Leonna baru saja selesai membersihkan dirinya, dan mengikat rambutnya asal. Verrel terlihat duduk di atas ranjang sambil memainkan handphonenya. Saat ini semua brotherhood Family menginap di hotel keluarga Mahya. Verrel mengernyitkan dahinya saat melihat Leonna yang duduk di sampingnya dengan terkikik. "Ada apa?"
"Tidak, lucu saja membayangkan Chella memakai kado dariku." kekehnya membayangkan Chella yang memakai pakaian tarzan itu di depan Vino. Pasti terlihat sangat ganas, Leonna kembali tertawa terbahak-bahak.
"Kamu menjahilinya?"
"Tidak, Kakak suudzon saja sama istri sendiri. Aku hanya membantunya untuk memperlancar kegiatan mereka malam ini." ucap Leonna dengan santai dan mengedikkan kedua bahunya. "Kakak sedang apa?" Leonna bersandar ke pundak Verrel melihat Verrel yang sibuk dengan handphonenya.
"Hanya memeriksa email masuk."
"Kak,"
"hmm,"
"Main yuk,"
"Main?" Verrel menyimpan handphonenya kedalam laci. "Main bikin dede?"
"Idih Kakak mesum." tawa Leonna. "Bukan, gimana kalau kita main tebak-tebakan, yang kalah harus di coret pake lipstick merah. Gimana?" membuat Verrel menghela nafasnya tetapi akhirnya mengangguk setuju.
Keduanya saling berhadapan dengan sebuah lisptik merah berada di antara mereka. Mereka mulai menunjukkan jari mereka. "A, B, C, D, E, F, G, H, I, J, K, L, M. sebutkan nama buah dari huruf M," ucap Leonna.
"Mangga," tebak Verrel.
"Manggis. Satu sama." Mereka kembali melanjutkan permainan dengan tawa yang mengiringi mereka berdua. "Sebutkan nama binatang dari O."
"Orang utan," ucap Leonna langsung.
"Onta,"
"Ih apaan Onta, Unta yang ada." ucap Leonna.
"Itu kan bahasa sundanya, sah sah saja," kilah Verrel.
"Nggak sah, sini aku coret mukanya Kakak." Leonna membuka tutup lipstick.
"Tunggu dulu, oke aku mikir dulu. Oray," tawa Verrel.
"Sama saja itu bahasa sunda, nama aslinya ular." protes Leonna.
"Bisa dong De, kan tetep nama binatang,"
"Nggak Kak, udah ah waktu sudah habis." Leonna duduk di atas pangkuan Verrel untuk mencoret pipinya dengan lipstrik. "Jangan curang."
Mereka berdua kembali bermain, dan saling coret mencoret wajah. Tawa mengiringi permainan mereka, bahkan Verrel dan Leonna mampu tertawa dengan puas. "Sebutkan peralatan dapur dari huruf T,"
"Teko." ucap Verrel.
"Telolet," tawa Leonna.
"Apaan tuh Telolet?" Tanya Verrel.
"Ih Kakak kudet, kan lagi buming sekarang OM TELOLET OM," ucap Leonna.
"Aku gak ngerti," ucap Verrel hendak mencoret wajah Leonna.
"Ahh Kakak kudetaaaaaa sekaliii."
"Alay, sini coret dulu mukanya." Verrel sudah memegang lipstick.
"Muka aku sudah penuh sama coretan." protes Leonna.
"Kakak juga, sini jangan banyak ngeles" Verrel mencoret wajah Leonna kembali. Mereka yang lelah karena tertawa, sama-sama merebahkan tubuhnya di atas ranjang menatap langit langit kamar.
"Muka Kakak kayak badut,"
"Muka kamu juga mirip Jeng kelin." jawab Verrel membuat Leonna seakan mendapatkan pencerahan dan langsung menatap ke arah Verrel dengan seringainya. "ada apa?" Verrel bingung melihat ekspresi Leonna.
"Tidak apa-apa, makasih yah Kakak saying." kekehnya membuat Verrel semakin kebingungan.
Pagi itu semua keluarga sarapan bersama, di restaurant hotel. Pengantin baru datang dengan wajah bersinar dan tangan yang saling berpegangan. "Cieee yang abis enaena." celetuk Datan.
"Berisik," cibir Chella dan duduk di antara mereka.
"Gimana lingerienya? Cocok kan?" bisik Leonna.
"Nyebelin loe, Ona." cibir Chella membuat Leonna terkekeh.
"Cieciee leher abang ada tanda tanda gigitan nyamuk cantik," goda Leonna membuat Chella dan Vino memerah karena malu apalagi para orangtua ikut terkekeh.
"Bukan nyamuk cantik, tapi lebah Lonja." ucap Datan semakin membuat Chella kesal. Sedangkan si biang usil malah tertawa puas.
"Abang, semalam ketemu Tarzanwati yah." Vino mengernyitkan dahinya menatap Leonna. "Loe gak pake?"
"Gue gak mau," jawab Chella.
"Yah sayang banget, padahal lucu loe. Tarzanwati Lonja." kekeh Leonna.
"Gue berasa inget pas nikahannya si Dhika dulu," ucap Angga.
"Memang kenapa dengan Mama dan Papa?" Tanya Leonna kepo.
"Ya begitu, mereka berdua bernafsu sekali," celetuk Okta.
"Gator," tegur Thalita.
"Kamu tau Princes, leher mama kamu penuh dengan bintik bintik merah ulah serangan besar." ucap Okta.
"Itu benar Ma, Pa?" Tanya Leonna.
"Jangan di dengarkan." ucap Thalita mengelak.
"Kisah mereka berdua kan penuh ujian dan rintangan, apalagi terpisah selama 10 tahun jadi pasti Papamu melampiaskan segalanya," celetuk Seno.
"Biang gossip," ucap Dhika.
"Gak sadar umur," timpa Thalita dan mereka hanya terkekeh saja.
"Oh iya, semuanya, Leonna ngidam." ucapan Leonna membuat semuanya menatap ke arah Leonna
"Kamu ngidam apa Sayang?" Tanya Verrel bersemangat, sedangkan seringai jahil tercetak di bibir mungil Leonna
"Hati gue bergetar, gue yakin ini tidak akan baik untuk jiwa raga gue." ucap Datan
"Lebay," timpal Adrian.
"Aku ngidam dan ingin para pria yang mengabulkannya kecuali Leon, abang Vino dan Adrian."
"Kenapa begitu?" pekik Datan.
"Karena kemarin kalian yang membuat aku gundah gulana, siang dan malam menangis seperti orang bodoh." ucap Leonna. " pokoknya Leonna pengen ngidam, dan kalian harus mengabulkannya." rengek Leonna.
"Ini pasti ngidam oplas." ucap Okta.
"Mencurigakan," cibir Datan.
"Aku ingin para papa brotherhood, kak Verrel, kak Percy, dan kunyuk Datan." Ucap Leonna. "Aku ingin kalian semua berdandan ala Jeng Kelin memakai daster merah dan menyimpan bola di perut kalian. Judul ngidamnya Jeng Kelin hamil."
DEG
Oho oho ... Berbagai ekspresi mereka tunjukan, sedangkan para wanita tertawa puas. "Astaga, kenapa ngidam anak dan emaknya aneh aneh sih." gerutu Okta.
"Come on Dad, daddy juga salah disini. Aku ingin kalian memakai kostum itu dan bertanding bola. Tetapi sebelum itu, kalian harus hitungin ada berapa biji beras di dalam gelas." Ucap Leonna sangat bersemangat. "Ini ngidam debay aku."
"Astaga Princes, kamu tidak salah?" Tanya Dhika.
"Aman aman," Vino, Leon dan Adrian mengusap dadanya senang.
"Loe gila ona, loe mau buat imej gue ancur di depan para reader," keluh Datan.
"Kalau gak mau nurutin, Leonna mogok makan, titik." Leonna melipat kedua tangannya di dada.
"Apa tidak ada yang lain?" Tanya Daniel meringis.
"Tidak ada, pokoknya mau itu. Titik." semuanya menghela nafas.
"Good job Princes," kekeh Dewi.
"Kasian bener laki gue, pas ngidam emaknya teraniaya eh anaknya juga." kekeh Ratu.
"Dasar anak tak tau di untung, daddy sendiri pake di jahili," ucap Okta.
"Iya siapa suruh buat anaknya nangis kejer, bukannya jelasin ada apa." jawab Leonna tak mau kalah. "Ya allah ampuni Leonna yang sudah mengerjai para Papa, tetapi Leonna gak salah kan yah, mereka yang buat Leonna nangis siang dan malam. Jadi mereka harus menanggung hukumannya." ucap Leonna mulai lebay.
Leonna baru saja bangun dari tidurnya, hari ini akan di lakukan acara mogok makan ala Leonna, karena kemarin mereka tidak menyetujui keinginannya. Dan semalamanpun Leonna mogok bicara pada Verrel sampai mereka di rumah Dhikapun. Ia segera beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya, dan seperti biasanya olahraga kecil untuk ibu hamil di balkon kamar. Saat fokus melakukan gerakan-gerakan senam tiba-tiba sepasang tangan kekar memeluknya dari belakang dan menyandarkan dagunya di pundak Leonna.
"Masih marah?" tanyanya, Leonna tak menjawab dan melepaskan pelukannya, ia hendak beranjak tetapi Verrel menahan pergelangan tangannya dan merengkuh tubuhnya. Leonna memalingkan wajahnya malas memandang Verrel. "istri aku yang cantik masih ngambek aja nih." goda Verrel,
"Lepasin," Leonna memberontak.
"Tidak mau, aku akan melepaskanmu kalau kamu sudah tidak ngambek lagi." ucap Verrel.
"Begitu yah,"
"Aduh," Verrel meringis kesakitan saat Leonna menendang tulang keringnya. "Kamu galak banget, De." Mengusap kakinya.
"Bodo," Leonna melenggang pergi meninggalkan Verrel yang masih mengaduh memegang kakinya.
Leonna duduk di atas ranjang sambil membaca buku, tak lama Verrel keluar dari kamar mandi sudah rapi menggunakan setelan kerjanya. "De, ayo sarapan."
"Tidak mau,"
"Ayolah Delia sayang, jangan mogok makan begini. Dari kemarin kamu belum makan lho saying." Verrel membelai kepala Leonna dengan lembut. "Kamu gak kasian sama dede utun."
"Bukan aku yang gak kasihan, tapi kalian para daddy. Kalian gak ada yang perduli padaku," ucap Leonna.
"De, ngidamnya yang lain kek."
"Tau ah sebel aku sama kalian, pokoknya aku mogok makan sampai kalian nurutin semua ngidamnya aku, titik!" Verrel hanya menghela nafasnya. "Udah sana keluar dari kamar, aku mau istirahat" Leonna mendorong tubuh Verrel keluar dari kamar.
"De, aku tidak akan tenang sebelum melihatmu makan." ucap Verrel menahan pergelangan tangan Leonna yang mendorong tubuhnya.
"Sudah sana keluar. Tinggalkan aku sendiri, aku tidak mau makan." Leonna mendorong tubuh Verrel keluar dari kamar dan mengunci pintunya.
"De, buka pintunya dong." Verrel terus mengetuk pintu kamar, Leonna hanya tersenyum acuh dan berjalan menuju koper miliknya. Ia membuka koper itu dan di dalamnya terdapat berbagai jenis cemilan ada coklat dan beberapa kue.
"Kakak lama banget keluarnya, sudah tau debay sudah sangat kelaperan." gumam Leonna dan menikmati coklatnya.
Ia mengingat hari kemarin, dengan bantuan Adrian dan Chella, Leonna bisa membeli persediaan makanan untuk seminggu dengan alasan mogok makan. Ia sibuk menikmati makanannya tanpa memperdulikan panggilan Verrel yang terus mengetuk pintu kamar. "Kenyangkan kamu sekarang, Sayang." Leonna mengusap perutnya yang sudah membuncit. "Kita harus kompakan mengerjai mereka, Sayang. Kamu mendukung mom kan?" Leonna berbisik bisik mengajak bicara bayi nya.
"Princes, buka pintunya saying." kali ini terdengar suara sang papa.
Leonna terkikik dan berjalan mendekati pintu. "Tidak mau, kalian jahat. Kalian gak mau nurutin ngidam aku, pokoknya aku mau mengurung diri disini." teriaknya sambil menyuapkan coklatnya.
"Sayang, dengarkan Papa nak. Kita bisa mencari cara lain untuk Menuhin ngidam kamu." ucap Dhika.
"Tidak, pokoknya tidak mau. Leonna mogok makan, mogok bicara dan mogok keluar kamar. Mogok mandi juga," Ia kembali membuka bungkusan coklat yang lainnya.
"Sayang, ini mama. Tolong kamu buka pintunya, biarkan mama masuk. Kamu bisa cerita sama mama semuanya saying." Thalita dengan lembut mengetuk pintu kamar Leonna.
"Tidak mau bicara dengan siapapun!" Leonna menjatuhkan pas bunga dari kayu ke lantai membuat suara bising dan itu membuat ketukan terdengar semakin kencang.
"Biarkan saja dulu, nanti saat lapar dia akan turun." terdengar suara Dhika mengatakan itu. Setelahnya hening tak terdengar ketukan pintu lagi.
"Papa pikir aku akan keluar, tidak yah." Leonna melenggang pergi menuju sofa dan memutar DVD sambil menikmati makanannya.
Di kantor, Verrel di buat tak tenang. Dia terus mundar mandir tak karuan, Leonna masih tidak mengangkat telponnya. Dan Adrian bilang kalau sang kakak masih mengurung diri di dalam kamarnya. Berkali-kali Verrel meremas rambutnya kebelakang dengan perasaan kalut, bahkan dia melewatkan makan siangnya karena pikirannya hanya tertuju pada istrinya yang masih marah.
Sesampainya disana, Verrel berlari menuju kamar Leonna dan mengetuk pintu, tetapi masih tak di buka, bahkan tak ada sahutan sama sekali dari Leonna. Itu membuatnya semakin khawatir. Ia terpaksa harus memanjat pohon dengan menggunakan tangga untuk sampai di balkon kamar. Ia membersihkan tubuhnya yang di tempeli semut dan berjalan ke arah pintu masuk balkon. "Astaga ini juga di kunci." Karena pembatasnya dari kaca, ia bisa mengintip apa yang sedang Leonna lakukan. Leonna terlihat terlelap di atas ranjang dengan masih memakai pakaian yang tadi pagi. Leonna benar-benar tidak mandi. Verrel mengetuk kaca pintu balkon membuat Leonna terbangun. Dengan masih mengumpulkan nyawanya, Leonna melirik ke arah pintu balkon dan terlihat Verrel berdiri disana.
Leonna beranjak dan menutup gordeng sebelum Verrel membuka suaranya. Dan kembali merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Verrel hanya bisa duduk di balkon kamar dengan perasaan khawatirnya, sedangkan Leonna kembali melanjutkan bocannya.
Malam menjelang, Leonna masih belum membuka pintu kamarnya. Dia memutar video orang yang mengamuk dan memecahkan semua barang-barang. Kebetulan juga para brotherhood sedang berkumpul di ruang keluarga. Dan itu keuntungan untuknya. Leonna bersyukur, dede Adrian yang juga menginginkan adegan ngidamnya terjadi, membantunya. Bahkan makan siang dan malampun, Adrian yang mengantarkannya untuk Leonna.
Mendengar suara barang yang pecah, dan teriakan seseorang membuat para daddy berlari menuju kamar Leonna, begitupun dengan Verrel. Gedoran pintu terdengar jelas, Leonna terkikik dengan masih menikmati cemilannya dan mengencangkan suara pecahan kaca dan benda-benda itu yang terdengar sangat jelas. "Princes buka pintunya sebelum papa dobrak." teriak Dhika,
Leonna berlari mengambil obat mata dan membereskan semua sampah bekas makanannya. "Aduhhh," pekiknya saat kakinya menyenggol meja.
"De, kamu kenapa?" teriak Verrel. "Dobrak saja Pa," terdengar suara Verrel membuat Leonna bergegas membuang semua sampah dan juga membersihkan wajahnya dari sisa makanan. Ia lalu meneteskan obat mata ke dalam matanya berkali-kali. Lalu memencet hidungnya sendiri hingga memerah. Ia juga mengacak rambutnya agar terlihat kacau. "Delia sayang buka pintunya, kami sudah sepakat akan menuruti keinginanmu. Lihatlah para daddy brotherhood sudah berkumpul disini." ucap Verrel dan tak lama terdengar sahutan para papa yang lain. Leonna terkikik mendengarnya dan mematikan video itu hingga suara hening.
"Lalu si kunyuk Datan dan kak Percy." Teriak Leonna,
"Kakak disini, Leonna." ucap Percy membuat Leonna bersorak senang.
"Si kunyuk Datan gak ada kan,, hikz."
"Ngomong dong Little crocodile," ucap Okta.
"Gue disini Ona gendeng bin peak. Cepat keluar dan akhiri penderitaan gue sekarang!!" teriaknya membuat Leonna tertawa senang.
Leonna membuka pintu kamar dan beranjak keluar kamar agar segera menutup pintu. Mereka tak boleh melihat kamar yang masih dalam keadaan baik-baik saja. Verrel menarik tubuhnya ke dalam dekapannya, melihat Leonna yang terlihat pucat dan sendu. Padahal Leonna memakai make up ala dia agar terlihat pucat. Leonna tertawa puas di dalam hatinya dengan masih berdiri kaku di pelukan Verrel. "Maafin Kakak yah,"
"Kalian sudah janji kan mau melakukannya," cicit Leonna.
"Iya Princes," Dhika membelai kepala Leonna.
"Kamu tau Ona, gue ogah sebenarnya. Tapi loe lihat di belakang kami," ucap Datan membuat Leonna menengok ke belakang mereka. Para istri berdiri dengan berkacang pinggang, dan beberapa alat pukul di tangan mereka. Leonna mendapat dukungan dari para mommy brotherhood termasuk papa Farel, Edwin dan Jack.
"Sayang, kamu baik-baik saja kan. Ayo kita makan, kamu pasti sangat lemas," Thalita membelai wajah Leonna. "Cha, tolong periksa dulu kandungannya." Thalita sangat khawatir terjadi sesuatu pada kandungan Leonna.
"Kita periksa di bawah," ucap Chacha membawa Leonna ke bawah.
"Dan kalian, bersiaplah untuk memenuhi ngidam Leonna," ucap Serli yang berubah jadi galak karena menantu kesayangannya di buat sedih.
Para pria menghela nafasnya dan berjalan menuruni tangga. Adrian terkikik melihat wajah wajah korban keisengan Leonna. Leon malah tak terlihat batang hidungnya. Vino dan Chellapun tak bisa menyaksikan acara itu karena mereka langsung pergi melakukan honeymoon.
Thalita menyuguhkan banyak makanan di depan Leonna dan memaksa Leonna untuk memakannya. Leonna merasa enek karena baru 2 jam yang lalu dia makan makanan yang di kirim Adrian. "Ayo sayang makan," Thalita terus menyuapi Leonna, walau berkali-kali Leonna menolaknya. Sedangkan para istri yang lain sibuk mendandani para daddy, Datan, Percy dan Verrel untuk menjadi Jeng Kelin hamil. Leonna tengah meminum susunya, sambil melihat ke arah para pria.
Byur..."Pffrrrrrtttt,, hahahahaha." tawa meledak disana. "Amit-amit," ucapnya sambil mengelus perutnya dan masih tertawa terbahak bahak sampai membungkuk saking lucunya. Para istripun tak kalah hebohnya dan berhenti tertawa.
Princes berhasil membuat mereka menurunkan derajat mereka untuk menjadi jeng kelin hamil.
Gator bangun dari duduknya, dengan memakai daster seatas lutut, perutnya buncit karena di masuki bantal. Dia berjalan mengambil bakwan jagung dan memakannya dengan lahap tanpa memperdulikan wajah dan dirinya yang aneh. "Makan yang banyak yah utun," Okta menepuk nepuk perutnya sambil memakan bakwan jagung itu.
"Masa tua yang menyedihkan," keluh Farel, Claudya tertawa puas melihat suaminya. Wajahnya yang tegas dan kaku terlihat aneh dengan dandanan jeng kelin. Apalagi memakai rambut blonde ala jeng kelin. "Berhenti tertawa Nanda!"
"Hahaha, oke oke. Princes benar-benar mengerjai papanya." kekeh Claudya.
"Loe baru ngerasain sekali. Lah kita, udah emaknya, sekarang anaknya." keluh Angga yang masih di dandani oleh Chacha.
"Itu sih derita loe," celetuk Farel sambil membenarkan posisi perutnya.
"Hay para jeng kelin, simpan balon kecil ini di dada kalian." ucap Leonna yang datang membawa balon kecil bersama Adrian.
"Astaga princes, ini saja sudah membuat sesak," keluh Okta.
"Sudah cukup, Princes." ucap Dhika,
"Kaliaaannnn selalu nolak," ucap Leonna berkaca-kaca.
"Oh sial!" Okta langsung mengambil dua balon itu dan menyimpannya di dadanya. "Puas kamu princes," Leonna mengangguk antusias.
Setelah merekanya siap dengan tampilan yang sangat lucu dan bikin ngakak. Jeng kelin hamil bertubuh kekar dan berbulu. Para wanita tak berhentinya ngakak, begitu juga Adrian. Leonard saja yang baru datang ikut tertawa melihatnya.
"Astaga Ona, loe ajaib." ucap Leon yang tertawa melihat penampilan mereka. Leonna malah sibuk memasang video untuk di kirim ke Vino dan Chella.
Saat ini para peserta hukuman duduk di atas kursi meja makan, dan Leonna datang membawa segelas beras dan memberikan ke mereka semua satu gelas satu orang. "Untuk apa ini?" Tanya Verrel.
"Kalian hitung yah ada berapa biji beras di dalam gelas itu," ucap Leonna membuat yang lain terpekik kaget. "Permainan pertama, adalah permainan berhitung. Itu mudah kan. Kalian menghitung itu semua dalam waktu 5 menit."
"Whattt???" pekik Mereka semua.
"Kenapa? Baiklah 3 menit,"
"Oke segitu." ucap Dhika.
"Oke, siap.... Mulai," dan mereka sibuk menghitung dengan gaya dan rumus mereka sendiri secepat mungkin dengan memakai daster berwarna merah. Perut yang buncit dan juga rambutnya yang memakai rambut palsu ala jeng kelin.
"Astaga ini payudara gue gak bisa diam. Butuh di belai sepertinya." ucap Jack yang membenarkan balon yang ada di dadanya.
"Payudara loe plastikan sih, jadi gak bisa diam. Lihat nih payudara gue yang kencang dan montok," ucap Okta membenarkan posisi payudara balonnya.
"Anak gue kayaknya mau brojol, kagak bisa diam nih," Angga berdiri dan membenarkan posisi bantalnya dengan menyingkap dasternya.
"Astaga porno!" pekik Datan, membuat yang lain terkekeh.
"Datan, duduk yang manis dong kalau jadi bumil. Itu kasian bayi kamu kegencet," tegur Okta karena Datan duduk dengan mengangkat sebelah kakinya ke atas kursi. "Selesai," ujar Okta.
"Yakin?" Tanya Leonna kaget.
"Iya, ini jumlahnya ada 2.479.521," ucap Okta.
"Bohong," ucap Leonna.
"Kalau gak percaya kamu hitung saja sendiri," ucap Okta dengan santai.
"Ini juga segitu, " ucap yang lain ikutan.
"Ihh kalian curang, masa belum satu menit udah selesai," keluh Leonna.
"Jangan remehkan otak kami, Princes." ucap Dhika. Para istri hanya terkikik mendengar penuturan mereka.
"Kalau loe gak percaya, itungin aja sama loe satu-satu." ucap Datan memuat Leonna mencibir
"Oke sekarang ke hukuman kedua, kalian main bola di lapangan bola komplek."
"Astogeeeee!" pekik Datan.
"Itu jargon daddy," protes Okta membuat Datan mencibir.
"Apa tidak bisa disini saja, Princes? Di lapangan komplek kan banyak yang jualan," keluh Dhika.
"Nah karena itu. Jadi sambil nonton, aku bisa jajan." ucap Leonna membuat yang lain menghela nafasnya.
"Ayolah para calon Opa, dan Daddy. Semangat dong," ucap Irene.
"Semangat semangat," sorak Dewi.
"Berisik," keluh Daniel.
Sesampainya disana, mereka membuat team. Karena kekurangan orang, Leonpun ikut turun walau hanya memakai pakaian olahraganya. Team A terdiri dari Dhika, Daniel, Verrel, Leon, Percy dan Edwin. Team B, ada Okta, Farel, Datan, Jack, Seno, dan Angga. Mereka sudah siap di posisi masing-masing, dengan Jack dan Edwin sebagai kipper. Adrian bertugas sebagai wasit disana.
Pertandinganpun di mulai, melakukan sepak bola hanya dengan penerangan lampu taman. Dan ternyata banyak yang menonton, termasuk Oma Elga dan Opa Surya yang tertawa puas melihat kelakuan anak dan cucunya. Para wanita sibuk menonton sambil menikmati jajanan yang ada disana, sedangkan para pria sibuk bertanding dengan memegang perut buncit mereka. Berkali-kali wig yang mereka pakai jatuh ke bawah, bahkan Dhika membuangnya begitu saja karena mengganggunya. Para penonton tidak ada yang tak tertawa melihat aksi mereka yang memakai daster.
Duarr
"Payudara gue pecah!" pekik Seno saat sebelah balonnya pecah.
"Wahh itu resiko tambalan," kekeh Angga.
"Makanya jangan imitasi dong, plastik kok di pasang di sana." ucap Okta,
Duar
"Astogeeee!!" Farel iseng memecahkan payudara Okta membuatnya terlonjak kaget. "Astogee psyco sialan, payudara gue loe tusuk-tusuk. Loe pikir ini kue, main tusuk tusuk, kempes kan satu." Yang lain tertawa puas melihatnya.
"Payudara loe menggoda iman." kekeh Daniel.
"Kayak punya loe, jeng kelin brewok," kekeh Okta yang puas mentertawakan Daniel yang terlihat sangat aneh.
"Ahhh anak gue brojol, Dad help me. Cucumu brojol." teriak Datan saat bantalnya jatuh ke tanah.
"Astoge cucu gue," ucap Okta.
"Aaahhh mom,, help me. Anak Datan brojol nih, Mom." teriak Datan membuat para wanita tertawa melihat aksi mereka. "Kasian bener anak gue, karena belum waktunya brojol masuk lagi aja deh," Datan memasukannya kembali ke dalam perutnya.
Duk
"Aduhh perut gue nih," pekik Jack saat Verrel terlalu kencang menendang bola.
"Sorry Om." kekeh Verrel,
"Untung bayi gue kuat gak sampai keguguran." ucap Jack dan memungut bola kembali.
Singkat cerita, tak ada yang memenangkan pertandingan. Mereka semua berbaring di atas rumput hijau karena kelelahan, tak perduli perut mereka masih buncit. Bahkan Jack menjadikan bantal di perutnya sebagai bantalan kepala. Okta tidur di perutnya Datan, Para istri datang menghampiri dan menyodorkan minuman kepada mereka semua.
"Sudah puas princes?" Tanya Dhika yang di angguki oleh Leonna.
"Ada ayah mertua yang di kerjai menantunya sendiri." keluh Daniel.
"Sudah malam, ayo sebaiknya kita pulang." ucap Thalita. "Kamu juga gak boleh di luar terlalu lama Sayang." Thalita merangkul Leonna yang masih terkikik melihat para pria
"Astaga kalian tidak pernah berubah, sudah tua juga." kekeh Elga seraya membenarkan kacamata yang dia pakai.
"Sebaiknya oma dan opa pulang, ayo Leon temani." Leon beranjak membawa oma dan opanya yang sudah lansia itu memasuki ke rumah mereka.
Leonna dan Verrel memasuki kamar, Verrel mengernyit saat melihat kamarnya rapi dan tak ada barang yang hancur. "Bisa jelaskan?" Verrel berkacak pinggang di dekat pintu toilet dengan masih memakai dasternya. Leonna hanya tersenyum sambil mengedikkan bahunya. "Kau sangat cerdik dalam hal menipu, Princes." ucap Verrel sedikit kesal dan penuh penekanan.
"Biarin, wlee." Leonna melenggang menuju ranjangnya tetapi lebih dulu di tangkap Verrel dan mengurungnya dengan kedua tangannya.
"Kalau begitu kamu harus membantuku membersihkan diri," ucap Verrel tersenyum misterius
"Kakak suka ada maunya." Cibir Leonna.
"Gak masalah, kan aku sudah menerima hukumanmu dengan menahan malu barusan di depan umum. Kamu tau hampir satu komplek menonton kami." ucapan Verrel membuat Leonna terkikik. "Lagian kamu juga belum mandi kan dari tadi pagi,"
"Baiklah baiklah, saat ini Leonna sedang berbaik hati pada suamiku ini." kekeh Leonna dan Verrel langsung mengangkat tubuh Leonna membawanya masuk ke dalam kamar mandi. Leonna hanya terkekeh dan memeluk tubuh Verrel.
"Kakak bebas melakukan apapun sekarang sama Leonna." bisik Leonna.
"Serius?" Leonna mengangguk antusias dan itu membuat Verrel sangat bahagia, akhirnya dia tidak akan tersiksa lagi.