Kaito
"Senpai?"
Suara Ame yang membuat ku terkejut dan langsung membuka mata ku. Aku melihat Ame yang masih memakai seragam SMP nya berdiri di depan ku. Tinggi nya masih tetap seperti dulu. Aku sadar aku sudah memakai seragam SMA ku dan tinggi ku jauh di atas nya.
"Senpai sudah tumbuh dewasa ya?", ucap nya melihat ku yang sudah memakai seragam SMA.
"Ame?, kenapa? ...",
"Gak usah kaget gitu ah ... kaya lihat setan aja ... haha ...", sela nya dengan sedikit tawa.
"Kata kata senpai tadi bagus ... aku tak menyangka kau bisa mengatakan hal seperti itu ...", uap nya memuji ku.
"Kata kata?",
Apa maksud nya waktu bersama Ai tadi?
"Dan senpai ... apa kau sadar salju yang menutupi hati mu itu mulai hilang?", tanya nya.
"Senpai sudah jarang melamun ... senpai sudah mulai peduli dengan teman teman mu ... senpai sudah bisa menulis novel lagi ... salju tebal mu itu mulai menipis ...", jelas nya.
"Itu juga berkat bantuan mu ...", ucap ku.
"Senpai ... apa kau siap menghadapi badai salju selanjutnya?", tanya nya.
"He?, maksudnya?", tanya ku bingung.
"Ah ... lupakan saja ... kalau gitu aku pergi dulu ya senpai? semoga cepat sembuh ...", ucap nya pamit lalu menghilang begitu saja.
"Tu-tunggu Ame ..."
Cepat sembuh?
Apa maksud nya?
Saat itu juga aku merasakan sesuatu yang basah dan dingin diletakan di kening ku. Aku pun sadar aku sedang tidur di kamar dan aku barusan bermimpi aneh lagi. Ternyata Hanabi sedang mengompres ku dengan handuk kecil.
"Ha-hanabi ... ini hari apa?", tanya ku lemas.
"Hari sabtu kak ...", jawab Hanabi mengangkat kembali ember kecil berisi air hangat yang barusan digunakan untuk mengompresku.
"Ohh ya sudah ...", ucap ku.
"Kakak ini memang aneh ... jatuh dari gedung sehat ... giliran kena hujan dikit aja langsung demam", ujar Hanabi lalu keluar dan menutup pintu kamar ku.
Apa yang terjadi selanjutnya di malam kemarin?
Kenapa aku tak bisa mengingat apapun? ...
Aku memegangi kepala ku karena merasa sedikit pusing. Disaat yang sama aku melihat novel Ame tergeletak di samping bantal ku.
"Gimana ini bisa ada di sini?", gumam ku bingung.
Aku pun mengambil nya dan membuka halaman novel itu dengan acak. Saat itu juga kertas yang dilipat kecil jatuh ke dada ku. Aku pun mengambil dan membuka nya.
愛
Ai
Isi selembar kertas itu hanya tulisan jepang Ai yang artinya cinta.
Apa maksud nya?
Saat aku ingin membaca novel nya, tepat saat itu juga mengetuk pintu kamar ku.
Tok tok tok ...
"Kaito-san ... bo-boleh aku masuk", suara gadis yang mengetuk pintu kamar ku.
Seketika aku mengenal nya, itu adalah Naya. Satu satu nya orang yang memanggil ku seperti itu. Dan logat jepang nya yang masih sangat kental.
"Masuk aja ...", ucap ku.
Saat dia membuka pintu dan melihat ku berbaring membawa novel Ame, Naya berlari ke arah ku dan merebut novel Ame dari tangan ku.
"Ima yomu na!!",(jangan dibaca sekarang!!) teriak nya memeluk novel Ame dengan erat.
"Na-nande?(Kenapa?)... bukanya kau yang memberikan novel itu?, kok aku gak boleh baca?", tanya ku bingung dan terkejut.
"Datte (karena)... pokok nya jangan di baca sekarang! ... ini belum ... detik nya ...", kata Naya meletakan novel Ame ke meja belajar ku.
"Detik? ... waktu maksud mu?", ucap ku membenarkan perkataan nya yang terdengar aneh itu.
"I-itu lah maksud ku", ucap nya dengan logat jepang yang khas.
"Iya deh ... aku nurut aja sama kamu ...", ucap ku melepas kain basah yang ada di kening ku sembari berusaha duduk di ranjang ku.
"Ano ... aku ... gak ngerti", ucap nya dengan rona merah yang keluar dari pipi nya.
"He?! ... ohh gomen gomen ...",(He?!,ohh, maaf maaf) kata ku sedikit tersenyum melihat wajah bingung nya.
"Kenapa kamu ke sini?", tanya ku.
"Oh ... etto ano ...", gumam nya sembari menyatukan kedua jari telunjuk nya di depan wajah nya.
Dasar aku tolol!, mana mungkin dia ngerti aku ngomong apa coba ...
"Kemarin ka-kau jatuh di jalan ...", ucap nya setelah sekian lama berpikir.
"Oh ... apa kau yang menolong ku?", tanya ku sedikit terkejut.
"Iya ... aku hanya ingin me-menjenguk mu ...", jawab nya terbata bata.
"Oh ... maaf ngerepotin dan arigatou(terima kasih)", kata ku berterima kasih pada nya.
"Etto ... kemana kau kemarin?", tanya Naya.
"Hmm ... aku lupa tuh ... ngomong ngomong kamu pinter juga udah lancar ngomong nya", ucap ku memuji nya untuk mengalihkan topik pembicaraan.
"Dan kau masuk di kelas mana?", lanjut ku bertanya.
"Emm ... kalo gak salah ... kelas 2A", jawab nya.
"Loh ... kita sekelas dong ... tapi kok gak pernah masuk kelas?", tambah ku bertanya pada nya.
"A-aku masih belajar bahasa kalian ... minggu depan aku baru masuk", jelas nya.