Hari ini adalah hari pertama sekolah. Pagi ini Kaito dibangunkan oleh alarm smartphone nya. Dengan wajah malas nya Kaito mandi dan memakai seragam sekolah nya. Dengan seragam yang rapi Kaito mengambil mie instan yang berada di kulkas nya dan memasak nya.
Setelah sarapan Kaito hanya meninggalkan mangkuk dan gelas berserakan di meja makan nya dan bergegas berangkat ke sekolah. Setelah keluar dan mengunci pintu rumah nya Kaito perlahan berjalan di jalan yang biasa Ia lewati.
=============
Kaito
Yah, hari sekolah sudah tiba padahal aku merasa baru kemarin liburan kenaikan kelas dimulai. Sudahlah aku hanya bisa menjalani hari ini sesuai takdir. Seseorang menepuk pundak ku.
"Pagi Kaiito"
"Hmm ... Pagi"
Aku hanya berusaha cuek menanggapi sapaan Mina. Setiap hari kami berangkat ke sekolah dengan berjalan bersama karena letak sekolah kami tak begitu jauh.
Kami berdua seringkali disangka sepasang kekasih. Karena sejak SD kami selalu berjalan bersama menuju sekolah. Dan kami berdua tak pernah berangkat bersama dengan Raku. Karena rumah nya jauh dan berlawanan dari arah rumah kami. Raku selalu naik kereta cepat setiap pagi. Dan turun di stasiun yang berada tepat di seberang jalan sekolah kami. Itu salah satu alasan kenapa Raku bersekolah di SMA Asakura. Karena Raku tak suka berjalan kaki terlalu jauh.
=============
Ketika mereka berdua sampai di depan gerbang sekolah, mereka sengaja berhenti untuk menunggu Raku yang biasa keluar dari stasiun di seberang sekolah. Dan benar saja, tak lama kemudian Raku berjalan dari stasiun dan menghampiri mereka dengan tatapan malas yang terpancar dari kacamata nya. Mereka bertiga pun masuk ke dalam gedung sekolah tepat pada waktunya .
Mereka bertiga pun masuk ke ruang kelas 2A, sesuai saat pengumuman kenaikan kelas. Saat mereka bertiga berdiri di depan kelas Kaito berkata dengan wajah kesal.
"Loh kok tempat duduk nya pasangan sih ... aku padahal pengen sendiri"
"Loh kamu baru tau? Dari dulu kan begini dan juga pasangan mu harus lawan jenis", Kata Raku.
"Hmm ... bodo amat aku pilih bangku paling depan dekat jendela!", Kata Mina lalu duduk di bangku pilihan nya.
" Kau duduk di mana Kaito?" tanya Raku.
"Hmm ... aku pojok belakang dekat jendela aja seperti biasa", jawab Kaito sembari melangkah menduduki bangku pilihanya.
Seperti tahun sebelumya Raku duduk di bangku didepan Kaito. Sesaat setelah itu bel sekolah berbunyi. Dan murid murid mulai nemenuhi kelasnya masing masing.
=============
Kaito
Hari yang membosankan dimulai. Seperti biasa aku hanya duduk diam dan memandang keluar jendela. Sesuai yang kuharapkan kursi di samping ku kosong. Karena aku tak suka duduk di samping perempuan yang tak ku kenal. Tak lama kemudian ada guru masuk yang sepertinya adalah wali kelas ini.
Itu adalah pak Kakegawa. Rambut yang rapi dilengapi dengan kacamata di wajahnya membuat dia terlihat berwibawa. Setelah kami memberi salam dan duduk kembali pak Kakegawa berkata.
"Hari ini ada murid baru yang hadir ... dipersilahkan masuk"
Karena suasana kelas mendadak menjadi ribut, aku yang menatap keluar jendela pun penasaran dan melihat siapa murid baru itu.
Mendadak aku terpaku pada gadis yang berdiri didepan kelas ku. Ternyata gadis itu adalah gadis yang sama yang ku temui saat ingin membeli peralatan sekolah.
"Namanya adalah Mirai Ai ... Kata ibunya Ai tidak berbicara semenjak adiknya meninggal" kata pak Kakegawa.
Aku pun akhirnya mengerti kenapa gadis itu tak berbicara padaku waktu itu.
"Ai kau duduk di sebelah Kaito yang di pojok belakang itu ya ...", kata pak Kakegawa seraya menunjukan jarinya ke arah ku.
Gadis itu sepertinya terkejut ketika melihat ku. Dia pun melangkah perlahan menuju bangku yang ada di samping ku. Tak seperti murid yang lain aku hanya berusaha cuek dan tetap memandang ke luar jendela.
Pelajaran pun dimulai seperti biasa. Pak Kakegawa adalah guru yang mengajar bahasa inggris. Kebetulan dalam ujian kemarin akulah yang mendapat nilai tertinggi, walau aku tak belajar sama sekali. Saat pelajaran berjalan aku hanya mendengarkan dan tatapan ku selalu tertuju pada awan yang kulihat melalui jendela kelas yang tepat berada di sampingku.
Aku sesekali melihat ke arah Ai yang samasekali tak mengeluarkan sepatah kata pun dari tadi. Hatiku semakin penasaran kenapa Ai tak mau berbicara bahkan ketika ditanya. Saat mencatat pun tiba, aku sama sekali tak mencatat dan walau pak Kakegawa melihatku dia samasekali tak memarahi ku.
Saat mataku tertuju pada langit biru yang cerah, aku mendengar suara gesekan pulpen yang kasar dari telinga kanan ku. Saat aku menoleh ke arah Ai, dia menggesekan pulpenya dengan keras di buku nya, tapi sepertinya tinta pulpen nya habis.
Aku pun menyenggol tanganya dengan siku ku dan memberikan pulpen yang aku pegang dari tadi.
"Nih ... pakai aja"
Ai menatap ku dengan mata yang sedikit berkaca kaca, lalu mengambil pulpen yang ada di tangan ku. Aku tahu perasaanya, dia panik karena dia adalah anak baru, ditambah dia tak mau bicara sama sekali.
Beberapa jam kemudian pelajaran pun selesai. Kami mengucapkan terima kasih pada pak Kakegawa dan bersiap menunggu bel istirahat. Aku hanya diam dan memandang awan dari tempat duduk ku. Suara sobekan kertas mengambil perhatian ku. Ternyata Ai menyobek kertas dari buku catatan kecil nya dan menulis kan sesuatu.
Lalu kertas itu diberikan padaku. Aku pun membaca nya. "Terima kasih, aku pinjam dulu ya?", tulisnya. Lalu aku kembali menatap nya dan berkata.
"Hmm ... ya udah".
Saat pipi nya mulai mengeluarkan sedikit rona merah, Ai memalingkan wajah nya dari ku dan mengambil novel dari tas nya, lalu membacanya. Saat bel istirahat berbunyi, murid murid lain pun mulai meninggal kan kelas.
Ai pun juga melangkah keluar dari kelas. Aku pun samasekali tak peduli. Saat istirahat aku hanya meletakan tas ku di meja sebagai alas kepalaku untuk tidur. Raku dan Mina sudah hafal kebiasaan ku itu. Mereka sesekali menggangguku saat tidur di kelas. Karena istirahat cukup lama kurang lebih 40 menit, itu sudah lebih dari cukup untuk sedikit menghilangkan rasa malasku.
Aku berpikir untuk ke toilet dan membasuh wajah ku agar tak kelihatan lelah. Saat perjalanan di lorong menuju toilet, aku berpapasan dengan Ai. Entah kenapa Ai menepuk pundak ku, aku pun menghentikan langkah ku. Aku pun menoleh dan menatap wajah nya yang terlihat memerah.
Lalu Ai hanya menggelengkan kepalanya dan berlari menuju kelas. Lalu salah satu dari sekelompok gadis yang berada di lorong berkata .
" sepertinya si bisu itu suka pada kak Kaito."
Aku hanya melanjutkan langkah ku menuju toilet. Hatiku sedikit tak nyaman mendengar seseorang berkata begitu. Entah mengapa hatiku serasa tertusuk duri duri halus, walau tak terasa sakit tapi tetap saja mengganggu.
=============
Sekolah hari itu diakhiri oleh bel pulang sekolah yang berbunyi. Sebagian murid ada yang langsung pulang, sebagian lagi menuju ke ruang klub masing masing. Tahun ini Kaito memilih klub sastra, sebelumya dia tak ikut klub apapun saat kelas 1.
Kaito melangkah dengan wajah malasnya menuju lantai dua SMA Asakura yang digunakan untuk ruangan Klub. Ketika Kaito membuka pintu ruang klub sastra, Kaito melihat Ai yang berdiri menghadap keluar jendela memandang langit sore hari.
Ruangan klub sastra seperti tak terawat. Dua rak buku besar yang mengapit meja yang besar di tengah ruangan itu tampak berdebu.
=============
Kaito
Saat mendengar suara pintu yang ku tutup ia terlihat terkejut dan segera duduk di bangku yang sudah ia siapkan di samping meja besar yang berada di tengah ruangan. Entah kenapa dia selalu bersikap aneh ketika melihat ku.
Aku pun mengambil bangku yang terletak di ujung ruangan dan aku meletakan tas ku di bawah kursi dan duduk berseberangan dengan Ai. Aku pun mengambil novel acak dari rak buku yang ada di ruangan klub. Dan kembali duduk untuk membaca nya.