Kaito
"Heee?!!! gendong?!!", wajah Hanabi memerah.
"Kenapa emang? ...", tanya ku walau aku sebenar nya tahu jawaban nya.
"Malu", Hanabi memalingkan wajah nya dari ku.
Di saat yang sama seorang perempuan ikut masuk ke UKS. Aku pun menoleh dan melihat gadis yang tak asing bagi ku. Rambut hitam panjang yang di ikat pita itu tampak familiar bagi ku. Dia mengenakan kemeja putih dan rok hitam yang biasa di pakai guru di sini.
"Ka-kaito?!", tak kusangka dia tahu nama ku.
"Si-siapa ya?", aku menggaruk kepala ku dan berusaha mengingat siapa gadis itu.
"Aku ... oh ... wajar kau tak mengenal ku ... aku ada di kelas tiga SMP saat kamu masih kelas satu", jelas nya.
"Kak Renai kenal kakak ku?!", Hanabi langsung terbangun dan duduk di ranjang.
"Hanabi? dia kakak mu?!", kak Renai tampak terkejut mendengar kata kata Hanabi.
"Hmm ... dia kakak ku", Hanabi mengangguk bersemangat.
Oi? kau sebenarnya sakit gak sih?!
"Kalo gitu perkenalkan ... aku Shinobuya Renai ... mantan kakak kelas mu dan guru magang di sini", ucap kak Renai memperkenalkan diri nya.
Shinobuya? He?!
"Apa kak Renai kakak nya Shou senpai ketua OSIS itu?", tanya ku memastikan.
"Woo ... kau kenal dia ternyata ... ya aku kakak nya", kak Renai mendekat ke arah ku.
"Ano ... apa aku boleh bawa Hanabi pulang?", aku langsung berdiri dan bertanya pada kak Renai.
"Tentu ... ternyata kamu siscon ya?", ejek kak Renai.
"Hoi!! ... sembarangan aja ...", ucap ku dengan wajah kesal.
"Gimana cara nya kamu bawa dia pulang?", lanjut kak Renai bertanya.
"Aku gendong", jawab ku.
"Wah ... romantis banget kalian", ejek kak Renai.
"Kak ... aku mau pulang!!", ujar Hanabi dengan wajah kesal nya.
"Ya sudah ... aku mau ke ruang guru kalo kalian mau pulang ... sampai jumpa ...", kak Renai kembali melangkah keluar dari ruang UKS.
Dia itu guru atau anak SMA seh?!
"Ya udah ayo ...", ucap ku dengan wajah malas.
Aku pun menggendong Hanabi di punggung ku. Tak kusangka adik ku ini jadi sangat berat sejak terakhir kali aku menggendong nya seperti ini.
"Oi ... Hanabi ... kamu makan apa sih ... berat banget", ucap ku saat menuruni tangga.
"Oi tolol!!! kamu aja yang lemah", Hanabi memukul bagian belakang kepala ku dengan perlahan.
Saat hendak keluar dari gedung sekolah kami menjadi pusat perhatian para anak anak laki laki SMP ini. Mereka tampak tak percaya aku sedang menggendong Hanabi.
Sayang sekali aku tak bisa melihat wajah Hanabi yang merah karena malu itu. Tapi aku tau dia pasti memasang wajah seperti itu saat aku gendong.
Di tengah langit yang berwarna oranye. Dingin nya sore musim gugur kali ini menyelimuti kami berdua. Aku lupa Hanabi juga tidak membawa syal nya.
"Hanabi ... dingin gak?", tanya ku sembari terus berjalan dan menahan berat nya adik ku ini saat berjalan.
"Hmm ...", Hanabi meletakan kepala nya di bahu kanan ku dan memeluk ku dengan erat dari belakang.
Aku bisa melihat mata nya mulai terpejam. Dia pasti sangat lelah sampai bisa seperti ini. Aku tak pernah melihat adik ku yang ceria dan bersemangat ini kelelahan. Dia pasti berusaha sangat keras hari ini.
"Kakak besok dateng kan?", tanya Hanabi lemas dengan mata nya yang masih terpejam.
"Hmm ... dateng ... kakak juga bakal bawa temen kakak ...", jawab ku.
"Pacar kakak? ... yang rambut pirang itu?", lanjut Hanabi bertanya.
"Dari mana kamu tau?", aku tak menyangka Hanabi mengenal Ai.
"Aku liat di internet ... musim panas ini ... kan ada berita kakak lari larian sama dia ...", Hanabi mengingatkan ku pada kejadian musim panas yang tak bisa ku lupakan itu.
"Ketinggalan banget kamu ...", aku tak tahu kenapa Hanabi bisa ketinggalan berita musim panas lalu dan baru mengetahui nya sekarang.
"Aku sibuk belajar ... aku pengen ngalahin nilai bahasa kakak yang tinggi banget itu", jawab Hanabi dengan mata nya yang tertutup lemas.
Oh ... gitu ... segitu nya Hanabi berjuang selama ini ...
"Ohh ... kenapa gak bilang ke kakak ... kakak kan bisa ngajarin kamu", ucap ku tetap melanjutkan langkah ku walau kaki ku serasa ingin patah.
"Beneran!", Hanabi kembali membuka mata nya.
"Udah ... kamu istirahat dulu ... bentar lagi sampe rumah kok", ucap ku saat sudah bisa melihat gerbang rumah ku.
"Makasih kak", ucap Hanabi lemas.
Hmm ... kau kan adik ku ... dan kau satu satu nya keluarga yang sangat dekat dengan ku ... aku pasti akan merawatmu sebaik yang aku bisa.