"Lagi, dan lagi. Kapan kita bisa selangkah lebih maju dari mereka? Kalian selalu tertinggal dan tidak kreatif sama sekali. Apa seperti ini cara kerja kalian, huh?"
"Aiish...kalian ini benar-benar. Keluar semua !!". Arthur menumpahkan kekesalannya pada tim perencanaan dan pengembangan di perusahaan miliknya. Arthur Chan adalah seorang CEO StarShip Entertainment, salah satu perusahaan hiburan terkemuka di negeri ini.
Hari ini, perusahaan saingannya, Narendra Entertainment baru saja merilis single terbaru yang langsung booming dan viral di tengah masyarakat. Single tersebut langsung menempati chart pertama di platform musik nasional. Tentunya hal tersebut merupakan pencapaian yang luar biasa bagi dunia hiburan tanah air. Arthur semakin kesal saat mengetahui pegawainya hanya duduk santai di kursi kerjanya. Mereka selalu lelet dan tidak inovatif sama sekali. Alhasil, lagi-lagi perusahaannya tertinggal dari Narendra Entertainment.
StarShip Entertainment dan Narendra Entertainment adalah dua perusahaan besar yang selalu bersaing untuk mendominasi dunia hiburan tanah air. Banyak artis papan atas yang telah mereka debutkan, salah satunya adalah Bingar Isvara. Bingar adalah salah satu artis multitalenta milik perusahaan StarShip. Bingar menjadi satu-satunya artis yang bisa menaikkan saham perusahaan setiap ia melakukan comeback.
"Beritahu produser musik untuk segera menyiapkan lagu terbaru buat Bingar. Bulan depan harus sudah kita rilis" perintah Arthur kepada Jorel, asisten pribadinya.
Bingar baru saja membuka mata saat pintu kamarnya digedor-gedor oleh sang manager. Ia merasa sangat lelah karena baru pulang syuting jam empat subuh. Bingar beranjak dari ranjang dengan rasa malas.
"Why...why...Juna?" tanya Bingar.
"Juna? Nggak sopan kamu!!" protes Juna membuat Bingar terkekeh pelan.
"Ada apa, bang? Serius banget gitu mukanya?". Bingar berjalan gontai ke dapur untuk mengambil air minum.
"Perusahaan sedang menyiapkan comebackmu bulan depan". Bingar yang masih setengah sadar langsung terkejut hingga menyemprotkan sebagian air minumnya.
"What?? Serius lo bang? Kok dadakan gini?"
"Sepertinya mereka sedang kebakaran jenggot. Karena perusahaan sebelah sudah merilis lagu terbaru. Dan tanggapan masyarakat juga sangat baik" jelas Juna.
"Bener-bener yaa, CEO satu itu. Apa dia nggak mikir, gue masih punya tanggungan drama yang belum selesai. Gilaa. Gue juga butuh libur kali, kerja mulu. Heran gue" kesal Bingar.
"Kita akan ke perusahaan dulu pagi ini, setelah itu ke tempat syuting dan malamnya ke tempat peresmian salah satu perusahaan". Juna menjelaskan jadwal Bingar hari ini dan mengabaikan kekesalan artisnya itu.
"Aarrggh...kenapa padat sekali?? Gue pengen istirahat bang!!" pekik Bingar yang tidak digubris Juna. Sudah kebiasaan Bingar setiap pagi seperti itu. Meneriakkan hal yang sama. Namun demikian, saat bekerja, ia sangat profesional dan penuh semangat.
Aksa terlihat sangat sibuk di ruang kerjanya. Ada setumpuk proposal yang membutuhkan tanda tangan dan revisi darinya. Di tengah kegiatannya itu, Radit, sekretaris pribadinya masuk ke dalam ruangan.
"Maaf, pak. Ada pak Rendra yang ingin bertemu dengan anda". Aksa menghentikan sejenak pekerjaannya. Lalu berjalan menghampiri papanya.
"Ada apa papa kesini? Semua berjalan lancar, papa tenang saja", ujar Aksa tenang setelah duduk di sofa.
"Kamu ini !!"
"Apa papa dilarang masuk di perusahaannya sendiri?" tanya pak Rendra tidak suka.
"Untuk masalah pekerjaan papa tidak khawatir sama sekali. Papa percaya kamu bisa menghandle semuanya dengan baik" lanjut pak Rendra.
"Yang papa khawatirkan itu adalah penerus di keluarga kita". Perkataan pak Rendra sukses membuat Aksa tersedak minumannya. Ia melirik sekilas papanya yang tampak serius.
"Tahun kemarin, kamu sempat bertunangan dengan pacarmu dan berencana menikah di tahun ini. Tapi apa? Kamu malah putus dengannya"
"Itu karena kita tidak berjodoh, pa" sela Aksa cepat.
"Alasan saja, kamu !!"
"Kamu itu terlalu sibuk dengan perusahaan. Jika terus-terusan begini, siapa yang mau menikah denganmu, huh??"
Aksa sangat malas membahas masalah ini. Apalagi akhir-akhir ini, papanya sering memaksanya untuk segera menikah.
"Papa tenang saja. Itu masalah gampang. Siapa perempuan yang mau menolak pesona seorang Aksa, hm?"
"Kaya, tinggi dan juga tampan" ujar Aksa percaya diri. Ia malah mendapat pukulan telak dari sang papa.
"Masalah gampang kamu bilang?! Kalau gampang, kenapa sampai detik ini kamu belum punya pasangan, huh?". Aksa hanya meringis kesakitan.
"Saya tidak berniat menikah dalam waktu dekat, pa. Karena perusahaan masih sangat membutuhkanku" ujar Aksa serius. Pak Rendra hanya bisa memijat kepalanya yang pusing.
"Kamu ini benar-benar ya. Perusahaan terus yang kamu pikirkan. Kamu tidak memikirkan regenerasi di keluarga kita? Kamu nggak mikirin papa dan mama di rumah? Papa dan mama sangat kesepian setelah kamu memutuskan untuk pindah ke apartemen. Kamu tidak memikirkan itu, kan? Papa nggak mau tahu, pokoknya tahun ini kamu harus menikah. Jika tidak, kamu akan papa copot dari jabatan CEO !!" ancam pak Rendra sebelum meninggalkan ruangan.
Aksa terlihat santai dan tenang.
"Pak, sepertinya pak Rendra serius dengan ucapannya" ujar Radit sedikit khawatir.
"Ahh...kamu tenang saja. Itu hanya gertakan biasa. Sudah sering papa mengancamku seperti itu". Aksa kembali berkutat dengan berkas-berkas di atas meja. Melanjutkan pekerjaannya yang sempat terhenti.
"Ini adalah daftar perempuan untuk kencan buta pak Aksa" ucap sekretaris pak Rendra menyerahkan selembar kertas kepada Radit.
"Ada apa lagi?" tanya Aksa saat melihat Radit yang masuk ke dalam ruangannya dengan terburu-buru. Radit menyerahkan kertas tersebut kepada Aksa.
"Sepertinya ancaman papa anda serius. Ini adalah daftar nama-nama perempuan untuk kencan buta anda". Aksa seketika membulatkan matanya.
"What? Kencan buta? Dari siapa kamu mendapatkan ini?" tanya Aksa menerima selembar kertas tersebut.
"Pak Wahyu yang memberikannya. Pak Rendra juga sudah mengatur jadwal untuk kencan buta anda. Malam ini pukul tujuh di cafe Muse"
"Malam ini saya tidak bisa. Saya harus hadir di acara peresmian salah satu perusahaan" potong Aksa cepat.
"Malam ini, jadwal anda telah dikosongkan. Pak Rendra sendiri yang akan menghadiri acara tersebut"
"Apa kamu bilang? Papa? Aiish...papa benar-benar serius kali ini" kesal Aksa.
"Sanna Sephora, 25 tahun, seorang desainer terkenal dan pemilik butik Sephora. Dia lulusan terbaik dari University of the Arts London" ujar Radit menjelaskan saat mereka sedang di dalam mobil menuju cafe Muse. Aksa mendengarkan dengan malas. Ia sangat terpaksa melakukan kencan buta ini. Yang menurutnya hanya membuang-buang waktu saja.
"Apakah tidak ada cara lain yang lebih efektif dari pada harus menghadiri kencan buta seperti ini? Sungguh ini sangat merepotkan sekali"
"Menurut saya, jika anda merasa keberatan untuk kencan buta dengan sepuluh wanita, maka terima saja perempuan pertama ini. Lagi pula dia urutan teratas yang dipilih langsung oleh pak Rendra" saran Radit.
"Yang akan menikah itu aku, bukan papa !!" ketus Aksa membuat Radit terdiam.
Di cafe Muse inilah Aksa sedang menunggu wanita pertama di daftar kencan butanya. Setelah lima menit menunggu, akhirnya datanglah seorang perempuan yang terlihat modis dan fashionable. Aksa mengamati penampilan wanita itu mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki.
"Penampilannya sungguh berlebihan sekali untuk kencan buta" batinnya.