Guru laki-laki yang berperan sebagai wasit itu menghela napas lega, lalu memeriksa telapak tangan dan siku Andre.
Ada juga pasir yang menempel di telapak tangan kirinya, tapi itu bukan masalah yang besar karena telapak tangannya terlihat baik-baik saja. Namun, sebagian kulit di siku tangan kanan Andre terkoyak, dan pak wasit itu bisa melihat ada debu dan pasir di lukanya. Beberapa tetes darah merembes keluar dari dalam lukanya.
Sikumu terluka. Lebih baik kau segera pergi ke ruang perawatan agar kau bisa membersihkan lukamu." Setelah pak wasit memeriksa tubuh Andre dari atas ke bawah, dia berkata dengan serius ke arahnya.
"Ya." Andre menatap siku kanannya dan mengangguk setelah mendengar saran wasit.
"Pak guru, pak guru, anak laki-laki itu yang mendorong Andre sehingga dia terluka!!"
"Ya! Kalah atau menang bukanlah masalah, tapi kau tidak sportif jika kau mendorong lawanmu! Itu namanya curang"
"Dan dia sengaja mendorong Andre!!"
Tepat ketika pak wasit sedang berbicara dengan Andre, gadis-gadis yang mendukungnya telah tiba di garis finis dan berteriak ke arah wasit satu per satu.
Pak wasit menoleh dan menatap anak laki-laki yang baru saja mendorong Andre.
Anak laki-laki itu tidak tinggi dan terlihat sangat kurus. Dahinya penuh dengan keringat dan membalas tatapan pak wasit itu dengan ketus dan berkata, "Guru, saya tidak mendorongnya! Saya benar-benar tidak mendorongnya !!"
"Omong kosong! Kamu yang mendorong Andre saat dia sudah dekat dengan garis finis! Kami melihatnya!!"
Gadis-gadis langsung berteriak setelah mendengar kata-kata anak laki-laki itu.
"Tidak, aku tidak mendorongnya!!" Anak laki-laki itu menoleh ke arah mereka dan berteriak pada gadis-gadis yang berdiri di luar lintasan lari, "Di mana buktinya? Apa kalian punya bukti bahwa aku mendorongnay!?"
Semua gadis itu terdiam dalam sekejap.
"Kalian tidak memiliki bukti, kan?" Anak laki-laki itu memandang gadis-gadis tersebut dengan penuh kemenangan dan berkata, "Kalian tidak bisa mendapatkan bukti apapun. Memangnya kenapa kalian mengira bahwa aku mendorongnya? Jelas sekali bahwa dia berlari terlalu cepat, dan terjatuh saat keseimbangannya menjadi goyah. Camkan itu di benak kalian! "
"Kau..."
"Tidak tahu malu!!"
"Kau berbohong!!"
Gadis-gadis tersebut mulai memarahi anak laki-laki satu per satu.
"Hentikan saja, lagipula kalian tidak punya bukti." Anak laki-laki itu memandang mereka dengan tatapan meremehkan.
Andre melirik ke arah anak laki-laki itu dan tidak berkata apa-apa.
Tapi pak wasit memandang anak laki-laki itu dengan ekspresi tidak senan,: "Ada kamera di garis finis. Aku ingin tahu apakah kau memang mendorongnya atau tidak. Kita akan melihat tayangan ulangnya dan kita akan tahu apakah kau berbohong atau tidak!"
"Hah!?" Wajah kemenangan anak laki-laki itu berubah menjadi ekspresi kaget dalam sekejap.
"Ya. Mari kita lihat!!"
Gadis-gadis yang baru saja terdiam tanpa bukti itu segera bersorak setelah mendengar kata-kata dari pak wasit.
Nayla berdiri di belakang gadis-gadis itu dan tidak bisa melihat pemandangan di depannya. Dia benar-benar tidak memiliki pilihan selain mengandalkan tubuh mungilnya untuk menyelinap ke depan melalui celah-celah di antara kerumunan.
Setelah dia akhirnya sampai di depan lintasan, dia melihat sekilas ada bekas darah di siku kanan Andre.
"Kakak!!" Seru Nayla dengan kaget. Dia segera membungkuk dan menyelinap ke bawah tali pembatas yang mengelilingi lapangan olahraga dan berlari lurus ke arah Andre.
Setelah Andre mendengar suara Nayla, dia mengangkat kepalanya dan melihat sekilas sosok adiknya yang berlari ke arahnya.
"Kakak, lenganmu berdarah!!" Nayla bergegas mendatangi kakaknya, memeriksa luka Andre dengan tangannya yang kecil dan berkata dengan ekspresi khawatir yang memenuhi wajahnya.
"Tidak apa-apa, itu hanya luka kecil." Andre tersenyum pada Nayla dan mengusap kepalanya dengan tangan yang tidak terluka.
Meskipun...Lukanya memang terasa sakit ...
Andre diam-diam menggertakkan giginya.
Namun, Nayla berbalik dan menatap ke arah anak laki-laki yang berdiri di seberang Andre. Dia berkata dengan marah sambil menunjuk Andre, "Kaulah yang mendorong kakakku!!"
Dari mana asalnya gadis kecil ini? Pikir anak laki-laki itu dengan heran.
Dia hanya terdiam dan menatap Nayla sebentar, lalu dia mengerutkan bibir dan mengabaikannya.
"Minta maaf pada kakakku!!"
"Tidak."
"Minta maaf!!"
"Tidak."
"Cepat minta maaf !!" Nayla berteriak keras pada bocah itu. Dia tampak seperti singa kecil yang sedang mengaum dengan buas.
"Aku tidak akan meminta maaf. Memangnya apa yang bisa kaulakukan padaku?" Anak laki-laki itu berkata sambil tersenyum licik pada Nayla.
Nayla memelototi anak laki-laki itu dengan galak sebelum bergegas mendatanginya dengan cepat. Kemudian dalam sekejap dia memegang salah satu lengan anak laki-laki itu dengan kedua tangan, lalu membuka mulut dan menggigitnya dengan keras.
"Aw —— !!!"
Bocah itu tiba-tiba berteriak.
"Nayla, Nayla ..."
"Anak ini ...Ah, lepaskan!!"
Ketika Andre dan pak wasit melihat pemandangan ini, mereka bergegas maju di waktu bersamaan dan berusaha untuk menahan Nayla.
"Mmm ... Mmm ..." Namun, Nayla menggigit lengan anak laki-laki itu dengan keras dan tidak mengatakan apa-apa. Matanya yang besar dan hitam menatapnya dengan galak, dan ekspresi terlihat bagaikan singa buas yang sedang menggigit mangsanya.
"Oh, oh, oh, sakit sekali..." Lengan Bocah itu digigit dengan begitu keras oleh Nayla sehingga air matanya hampir jatuh karena rasa sakit yang luar biasa.
"Anak ini...Hei, lepaskan! Cepat!" Pak wasit juga terkejut. Gadis kecil ini terlihat cukup kecil. Tapi pak wasit tidak menyangka bahwa gadis ini memiliki kekuatan gigitan yang kuat, sehingga dia yang merupakan orang dewasa tidak bisa menariknya meskipun dia sudah berusaha menariknya sekuat mungkin.
Melihat anak laki-laki yang digigit Nayla sudah menangis, dia segera menoleh ke arah Andre dan berkata, "Apakah dia adikmu? Kau harus segera menghentikannya, cepat... Buat dia melepaskan gigitannya."
Andre melirik pak wasit, lalu menoleh dan menatap Nayla yang masih menggigit bocah itu, dan berbisik dengan lembut, "Nayla, lepaskan."
Ketika Nayla mendengar kata-kata Andre, dia ragu-ragu sejenak, tetapi pada akhirnya dia melepaskan gigitannya dengan patuh.
Pak wasit buru-buru memeriksa lengan anak laki-laki itu. Untungnya, meskipun sepertinya Naula telah menggigit anak laki-laki itu dengan keras, tetapi lengan anak itu tidak berdarah dan bisa dibilang baik-baik saja. Tapi bekas gigitan Nayla membentuk sebuah bekas berbentuk lingkaran yang terlihat sangat jelas.
"Itu karena kau tidak mau meminta maaf kepada kakakku!" Nayla berkata dengan kasar sambil menatap anak laki-laki itu dan meletakkan tangannya di pinggul setelah melepaskan gigitannya.
Bocah itu menyeka air matanya dan mengerucutkan bibirny. Dalam hati dia sangat ingin menampar Nayla, tapi dia mengurungkan niatnya dalam sekejap saat menangkap tatapan Nayla yang galak.
"Oke, oke, dia mendorong kakakmu, dan kamu sudah menggigitnya sampai puas. Sekarang aku anggap kalian impas." Pak wasit buru-buru melerai mereka dan berkata: "Siku kanan kakakmu terluka. Jadi lebih baik kau antar dia pergi untuk mencuci lukanya dengan air untuk membersihkan pasir di lukanya, dan kemudian kalian bisa pergi ke ruang perawatan sekolah untuk membersihkan lukanya agar cepat sembuh. "
"Huh." Nayla mendengus pada anak laki-laki itu, lalu menoleh dan memandang Andre dan berkata, "Kakak, ayo kita pergi untuk membersihkan lukamu."
"Ya." Andre tersenyum pasrah pada Nayla. Dia membiarkan Nayla meraih tangannya dengan patuh dan berjalan keluar dari lapangan olahraga.
Oh, Andre tidak tahu mengapa, tapi ketika dia melihat Nayla melindungi dirinya seperti singa kecil, dia merasa sangat bahagia.