lisa kecil berjalan dengan binggung, saat selesai bermain salah satu permainan di sini dirinya langsung turun mencari lokasi lain matanya berbinar senang saat tiba di depan sangkar burung yang terlihat bergitu menyenangkan bahkan berkali kali matanya menatap kagum dirinya begitu ingin naik di sana sampai lupa bahwa dia tidak seorang diri pergi ke sini
"kak lisy__" panggilan itu terhenti saat dirinya melihat kesamping tak menemukan siapapun wajah yang awalnya terlihat begitu bersemangat kini terganti dengan cemas mencari keberadaan kakaknya
"kakak" panggilnya lagi terdengar begitu ragu melihat ke sekeliling berharap menemukan kakaknya lisya sedang pergi membelikan makanan untuknya, tapi ralat dirinya menyadari kenyataan bahwa memang dialah yang meninggalkan lisya tadi sehingga kini lepas dari pengawasan kakaknya
pandangan itu mengabur, selangkah kakinya mundur ke belakang saat merasakan keramaian yang terlalu mendesak serta menyesakan, dirinya begitu takut gemetar dan cemas saat mendapati tempat yang begitu ramai.
merasa lelah dan takut lisa pun duduk berjongkok dengan kepala yang di telungkupkan di kedua lututnya menangis dalam diam
"kakak di mana, lisa takut"suara itu walau terdengar lesu tapi mampu melukiskan segala rasa ketakutan yang tengah ia alami saat ini
tapi dirinya yakin kakak lisya pasti akan datang pagi.
"are you okey?"suara berat dan sedikit serak itu pun menyapa membuat kepala lisa yang awalnya membekam kini terangkat pelan dengan mata yang sembab
"kamu siapa"tanya lisa kaget mendapati seorang lelaki tak dikenal menyapa, dirinya begitu takut kalau ternyata orang ini adalah orang yang jahat
"apa kau tersesat baby girl"bukannya menjawab lelaki itu malah mengajukan pertanyaan lain, membuat lisa semakin takut
dan hendak pergi menjauh sebelum lengan besar itu menarik pergelangan mungil nya dengan erat
"aaaaaaa..."teriak lisa terkejut dirinya benar benar takut saat ini
"jangan takut, aku akan menolongmu?" ucap suara itu cepat mencoba meyakinkan, walau terdengar ragu lisa masih mencoba untuk mempercayainya.
dengan perlahan pemberontakan itu mulai menghilang dirinya kini menatap wajah sosok itu
selang beberapa menit semuanya pun berlalu begitu saja
"jadi siapa namamu?"tanya gadis kecil itu cepat
"kau akan tau nanti"balas lelaki itu cepat
"jadi aku memanggil mu apa?"mata lisa kecil mengedip ngedip lucu saat ini mereka sedang bermain permainan yang menyenangkan bagi lisa
"terserah padamu"balas lelaki itu cepat
"hmmm"mencoba tampak berfikir keras lisa kecil terlihat begitu menggemaskan
"bagaimana kalau prince"ucap lisa kecil begitu bersemangat
"kenapa kau terfikir memanggil ku itu"lelaki itu bertanya cepat sesaat sebelum lisa kecil tersenyum lucu dan tak menyadari perubahan raut wajah menegang kaget
"kau begitu baik seperti pangeran, dan aku sering menonton film Disney, prince itu orang yang baik dan juga tampan sangat cocok dengan dirimu"jelas si kecil lisa dengan semangat menerawang semuanya.
lelaki itu sangat gemas sehingga mengacak acak rambut lisa dengan lucu.
"menurut mu aku tampan"goda lelaki itu tersenyum, walau tak mengerti lisa kecil hanya mengulum senyuman manis nya dan mangangguk angguk pelan
"tapi, aku tidak memiliki princess, bagaimana kalau kau yang menjadi princess ku"sahut lelaki itu lagi dengan cepat bahkan perempuan itu kembali menggedipkan mata lucu, dirinya sangat polos
di dalam fikiran seorang lisa kecil menjadi princess itu sama seperti di film film Disney yang mana seorang putri cantik memakai gaun dan juga mahkota indah di dalam sebuah kerajaan, bukankah selama ini kehidupan seperti itulah yang dia jalani, tentu saja lisa kecil mengangguk dengan semangat
"baiklah, tapi selama ini aku memang seorang princess dan apa bedanya menjadi princess mu?"jawab lisa setuju kemudian memberikan kalimat lain lagi, lelaki itu fikir princess yang di maksud bukanlah seperti putri dalam kerajaan melainkan dalam keluarga
"dengan menjadi istriku,maka kau akan menjadi princess ku sepenuhnya"balas lelaki itu cepat menatap mata lisa dalam, membuat yang di tatap merasa binggung karena memiliki pemikiran yang sangat polos
"istri"kalimat terdengar ambigu itu kembali terucap dari bibir mungil itu
"iya"sahut lelaki itu cepat, mengganggap anak di hadapannya ini mengerti
"apa itu istri, aku baru mendengar kalimat ini, dan mengapa untuk menjadi princess dirimu, aku harus menjadi istri mu dulu"ucap lisa cerewet mencurahkan segala kebingungan yang ia rasakan, terdengar aneh memang tapi ini lah kenyataan dirinya memang tidak mengerti banyak hal berbaur percintaan, karena hal itu sangat dijauhkan dari jangkauannya
merasa gemas lelaki itu mencubit dan menggacak rambutnya
'cup' satu kecupan mendarat di pipi tembam lisa
mata lisa mengedip lucu masih tak faham, hal itu sama seperti yang lisya ayahanda dan ibunda seringkali lakukan padanya tapi
'cup' satu kecupan lagi mendarat sekilas di bibir mungil nya membuat perempuan itu merasa terkejut
"apa yang kau lakukan" bertanya dengan wajah binggung
"memberikan dirimu upacara penobatan, sebagai hari resmi dirimu menjadi princess ku"balas lelaki itu cepat tersenyum malu, bukan lisa yang blushing malah lelaki itu yang blushing
"memang harus seperti itu ya?" mata lisa berbinar binar
"tentu saja"balas lelaki itu cepat terkekeh dalam diam, dirinya begitu senang bisa mengelabui anak kecil cantik ini
"kalau begitu nanti kalau ada orang yang ingin menjadikan lisa princess nya maka dia harus melakukan hal seperti tadi"putus lisa kecil dengan semangat membuat lelaki itu mau tak mau marah dan kesal
"TIDAK!"bentaknya membuat lisa kecil terdiam dan binggung hampir menangis ini pertama kalinya dia di bentak, menyadari kesalahannya lelaki itu segera memohon maaf
"bukan itu maksudku, orang lain tidak boleh melakukan hal yang sama hanya aku saja yang boleh ya"ucap lelaki itu pelan meminta pengertian akhirnya lisa kecil mengangguk angguk mengerti
"good girl"pujinya mengacak pelan kepala mungil itu
****************
"kakak "panggil itu terdengar begitu ceria, membuat seorang wanita begitu cantik tertoleh walau dengan mata sembab tak dapat menutupi kecantikan yang melekat pada dirinya
"lisa"menangis bercampur lega itulah yang lisya rasakan saat tubuhnya memeluk erat sang adik
"kamu dari mana saja sayang"ucap lisya dengan cemas, karena memang adiknya seorang dirilah yang kembali ke sini sendirian
"tadi lisa main sama___"balas lisa kecil kemudian mencari sosok yang entah menghilang di mana
"sudah yang penting kamu sudah di temukan, kita pulang yuk, kakak takut nanti lisa hilang lagi"ajak lisya kemudian, setelah dia berterima kasih kepada resepsionis di taman hiburan ini karena sudah memberikan pengumuman untuk adiknya
****************
sesampainya di penginapan
kedua kakak beradik itu sedang bersantai ria menikmati makanan ringan di depan televisi yang menampilkan film
hingga bercap cakap seru di antara mereka
'lisa sayang nanti kalau kamu sudah besar jangan mudah percaya akan cinta ataupun perasaan sama siapa pun ya"peringat seseorang wanita cantik tujuh tahun lebih tua darinya, saat itu lisa baru berumur 8 tahun.
"ya kakak, tapi kapan mama dan papa mau menjemput kita"balas lisa kecil dengan suara yang lucu dan imut, membuat seseorang yang ia panggil kakak tersenyum lucu, sampai kata terakhir kalimat membuat orang itu bungkam.
"hust!! nanti pasti kita berdua akan di jemput pasti, walaupun salah satu dari kita harus tinggal, kamu harus tetap pulang dan di jemput bagaimana pun caranya"mata sosok perempuan yang di panggil lisa kakak pun menajam seakan itu adalah janji dan tekat terbesarnya.
walaupun lisa kecil tak mengerti tetapi ia mempunyai perasaan dan ia faham bahwa ini seperti kata perpisahan.
"kak lisya jangan pernah tinggalin lisa, lisa janji enggak bakal ngerengek dan nyusahin kakak lagi tapi kakak jangan tinggalin lisa ya, lisa sayang kakak, lisa enggak punya siapa siapa untuk di ajak main kalau bukan kakak"tangisan lisa pun pecah dan ia tumpahkan di baju lisya, sementara lisya melihat sang adik menangis kini mencoba menahan tangisnya, ia tidak boleh bersedih.
"ih jelek ah nangis, kayak badut di campur monyet"goda lisya pada adiknya membuat lisa kini menghentikan suara tangisannya walaupun masih sesenggukan.
"emang bisa di campur"tanya lisa kemudian membuat lisya tertawa.
"bisa lah, kan mereka kalo di gabung jadinya wajah kamu ini"mendengar jawaban lisya membuat lisa cemberut.
"ih ngambek, entar enggak dapet prince loh"lisya kembali menggoda lisa membuat sang adik yang kini berusia delapan tahun semangat bercerita.
"kak lisa bertemu sama prince tampan di sini kak"ucap lisa membuat raut wajah lisya tak terbaca sketika
"siapa lisa? kamu bertemu di mana"tanya lisya dan langsung mendekap adiknya erat erat seakan takut kehilangan permata.
"itu loh kak, orang nya ganteng banget prince nya lisa, dan lisa mau menikah sama dia kalau sudah besar nanti" jelas lisa dengan wajah berbinar binar tak kentara lisya semakin mendekap lisa erat erat seakan waktu mereka bersama tinggal sedikit lagi.
"kamu jangan mudah tertipu lisa, cukup kakak dan hanya kakak jangan kamu, ingat itu kalau kau tidak menyukai seseorang maka yang di jodohkan bersamamu, maka lakukanlah segala cara untuk membuat dia menjauh darimu, apapun"pesan lisya dan di jawab anggukan oleh lisa membuat nya tersenyum hangat, saat ini hanya lisa yang ingin lisya lindungi, seandainya waktu bisa ia putar maka ia tak akan egois kepada kedua orangtuanya