webnovel

Adisi

Dalam istilah Kimia reaksi Adisi adalah reaksi pemutusan ikatan rangkap. (Pengubah ikatan rangkap menjadi ikatan kovalen/tunggal) Dimana di cerita ini harus bisa memilih satu dari dua orang. Karena, Tidak ada dua wanita dalam satu hati seperti halnya tidak ada dua Tuhan dalam satu kehidupan. Tak kalah menarik dari percintaan dan juga persahabatan. Tentang kekeluargaan yang begitu harmonis dalam setiap memecahkan masalah. Dari sini kalian juga akan belajar langkah apa saja yang harus kamu ambil ketika mendapatkan sebuah masalah yang kecil maupun masalah yang besar.

Ervantr · 现实
分數不夠
354 Chs

Perkenalan

Aku tau ini salahku seharusnya aku tak pernah merasakan hal aneh ini. Seharusnya aku tak pernah mengenalnya. Seharusnya aku tak pernah masuk kedalam kehidupannya. Jika, semua itu tak terjadi aku tak pernah merasakan rasa sakit yang sekarang membuatku bingung untuk memilih.

Aku Onadio Syahputra. Cowok yang biasa dipanggil Onad. Aku seorang siswa yang terlalu berharap agar cepat lulus sekolah ini. Aku bukanlah cowok yang ganteng dengan kulit putih bersih dan tidak juga memakai pomade berlebihan layaknya cowok kebanyakan.

Temanku, Nurdona Alan, mungkin dia lah yang selalu berkata hal yang sama pada ku "Nad Nad gimana mau dapet cewek? Kalo setiap bertemu sikap lo selalu dingin kaya es gitu!"

Kata-kata yang hampir membuatku gila. Temanku itu cowok ya namanya aja yang kayak cewek.

Aku yang dengan jaket berwarna hitam ini dan tampak tergesa-gesa begitu melihat gerbang sekolah akan ditutup. Tak hanya aku beberapa siswa lainnya bernasib sama denganku. Wajahku tampak bercucuran keringat di muka gerbang.

"Maaf semua, kalian terlambat. Langsung lewat gerbang depan saja yak!" Ujar seorang siswa ekstra Taruna seraya mengatur semua anak yang terlambat.

Pak Agus dengan tangan yang tertanam dipinggangnya tengah menanti deretan siswa yang tidak pernah bosan melakukan kesalahan. Didatanya setiap siswa tanpa terkecuali.

"Onaaaaadddd!" Teriaknya sesaat setelah melihat data terlambat

"I..iya pak" aku tetap tertunduk dengan keringat bercucuran di wajahku.

"Berapa kali kamu terlambat, haa?" Bentaknya "kamu pikir ini sekolah mbahmu? Jalan jongkok mengelilingi lapangan ini!" Lanjutnya tetap dengan nada tinggi.

Selepas dihukum mengelilingi lapangan aku pun beranjak menuju kelas.

Suasana kelas hari ini pun seperti biasa. Ini adalah jam kosong karena ada rapat antar guru, jadi jadwal belajar sekolah ini dikosongkan selama dua jam kedepan. Salah satu anugerah maha indah beberapa penghuni kelas.

Murid-murid memiliki kegiatannya sendiri-sendiri. Ada anak laki-laki yang berkumpul dipojok ruangan sembari melihat video satu layar ponsel yang digenggam oleh orang yang berada di tengah-tengah entah melihat apa hingga rela menyipitkan mata dalam-dalam dan mengulurkan leher panjang-panjang, ada juga sekumpulan cewe yang mendengarkan lagu Blackpink - Du du du. Dan aku pun memilih tidur dikursi yang sudah disatukan.

Setelah 1 jam lamanya tertidur aku dibangun kan oleh temanku yang bernama Dona tersebut, dia mengajakku untuk pergi ke kantin dengan teman-temanku yang lainnya biasa karena kami jarang banget untuk sarapan di rumah. Waktu diperjalanan ada seorang temanku cewek yg memanggil namaku dan ia berkata "eh nadd dicariin tuh sama anak sini cewek" ungkapnya. Dan teman-teman gerombolanku serentak teriak "cieeeee". Aku yang notabenenya cuek kayak es tidak sama sekali menanggapi berita tersebut dan langsung jalan lagi menuju ke kantin dan memesan nasi ayam atau nasi geprek karena sudah langganan disana jadi setiap hari makan nya pasti itu. Sehabis makan aku pun melanjutkan pelajaran seperti biasanya.

"Kringgggg, kring" bunyi bel pulang sudah berbunyi.

Selepas pulang sekolah aku berniat untuk jogging di sebuah lapangan, dan aku pun berniat mengajak teman ku yang bernama Andre.

"Ndree repot enggak? Jogging yuk?" Ucapku lewat sebuah media sosial.

Tak lama kemudian Andre pun membalasnya "ayoo, jam berapa?"

"Habis ini ndre ganti pakaian dulu, ketemu dilapangan langsung ya" Ucapku membalas pesan tersebut.

Sesampai nya dilapangan tersebut aku duduk di trotoar untuk memakai kaos kaki dan sepatu tentunya sembari menunggu Andre datang dan aku melihat seseorang cewek cantik sekali terlihat dingin kalau melihat cewek itu dan sikapku tak pernah begini sebelumnya, aku pun tak mengenalinya entah dia bersekolah di mana ia jogging dengan rambut yang berterbangan kesana kemari dan dihias dengan pita warna biru kelihatan sangat anggun sekali.

Dan tak lama kemudian Andre datang dan dia sudah siap dengan sepatunya, aku langsung bergegas tanya ke Andre siapa tau aja dia kenal,

"Ndre kenal anak yang pita biru itu nggak?" Ucapku ke Andre dengan nada pelan.

"Ohh itu ya aku kenal, kenapa emangnya bro?"

"Tau namanya Ndre?" Ucapku heran dengan Andre yang bisa kenal.

"Kalo nggak salah namanya Bunga, nggak jauh dari sini sekolahnya, tumben banget lu woi ngeliat sampai segitunya" kata Andre.

"Yaudah ndre kuy jogging" aku membalas Andre dengan mengalihkan pembahasan tersebut.

Aku tidak tau perasaan ini disebut apa. Saat pertama kali melihatnya. Sorot matanya yang tajam dengan bulu mata yang lentik ikut menghiasinya. Ya allah, sempurna sekali mahluk mu yang satu ini bagiku.

Rasanya aku tidak ingin memalingkan pandanganku darinya. Menatapnya rasanya surga menyenangkan. Aku tidak bisa berbuat apa-apa saat pandangku bertemu dengannya walaupun hanya melihat. Sepersekian detik rasanya seperti aku manusia yang bahagia di dunia.

Dan kemudian aku langsung bergegas ke kamar mandi dan melaksanakan sholat maghrib ya karena paksaan dari Bunda. Waktu aku sholat maghrib tiba-tiba ponsel ku berdering sangat kencang dan membuat sholatku tidak khusyu dengan batin "siapa coba maghrib-maghrib gini nelfon?"

Ternyata teman sekelasku mengajak untuk kumpul di Waroeng atau cafe seperti biasanya, sehabis sholat aku pun langsung bergegas ganti pakaian dan meminta izin Bunda untuk keluar.

Setelah sampai di Makcik Bunderan, aku pesan minuman dan duduk lesehan di hadapan sawah yang silir-silir.

"Nadd?" Mail menyenggol tanganku dengan sikunya.

Aku hanya menaikan alis karena magnet handphone lebih kuat menarikku.

"Lo liat dah" kata Mail sembari menunjuk ke arah Cafe dekat pintu masuk, "Adaa gerombolan adik kelas kita. Body goals semua cuy"

Aku tidak meresponnya dan langsung memakai earphone karena merasa benteng hobbyku mulai ada yang menghancurkan.

"Wah-wah gile tuh cewek kemari bro" Mail menyisir rambutnya menggunakan jari, "Babang Mail harus keliatan ganteng"

"Kak onadio?" Ujar seorang wanita berseragam SMA yang terbilang ketat.

"Nadd dipanggil tuh" Ujar Dona.

"Diamah manusia es, mending sama gue aja" Mail merapihkan kerah bajunya.

Wanita itu duduk disebelahku, "Aku minta nomor kakak dong"

Aku hanya meliriknya sekilas.

"Kak?" Wanita itu memegang tanganku, "Gak aku sebar kok. Buat aku doang"

"Lo ngomong sama gue?" Aku melepas earphone dari telinga.

Wanita itu mengangguk, "Iyaa, aku minta nomor kak onad, boleh?"

Aku menggeleng, "NGGAK"

Wanita itu tersenyum, "Kenapa gak boleh?"

Aku mengeraskan rahangku, "Lo bisa pergi gak?"

"Aku tuh kagum sama kakak dan aku percaya kakak gak seburuk yang mereka kira"

"Lo budek ya?" Bukannya menjawab hal baik aku malah menatapnya dengan tatapan mematikan.

"Gak boleh ya kak? Yaudah deh" Ia terbangun dan lalu kembali duduk dengan temannya.

Aku memang terkenal kejam pada wanita, melihat mata elangku saja sudah membuat wanita merasa takut. Itu yang membuat wanita tidak terlalu berani mendekatiku apalagi ditambah dengan sikap dinginku, kebanyakan dari mereka hanya bisa mengagumi diam-diam.

"Nadd, lo kenapa gak gunain komuk tampan lo sih?" Ujar Dona sambil menepuk kepalaku dengan topinya dan sukses membuat earphone yang nyangkut dileherku terjatuh. "Padahal lo bisa dapetin puluhan cewek dalam sehari"

"Bitch" Jawabku karena game yang kumainkan kalah, "Lo sih ngomul, kalah kan jadinya"

"Jaman sekarang itu cowok jelek lagi sibuk-sibuknya mainin wanita sedangkan cowok ganteng lagi sibuk-sibuknya main game" Ujar Mail sambil mengotak-atik handphonenya.

"Eleh" Desih Dona.

Kemudian aku keluar mencari makanan nasi goreng. Setelah membelah kota dalam waktu kurang lebih 60 menit aku kembali ke cafe yang biasa disebut Makcik.

"Nadd, balik lagi lu?" Tanya Mail

Aku menjawab dengan deheman lalu memilih duduk di sebelah Dona dan memainkan handphonenya.

"Anjingg, siapa sih yang nyebar nomorku ke cewek-cewek receh!" Desihku setelah melihat beberapa nomor tidak dikenal pada room chat whatsApp.

Aku sangat tidak suka kalau ada yang mengganggu privasiku, termasuk nomor handphone. Bahkan Instagram pun aku privasi dan yang aku izinkan untuk melihat hanya orang-orang yang aku kenal saja, terutama laki-laki.

"Mungkin ngambil dari grub nad" ucap Dona.

"Eh, Don tumben jam segini belum balik?"

"Ban motor gua bocor, tunggu bapak gua jemput" Jelasnya, "BTW, lu mau nginep gak?"

"Boleh"

Aku dan Dona sudah kenal sejak SD. Bapakku dan Bapak Dona merupakan partner kerja.

Tidak salah kalau Dona tau maksud kedatanganku kembali ke Cafe, pasti ia tidak ingin pulang kerumah. Pikir Dona.

Diantara teman-temanku yang lainnya hanya aku dan Dona berdua yang belum pernah pacaran.

Bukan karena tidak laku, aku dan Dona merupakan Most Wanted dikalangan remaja. Hanya saja, tidak tertarik untuk pacaran.

Bukan juga karena tidak normal. Dona termasuk lelaki alim. Ia takut untuk pacaran karena mengandung unsur kemaksiatan.

Sedangkan aku tidak ingin merasakan hal itu karena merasa pacaran hanya buang-buang waktu saja.

Tapi siapa sangka kalau takdir berkata lain?

Tak lama kemudian Darko, Bapak Dona datang dengan mobil sedan hitamnya.

"Pak, Onad mau nginep katanya" ujar Dona sambil membuka pintu mobil.

"Apaan sih jelas-jelas lo yang ngajak" Bantahku yang kini duduk didalam mobil.

Sesampainya dirumah Dona, "Udah tidur sana besok sekolah kan?" Ucap Bapak Dona

"Baik bos" Jawab mereka bersamaan dan melangkah ke kamar.

"Nadd, lu kenal Catrie gak? Yang sexy dancer itu" ucap Dona sambil memperlihatkan foto handphonenya.

"Nggak" Jawabku yang sudah terbaring diatas kasur.

"Dia nembak gue njir"

"Terus?"

"Mentok Nadd"

"Belok lah, susah amat"

"Onadd gue serius"

"Guanya NGGAK"

"Fuhhh" Dona menghelakan nafas berat, "lu tau kan gua gak mau pacaran? Tapi kalo gua tolak dia, gua takut kayak Mia, hampir bunuh diri cuma karena gua gak mau jadi pacar dia" Jelasnya yang kini sudah tidur disamping Onad.

"Cihh, mikirin amat"

"Lo kalo nolak cewek gimana?" Tanyanya yang masih sibuk mengotak-atik handphonenya "Eh iyaa lupa, setiap cewe yang ngedeketin lu kan lu cuekin, gak pernah lu respon, kenapa sih nad?"

"Tidur seh udah malem, gak usah maksa mata lo buat nunggu balesan dia. Inget lo bukan siapa-siapanya" Jawabku sambil menutup muka dengan selimut.

"Lo jadi sobat gak ada baik-baik nya amat sih!" Gerutu Dona, "Gua butuh temen curhat"

"Simple. Lo suka ya perjuangin. Gak suka ya tinggalin," Jawabku sinis, "Cinta gak ngajarin caranya ngemis"

"Onadd, kalo gua gak ada rasa tapi dia maksa gua buat buka hati gimana?".

"Onadd"

"Onadiooo!"

"Woyy, tidur lu? Ah gak seru!"

Aku yang berpura-pura tertidur merem dan akhirnya bisa tidur beneran.

Ahh hari yang melelahkan.