada Akala. Ia yakin pasti sekarang wajahnya sudah seperti kepiting rebus.
"Kenapa? Malu hmm?" tanya Akala sedikit meledek.
"Ih apaan. Pokoknya aku mau kita jalan-jalan malam ini kalo ngga, aku gamau maafin kamu," ancam Alesya setelah melepaskan pelukannya dari Akala.
"Siap princess nya Akalanka. Malam ini kita jalan-jalan kemanapun yang kamu mau," ucap Akala yang membuat Alesya senang.
"Oke kalo gitu aku ganti baju dulu, kamu tungguin sini bentar ga lama kok," setelah mengucapkan itu Alesya berlari menuju kamarnya. Ia tak sabar akan jalan-jalan bersama Akala setelah satu bulan lebih mereka tidak pernah bertemu.
Akala yang melihat betapa senangnya senang itu pun hanya bisa membuatnya dirawat. Benar kata Galih bahwa perempuan itu gengsinya tinggi. Buktinya Alesya tak pernah mengatakan bahwa gadis itu merindukannya, tetapi setelah bertemu, gadis itu hanya bisa menangis untuk meluapkan rasa rindunya.
Akala jadi merasa bersalah kepada Alesya.
Setelah selesai mengganti bajunya, Alesya dengan cepat menuruni tangga. Disana terlihat Akala tengah berbincang dengan mamanya.
"Seneng banget kayaknya ya yang mau nge date malem ini," celetuk Alvita yang membuat pasangan tersebut salah tingkah.
"Hehe iya tante, Akala izin bawa Alesya keluar sebentar yaa," ucap Akala meminta izin kepada Alvita.
"Iya hati-hati yaa Akala jangan ngebut, pulangnya jangan malem banget ya," ucap Alvita
"Siap tante, kami berangkat dulu yaa," pamit Akala seraya mencium punggung tangan Alvita kemudian diikuti Alesya.
***
Setelah menempuh perjalanan sekitar 25 menit, mobil Akala berhenti di depan pasar malam yang terlihat sangat ramai bukan malam minggu.
Akala mengajak Alesya memasuki kawasan pasar malam itu tanpa melepaskan genggaman tangan mereka.
Kini mereka mengantri membeli tiket untuk menaiki bianglala. Ini semua karena permintaan Alesya yang ingin melihat pemandangan sekitar kota pada malam hari melalui bianglala, dan Akala tidak bisa menolak permintaan gadisnya.
Setelah membeli tiket, mereka berdua menaiki bianglala itu yang berbentuk seperti kandang burung. Sebenarnya ini terlalu sempit untuk Akala yang memiliki tubuh jangkung, namun apapun itu akan ia lakukan demi membuat gadisnya bahagia di malam ini.
Alesya tak henti-hentinya tersenyum dan itu membuat Akala semakin jatuh dalam pesona gadis itu. Ia sangat suka senyum Alesya dan ia benci jika harus melihat Alesya menangis.
Akala berjanji bahwa hari ini adalah terakhir kali ia membuat Alesya menangis. Ia tak ingin melihat Alesya menangis lagi, apalagi itu karenanya. Akala benci itu.
Setelah puas bermain di pasar malam, Akala memutuskan untuk mengajak Alesya pulang dan kini mereka berdua sudah berada di mobil Akala.
"Padahal aku masih pengen jalan-jalan sama kamu," protes Alesya dengan wajah tertekuk dan tangan yang terlipat di dada.
"Ini udah jam 10 malem, Sya kamu harus istirahat, kan besok masih ada ospek hari kedua. Nanti kapan-kapan kita jalan lagi," ucap Akala tanpa perhatiannya dari jalanan di depan.
"Kapan-kapannya kamu tuh masih lama. Kan kamu jarang ada waktu buat aku, sekalinya ketemu malah bentaran doang," rajuk Alesya semakin menekuk wajahnya.
"Iya sayang nanti aku usahain yaa kalo ada waktu luang mau ngajak kamu jalan-jalan lagi," ucap Akala seraya mencubit pipi gadis di sebelahnya.
"Janji yaa kamu harus usahain luang waktu buat aku." Alesya menyodorkan jari kelingkingnya kearah Akala layaknya anak kecil ketika berjanji dengan sahabatnya.
Akala tertawa melihat kelakuan gadisnya itu, namun tak urung ia meraih jari kelingking Alesya dan menautkannya dengan jari kelingkingnya.
"Iya," ucap Akala kemudian menggenggam jari sayang kekasihnya itu dan menciumnya.
Alesya tersenyum malu melihat apa yang barusan Akala lakukan. Namun di sisi lain ia juga sangat senang bisa merasakan genggaman tangan Akala.
Mobil Akala berhenti di depan rumah bercat putih di hargai.
Alesya keluar dari mobil Akala setelah mengucapkan kata terimakasih kepadanya.
"Kamu gamau masuk dulu, Kal ketemu papa gitu? Kamu kan belum pernah ketemu papa aku, dan kebetulan papa aku udah pulang tuh," tawar Alesya seraya menunjuk mobil sang papa yang sudah terparkir di halaman rumahnya.
"Aku langsung pulang aja ini udah malem banget, ga enak sama orang tua kamu. Nanti kapan-kapan deh ketemu papa kamu," tolak Akala dengan halus.
"Hmm yaudah deh kamu hati-hati yaa sampai ketemu besok di kampus," ucap Alesya sambil tersenyum.
"Iya kamu langsung istirahat yaa besok masih ada ospek jadi jangan sampe sakit. Oh iya, salam buat mama papa kamu," ucap Akala yang hanya dibalas anggukan serta senyuman dari gadisnya.
"Yaudah, aku pulang dulu yaa, dadah," pamit Akala seraya melambaikan tangan ke arah Alesya.
"Iyaa dadah," jawab Alesya ikut melambaikan tangan ke arah Akala sebelum kemudian mobil laki-laki melesat dari rumah Alesya.
Alesya memandang mobil Akala yang mulai menjauh. Ia tak bisa menahan senyumnya kali ini. Alesya benar-benar bahagia karena Akala.