webnovel

53. Pengorbanan... - End

Keesokan harinya Leonna baru saja keluar dari kampusnya, Ia hendak menuju ke toko bunga yang ada di sebrang kampusnya. Karena hari ini Verrel keluar dari rumah sakit, Leonna ingin memberikan bunga untuknya. Ia melirik kiri dan kanannya hendak menyebrang, saat terlihat kosong, iapun berjalan untuk menyebrang jalan tetapi siapa sangka dari arah kanannya sebuah mobil melaju dengan kecepatan tinggi. Leonna mematung melihat mobil yang melaju cepat kearahnya, kakinya mendadak beku dan sulit di gerakan. Mobil itu semakin mendekat dan melaju dengan cepat.

"Aaa…." Tubuh Leonna tertarik ke pinggir jalan, debu dan dedaunan melayang ke udara karena laju mobil audy hitam barusan yang gagal menabrak tubuh Leonna. Ia terlihat ngos-ngosan di pelukan seseorang, bahkan tubuhnya bergetar karena ketakutan.

"Loe tidak apa-apa?" Suara lembut dan tegas itu menyadarkan Leonna, di hadapannya Leon menatap Leonna dengan tatapan khawatir.

"Le," Leonna langsung memeluk tubuh Leon, "gue takut" isaknya. Leon mengusap punggung Leonna dengan tatapannya yang terus menatap ke arah mobil yang sudah berlalu pergi, tetapi Leon berhasil menghapal plat nomornya.

"Sudah, semuanya sudah baik-baik saja." Leon melepas pelukannya dan menghapus air mata Leonna. "Loe mau kemana sih?"

"Gue mau beli bunga," tunjuk Leonna ke kedai bunga yang ada di sebrang.

"Ayo gue antar," Leon merangkul Leonna dan membawanya ke sebrang jalan.



"Leonna, untuk kedepannya kamu tidak boleh berpergian sendirian. Kalau tidak minta tolong ke suamimu, kamu bisa minta tolong ke Leon atau Datan. Yang jelas kamu tidak pergi sendiri." ucap Dhika membuat Leonna mengangguk paham.

"Apa di pernikahan Vino dan Chella lusa ini akan aman?" Tanya Okta.

"Entahlah, tapi gue dan Farel sudah siapkan keamanan untuk berjaga-jaga."

Setelah membahas itu, Leonna segera membereskan barang-barang Verrel dan membantu Verrel untuk pulang ke rumah Dhika di antar Leon dan Daniel.

Sesampainya disana, Leonna membantu Verrel untuk merebahkan tubuhnya di atas ranjang dan dia bergegas untuk pergi keluar dari kamar tetapi Verrel menahan pergelangan tangannya dan membimbing Leonna untuk duduk di sisi ranjang. "Apa kakak butuh sesuatu?" Tanya Leonna.

"Tidak, aku hanya ingin kamu diam dan ikut beristirahat. Aku tidak ingin kamu kenapa-kenapa, kamu sedang hamil." ucap Verrel,

"Aku baik-baik saja Kak, aku tidak bisa diam saja." Ucapnya.

"Ayolah sayang, istirahat disini bersamaku." Verrel menggeser tubuhnya dan menarik Leonna untuk merebahkan kepalanya di dada bidang Verrel. "terima kasih bunganya," bisik Verrel.

"Sama-sama," Leonna memeluk tubuh kekar Verrel. Tak ada yang mengeluarkan suara sedikitpun, hanya suara nafas yang terdengar. Leonna membuat pola di dada bidang Verrel, bahkan kakinya tidak bisa diam.

"Belum juga satu menit De, kamu gak bisa diam yah." ucap Verrel membuat Leonna terkikik.

"Aku bisa mati kalau diam seperti patung." kekeh Leonna.

"Lebay," Verrel merubah posisinya dan kini menindih Leonna tanpa membuat perutnya terbebani. "tetapi saat posisi seperti ini, kamu malah tidak bisa berkutik." Verrel menaikkan sebelah alisnya.

"Kalau begini kan beda lagi Kak, jantungku saja berdetak cepat. " ucapnya dengan polos.

"Kenapa?" bisik Verrel menyentuhkan hidungnya dengan hidung Leonna.

"Aku gak tau,"

"Kenapa tidak tau?" Verrel menggoda Leonna dengan mendekatkan bibirnya dengan bibir Leonna tetapi di tahannya agar tak bersentuhan.

"Aku kangen Kakak." gumam Leonna menatap mata Verrel yang teduh.

"Aku tau," Leonna tersenyum ke arah Verrel, dan meniup bibir Verrel di depannya. "Kakak tidak merindukanku?"

"Sangat," gumam Verrel hendak mencium bibir Leonna.

"CACING!" teriakan Leonna beranjak bangun.

"Oh Shitt!" Verrel ikut beranjak dan menuruni ranjang dengan ketakutannya. Leonna tertawa puas di atas ranjang sambil memegang perutnya.

"hahaha,, ya allah muka Kakak lucu." tawa Leonna yang berguling di atas ranjang dengan tawanya yang menggelegar.

"Oh jadi kamu ngerjain Kakak, awas yah gak akan Kakak kasih ampun kamu sekarang." Verrel kembali hendak menindih tubuh Leonna tetapi Leonna langsung bangun dan menghindar.

"Kakak mau apa?" Tanya Leonna.

"Mau membuatmu meminta ampun." ucap Verrel kembali ingin meraih Leonna tetapi Leonna berlari menaiki Sofa.

"Dengar yah tuan Verrel Alexander Orlando yang terhormat. Untuk waktu satu bulan ke depan kamu tidak boleh menyentuhku." ucap Leonna melipat kedua tangannya di dada.

"Apa? Kenapa?" pekik Verrel yang berkacak pinggang di depan Leonna.

"Itu hukuman untukmu, karena sudah menolak wanita cantik sepertiku kemarin. Dan itu juga hukuman untukmu yang membuatku menangis siang dan malam."

"Kenapa harus itu De? Astaga, aku saja sama tersiksanya dengan kamu selama ini." protes Verrel.

"Tidak mau tau, sekarang istirahatlah bukankah kamu sedang sakit."

"De, ayolah jangan begitu. Masa sih harus satu bulan, kamu kejam."

"Kakak juga kejam, Pokoknya sekarang jangan sentuh sentuh aku dulu."

"De." protes Verrel. "Kamu istri paling kejam."

"Bodo, itu sih DL alias Derita Loe, wleee." Leonna meleletkan lidahnya ke arah Verrel yang menghela nafasnya. "Udah sana bobo, istirahat."

Verrel menghela nafasnya, dan beranjak menuju ranjang. Leonnapun menuruni sofa dan berjalan hendak ke kamar mandi tetapi siapa sangka gerakannya itu menjadi boomerang. Verrel langsung menarik pinggang Leonna dan menyudutkan Leonna ke dinding kamar dekat pintu. "Aku tak akan melepaskanmu, gadis usil."

"Kakak curang," gerutu Leonna karena Verrel mengunci kedua tangannya dan kakinya agar tidak sampai menendang lagi.

"Kamu yakin akan menghukumku selama itu, hmm." Verrel dengan sengaja menggoda telinga Leonna membuat bulu romanya meremang.

"Kak hentikan," gumam Leonna berusaha menahannya.

"Tidak akan, aku hampir gila karena merindukanmu." bisik Verrel dan mulai mengecupi telinga dan lekukan leher Leonna. Leonna memejamkan matanya. Tangan kanan Verrel mulai melepaskan cekramannya pada pergelangan tangan Leonna saat tubuh Leonna mulai merespon kegiatannya. Tangan Verrel mulai menyusup kebalik T-shirt yang Leonna pakai dan menyentuh bagian sensitivenya.

"Ona,,,"

"Oh shittt!" pekik seseorang yang membuka pintu kamar tanpa mengetuk. Leonna segera mendorong Verrel menjauh dan merapihkan pakaiannya, di ambang pintu Leon berdiri dengan memunggungi mereka berdua.

"Loe boleh berbalik Leon." Leonpun berbalik dengan wajah merahnya karena kesal.

"Bisakah kalian menutup pintu dan menguncinya?" Tanya Leon.

"Kamu yang masuk main nerobos, sudah tau di sini ada suamiku" ucap Leonna dengan santai.

"Ikut gue," Leon menarik pergelangan tangan Leonna dan membawanya keluar kamar.

"Ah sialan,, gagal sudah." keluh Verrel yang merasa sesak di bagian intimnya.

Leon membawa Leonna ke dekat tangga dan berbicara tentang apa yang dia butuhkan dari Leonna. "Baiklah, gue akan bantu." ucap Leonna.

"Dan kunci pintu kamar saat melakukan sesuatu dengan suamimu, dan ini-" Leon menarik rambut Leonna dan menyimpannya di pundak kanannya. "tutupi, terlihat jelas bekasnya." Leonpun berlalu pergi setelah mengatakan itu.

Leonna yang penasaran menatap cermin kecil yang ada di dekat ruangan televisi. "Oh no....KAKAK...!!" teriaknya kesal. "Awas saja, aku akan menghukumnya lebih dari ini. Ayo Leonna tunjukkan sikap jual mahalmu dan jangan sampai terhanyut lagi dengan rayuannya." tekad Leonna berapi-api. "Awas saja kamu, Kak." gerutunya.

