webnovel

42. Painful...

Pagi itu Leonna bergegas pergi dengan alasan kuliah pagi, ia memaksakan diri untuk pergi ke rumah Verrel. Leonna yakin Verrel belum pergi, dan Bunda pasti pergi ke supermarket dan ayah sudah bekerja.

Sesampainya disana, Leonna berlari menuju kamar Verrel. Leonna ingin memberitahukan kehamilannya. Semoga Verrel menarik kembali talaknya. Sesampainya di dalam kamar, Leonna tak melihat siapa-siapa. 'Apa kakak sudah berangkat.' Batin Leonna.

Verrel keluar dari kamar mandi sudah lengkap dengan setelan kerjanya. "Sedang apa kau disini?" Tanya Verrel dengan kernyitannya.

"Kakak, aku tidak mau kita bercerai."

"Kita sudah bercerai secara agama, jadi tolong keluar dari kamarku dan kita bertemu kembali di pengadilan nanti." Verrel beranjak menuju keluar kamarnya.

Tetapi Leonna langsung memeluk punggungnya membuat Verrel menghentikan langkahnya. "Kak, aku tidak mau bercerai denganmu." isaknya. "A-aku hamil Kak, aku hamil. Bukankah ini impian kita untuk segera memiliki dede bayi di perutku." isaknya membuat Verrel memejamkan matanya. "Aku mohon tarik kembali talak kakak," isak Leonna. "Maafkan aku, aku mohon."

Verrel melepas pelukan Leonna dan berbalik ke arah Leonna hingga tatapan mereka beradu satu sama lain. "Apa kamu yakin itu anakku?"

Deg ... Leonna melotot sempurna mendengar penuturan Verrel barusan.

"K-ak,"

"Jangan karena kamu hamil, aku akan membatalkan perceraian kita. Walaupun itu adalah anakku, kita tetap akan bercerai. Karena aku sudah tidak ingin bersama wanita pengkhianat sepertimu lagi. Kemarin saja kamu masih berani mendatangi apartement si brengsek itu, dan kalian ingin melakukannya lagi. Bukan?"

"Tidak Kak, aku bersumpah tidak melakukan apapun. Dia yang hampir memperkosaku."

"Dengarkan aku, Leonna Fidelia Adinata. Keputusanku sudah bulat dan kamu tetap akan hidup menjadi jandaku." ucapan tajam Verrel membuat Leonna mundur beberapa langkah.

Leonna sudah tak mampu lagi mengatakan apapun, hatinya sakit sangat sakit mendengar penuturan Verrel barusan. Kenapa?

Leonna mendadak linglung dan tidak bisa berbuat apapun. Hingga tangan besar menariknya, Verrel menarik pergelangan tangan Leonna menuju keluar rumah dengan sebelah tangan Verrel membawa tas berisi pakaian Leonna. Verrel mendorong tubuh Leonna ke luar rumah, dan melempar tas miliknya. "Jangan muncul lagi di depanku." Verrel segera menutup pintu rumahnya.

Leonna menatap nanar pintu putih itu, tangisnya tak berhenti.

Apa kau yakin itu anakku...

Leonna memegang perut ratanya. "Aku sangat yakin ini anakmu, Kak. Aku tidak pernah melakukannya dengan siapapun selain dengan Kakak." gumamnya.

Leonna berjalan menyusuri jalanan sepi itu dengan pandangan kosong dan tangisnya yang terus luruh membasahi pipi. 'Kakak, apa sebesar ini kebencian Kakak padaku? Kenapa Kak? Apa salahku?'

'Apa cinta itu sudah tak ada lagi di hati Kakak?' batin Leonna terduduk di sebuah halte dan menangis sejadi-jadinya. "hikzzz...hikzz...aku mencintaimu Kakak."

"Ona," panggilan itu membuatnya menengadahkan kepalanya. Di hadapannya Datan berdiri

"Datan," Leonna langsung berdiri dan memeluk Datan dengan tangisannya. Ia menangis sejadi-jadinya di pelukan Datan. Datan membiarkan saudara sesusunya itu menangis dan mengusap punggung Leonna dengan lembut. "Dia udah gak mencintai gue lagi, Datan." Datan hanya mampu mengusap punggung Leonna dengan lembut.



Leonna masih menangis sesegukan di dalam kamarnya, kemarin Verrel sungguh keterlaluan dengan mengusirnya dari rumah. Bahkan Verrel tak mengakui anak dalam kandungannya. Leonna merasa dunianya hancur, dia tak punya kekuatan lagi untuk terus melangkah.

Dua kali dia di kecewakan oleh yang namanya cinta, dulu Vino yang menolaknya. Sekarang Verrel, dan ini jauh lebih menyakitkan daripada saat mendengar Vino mencintai Chella.

Cinta begitu mengerikan, Bahkan terkadang jauh mengerikan daripada kematian... Saat seseorang meninggal, tuhan masih menjanjikan syurga. Tetapi saat cinta pergi,, Bahkan syurgapun terasa seperti neraka....

Leonna kembali mengusap perutnya yang masih rata.

Kamu tau, Kakak sudah jatuh cinta pada seorang gadis kecil yang usianya baru 10 tahun. Awalnya kakak begitu menyayangi dia, tetapi semakin dewasa rasa sayang itu berubah menjadi cinta. Cinta pertama yang tak akan pernah bisa kakak lupakan.

Gadis cantik, imut, dan lucu. Kakak semakin jatuh cinta padanya. Saat dia dan kembarannya berulang tahun di usia 15 tahun. Dia bagaikan seorang princes yang memakai gaun berwarna blue sky, kecantikannya mampu menghipnotis kakak. Sampai mata kakak tak bisa berpaling ke yang lainnya lagi.

Iya sayang, itu kamu. Kakak sudah jatuh cinta sama kamu jauh sebelum kakak mengenal para mantan kakak. Saat kakak kuliah di London, kakak mencoba memfokuskan diri ke hal lain dan wanita lain agar kakak bisa melupakanmu. Cukuplah kamu menjadi pujaan hati kakak yang akan selalu kakak simpan di dalam hati.

Kamu benar-benar tidak tergantikan dan tetap bertahan di hati kakak. Stay in Heart....

Kakak sungguh mencintaimu, De. Bahkan dari sejak 15 tahun lalu, kakak sudah sangat mencintai kamu..

Meninggalkanmu adalah hal terbodoh yang kakak lakukan..

Leonna menangis sejadi-jadinya dengan menatap pigura berisi kertas sobekan dan terbakar. Itu adalah sketsa impian Leonna bersama Verrel. Dan sekarang semuanya sudah hancur tanpa sisa. Bahkan ia tak tau harus bagaimana lagi, hanya bayi di dalam kandungannya yang menjadi penguat baginya.

Aku akan melepaskanmu...

Dengar de, aku melepaskanmu bukan berarti aku tak menginginkanmu. Bukan berarti aku marah dan membencimu. Tetapi ada kalanya kita berjalan di jalan kita masing-masing. Baik kamu atau aku, kita sama-sama melangkah di dua arah yang berbeda untuk menemukan jati diri kita.

Ini bukan masalah siapa yang mencintai dan siapa yang di cintai. Tapi ini masalah ketulusan dan keikhlasan.

Saat kamu mengatakan kalau kamu mencintaiku, tetapi aku malah ingin melepaskanmu. Itu bukan berarti karena aku tidak mempercayaimu. Hanya saja, tidak semua bisa selesai dengan kata-kata. Bagiku, cinta itu adalah keikhlasan dan ketulusan. Dan untuk kembali berjalan beriringan, harus ada keikhlasan dan ketulusan dulu di antara kita. Dan inilah jalan yang terbaik, untuk kita menemukan keikhlasan dan ketulusan itu.

Inilah yang terbaik untuk kita...

Ucapan Verrel terus terngiang di kepala Leonna. Keikhlasan...

Ketulusan...

Semua itu membuat Leonna bingung dan pusing. Apa tidak bisa hanya dengan saling mencintai dan hidup berbahagia, seperti kisah cinta yang lain. "Hy bumil," sapa Chella menjulurkan kepalanya di pintu membuat Leonna menengok dan segera menghapus air matanya sendiri. Chella duduk di sisi ranjang dengan membawa bingkisan makanan. "gue bawain dim sum Garden kesukaan loe."

"Gue gak lapar,"

"Ayolah Princes, loe gak lapar tapi anak loe kelaperan. Gue suapin yah."

"Maaf yah di saat loe bahagia, gue malah begini. Tapi sejujurnya gue ikut bahagia untuk pernikahan loe dan Abang." ucap Leonna dengan wajah sendunya.

"Tidak masalah, gue mengerti."

Chella sibuk membuka dim sum yang masih hangat itu untuk menyuapi Leonna. Leonna masih duduk merenung menerawang ke depan. "Rekaman itu dimana?"

Chella menengok mendengar pertanyaan Leonna barusan. "Ada di gue,"

"Apa tidak terlambat kalau gue tunjukin itu ke Kakak sekarang?"

"Loe masih mau menemui pria itu? Ayolah Leonna, loe jangan buat harga diri loe di injak injak olehnya." ucap Chella emosi. "Leonna, loe gadis pintar dan kuat. Loe gadis yang sangat riang." Chella memegang kedua tangan Leonna. "Cinta tidak harus saling memiliki, Leonna."

Leonna menatap Chella dengan air mata yang terus luruh membasahi pipi.

"Lepaskan dia, dia tidak benar-benar baik buat loe. Dia mengatakan cinta, tetapi untuk mempercayai loe saja dia tidak bisa. Apa ini yang namanya cinta?"

"Dia mengatakan cinta, tetapi dia malah melepaskan loe. Apa ini patut di sebut cinta?" tanya Chella membuat Leonna terdiam. "Sadarlah Leonna, dia tidak menginginkan loe."

"Benahi diri loe, loe mampu tanpa ada Verrel di sisi loe. Masih ada utun yang akan menemani dan menguatkan loe." Chella sungguh tak bisa melihat Leonna yang semakin terpuruk, dia ingin Leonna bangkit dan kembali menjadi princes Leonna yang riang dan banyak tingkah.

"Ada satu pelajaran yang gue dapatkan dari ucapan Kakak saat itu. Sebenarnya bukan tentang seberapa kuat gue bertahan, atau sebanyak apa dia memberi gue maaf. Tetapi ini tentang memahami, seberapa besar gue memahami diri gue sendiri. Dan seberapa besar gue bisa memahami kak Verrel. Setelah dua hal itu, maka keikhlasan akan datang. Ikhlas untuk tetap bertahan atau ikhlas untuk melepaskannya."

"Hidup itu adalah sebuah pilihan, lurus atau berliku, baik atau buruk, hitam atau putih, mencintainya atau melupakannya." Ucap Leonna dengan pandangan kosong. "Kalau Kakak memilih melepaskanku, maka aku yang akan bertahan untuk mencintainya disini. Seperti apa yang dulu pernah gue katakan, kalau gue akan tetap di sini menunggunya sampai dia merasa lelah dan memilih kembali."

"Loe gila!"

"Inilah cinta, Chell. Cinta yang gue miliki untuk Kakak." Isaknya menatap Chella. "Gue ikhlas mencintai Kakak tanpa mengharapkan apapun, gue yakin Kakak akan kembali. Gue sudah berjanji padanya untuk tetap bertahan, sampai dia meminta gue untuk tidak bertahan lagi."

Masalahnya apakah Verrel akan tetap memintanya untuk bertahan?

"Bukannya kak Verrel sudah menceraikan loe. Menurut agama kalian bukankah jatuhnya talak itu berarti kalian sudah bercerai?" Tanya Chella.

"Iya loe bener, Papa sudah menjelaskannya semalam mengenai jatuhnya talak. Tetapi kami masih bisa rujuk, selama Kakak tak memintaku untuk melupakannya dan memintaku untuk mencari pria lain. Aku akan tetap bertahan disini, menunggunya kembali."

"Loe.." Chella sudah tak tau lagi harus mengatakan apa, Leonna memang keras kepala.

"Hai,"

Leonna dan Chella sama-sama menengok ke ambang pintu dimana Datan berdiri dengan memegang handphonenya. "Bagaimana keadaan loe?" Tanya Datan ikut duduk di atas ranjang Leonna.

"Sudah lebih baik,"

"Loe ngidam apa, Ona? Gue penuhi sekarang, mau rujak asam manis, atau rujak cikur, atau rujak beubeuk, atau rujak mak Ating?" Tanya Datan membuat Chella dan Leonna terkikik.

"Gue gak pengen apa-apa."

"Loe juga gak mau makan dimsum dari gue." ucap Chella. "Ona, loe harus banyak makan untuk kesehatan utun."

"Gue pengen ada Kakak di sini, entahlah. Tapi gue sangat berharap dia disini dan mengusap perut gue." ucap Leonna berkaca-kaca.

"Tunggu, gue membawa seseorang untuk loe." ucap Datan membuat Leonna mengernyitkan dahinya bingung. "Hei mister doraemon masuk lah."

Dan tak lama datanglah seseorang berpakaian badut doraemon, membuat Leonna terpekik kaget begitupun Chella. "Perkenalkan ini adalah mister Emon, dia akan menghibur ibu hamil yang sedang galau." ucap Datan membuat Leonna terkekeh melihat kelucuan seseorang yang memakai kostum doraemon itu. "Tapi guys, dia tidak bisa berbicara."

"Dia tuna wicara?" Tanya Leonna dan doraemon itu mengangguk sambil memegang perut buncitnya yang memiliki kantong ajaib.

"Amit-amit," tegur Datan.

"Eh iya amit amit, maaf yah." mister Emon kembali mengangguk.

Mister Emon itu berjalan mendekati Leonna yang masih duduk di atas ranjangnya, Chella berdiri untuk memberi ruang pada mister Emon. Ia mengusap pipi Leonna dan menggelengkan kepalanya seakan berbicara agar Leonna berhenti menangis. Leonna tersenyum kepada Mister Emon. Mister Emon lalu merogoh kantung ajaibnya yang berada di perut buncitnya dan mengeluarkan dua buah coklat. "Wahh coklat," Mister Emon menyerahkannya ke Leonna. "Untukku?" Tanya Leonna dan Mister Emon menjawab dengan anggukannya.

Mister Emon menggerakkan kedua tangannya seakan berbicara sesuatu, tetapi Leonna tak paham. "Dia bilang, Jangan terus bersedih dan meratap. Masalah seringkali datang, kita harus mampu melewatinya. Percayalah tuhan akan menolong kita." Jelas Datan yang seakan paham apa yang di maksud Mister Emon.

"Wihh sejak kapan loe jadi pakar tuna wicara?" Tanya Chella.

"Sejak dunia khayal gue terbalik," Mister Emon mengeluarkan sepucuk surat cantik dari dalam kantung ajaibnya.

"Surat apa ini?" mister Emon hanya meminta Leonna untuk membukanya.

Ketulusan cinta itu tidak dapat di ukur dengan apa yang ada di depan mata. Tetapi dapat di rasakan dengan perasaan dan hati.

"Kamu benar mister Emon, dan aku ingin tetap memperjuangkan cintanya. Aku akan tetap menunggunya kembali demi impian kami berdua." ucap Leonna semakin antusias dan Mister Emon mengacungkan jempolnya.

"Siapa dia?" bisik Chella.

"Apa?" Tanya Datan berlaga polos.

"Siapa dia," Tanya Chella kembali.

"Bukan siapa-siapa, hanya badut yang sering ada di mall."

"Gue gak percaya." ucap Chella,

"Seterah," Datan hanya mengedikkan bahunya acuh.

"Terserah peak," cibir Chella dan Datan hanya terkikik.

Mister Emon melukis smile di depan bibirnya sendiri, membuat Leonna tersenyum lebar. Iapun mengacungkan kedua jempol besarnya. Mister Emon kembali menggerakkan kedua tangannya untuk mengatakan sesuatu.

"Percaya?" Mister Emon itu mengangguk. "Percaya pada hati kita?" Emon kembali mengangguk. "Sejauh apapun kita melangkah untuk meninggalkannya, percayalah kalau tuhan sudah menakdirkan kita berjodoh, maka kita akan kembali bersama dan menggapai impian kita?" Emon mengangguk dengan mengangkat kedua jempolnya saat Leonna berhasil menebak bahasa tubuhnya.

'Kenapa aku merasa ini Kak Verrel? Tuhan, ada apa denganku? Tidak mungkin kak Verrel ada disini.' batin Leonna.

Emon menarik dagu Leonna yang menunduk dan bertanya melalui gerakannya. "aku merindukannya mister Emon, aku ingin dia ada disini."

Emon menggelengkan kepalanya sambil menghapus air mata Leonna. "Aku disini untukmu?"

Leonna terkekeh saat melihat Mister Emon bertepuk tangan karena dirinya berhasil menebak gerakan tangannya. "Lucu banget sih mister Emon, boleh lihat wajah aslinya?" Tanya Leonna dan mister Emon menggeleng.

"Jangan Kepo Ona." celetuk Datan.

"Penasaran ini siapa, Leon kah?" Tanya Leonna.

"Bukan, si es batu lagi asyik main basket di bawah." ucap Datan.

"Lalu siapa?" Tanya Leonna.

"Aku pengagummu?"

Leonna kembali menebak dan Emon langsung mengangguk antusias. Lalu Emon mengambil dimsum di atas nakas. "aku tidak mau makan, Emon. Aku ingin Kakak ada di sini." Leonna mengusap perut ratanya. "Dan mengelus perutku, dia akan mengucapkan syukur dan selamat padaku." tangis Leonna kembali pecah.

"eh?"

Leonna terpekik saat Emon memegang perut Leonna dan mengusapnya dengan lembut. Leonna terpaku di tempatnya merasakan sentuhan hangat dari Emon. "Siapa kamu?" Tanya Leonna menatap Emon penasaran.

Emon kembali berkata kalau dia pengagum rahasia Leonna. Emon kembali mengambil sumpit dengan kesusahan karena tangannya yang besar dan mencoba mencapit dim sum untuk Leonna makan. Karena sulit, Emon menusuk dimsum itu dengan satu sumpit dan menyodorkannya ke mulut Leonna.

Leonna menerima suapan Emon dengan pandangan bingungnya. Ada sesuatu, saat Emon menyentuh perutnya.

Setelah lama berbincang-bincang Emon pamit pulang, sebelum keluar dari kamar Emon berjoged joged kecil membuat pantatnya yang besar bergoyang. Leonna dan Chella tertawa melihatnya. "Gue antar dulu Emon yah," ucap Datan.

"Eh mister Emon ini untukmu." Leonna mengambil uang dari dompetnya dan berjalan mendekati Emon. "Terima ini,"

Tetapi Emon menolaknya, dia tidak ingin menerima uang dari Leonna. "Kenapa? Aku ikhlas kok, ini hanya ucapan terima kasih karena kamu sudah menghiburku." Emon kembali menolaknya. Dia mengatakan kalau dia sangat senang sudah menghibur Leonna. Emon langsung membungkukkan tubuhnya dan berlalu pergi sambil melambaikan tangannya ke arah Leonna. "badut yang aneh,"

"Dia gak mau nerima?" Tanya Chella dan Leonna menggelengkan kepalanya. "tapi gue seneng karena loe mau makan dimsumnya."

Tak lama Datan kembali datang, "loe seneng?" Tanya Datan.

"Hmm, dia ngasih gue beberapa surat cinta dengan tulisan yang memotivasi." Leonna memakan coklat yang di berikan mister Emon itu.

"Loe nemu dia dimana?" tanya Leonna.

"Di pasar malam," jawab Datan. "Kalau loe mau, nanti gue bisa panggil dia lagi kesini."

Leonna menganggukkan kepalanya. Tetapi masih ada sesuatu yang menjanggal di hatinya mengenai badut itu. Entah apa, tetapi Leonna merasa sangat tak asing dengan sentuhan badut itu. "Jangan melamun." tegur Chella.

"Gue ngidam sekarang," cicit Leonna.

"Dih tadi katanya nggak," ucap Datan.

"Tapi sekarang ngidam," rengek Leonna.

"Ya udah ngidam apa?" Tanya Datan.

"Ngidam buah mangga muda,"

"Oh itu sih gampang, ayo Chell kita ke pasar." Datan menarik tangan Chella.

"Tunggu," Leonna menahan Datan, membuat keduanya mengernyitkan dahinya bingung. "ikut gue," Leonna menarik kedua tangan sahabatnya itu.

"Gue punya firasat buruk," bisik Datan.

Leonna membawa kedua temannya ke sebuah rumah besar tak jauh dari rumah Leonna. "Manjat, dan ambil mangga itu," tunjuk Leonna.

"Leonna, loe minta gue nyolong?" pekik Datan.

"Ayolah kunyuk sayang yang keunyuannya ngalahin Justin bieber, dan sebanding dengan Zayn malik. Dan sangat tampan seeeeejakat raya ini."

"Rayuan loe kagak mempan, ogah gue kalau nyolong."

Datan berlalu pergi, meninggalkan Leonna yang manyun dan Chella yang terkikik. "Huaaa...hikzz...hikzz..." Leonna menangis dengan sangat kencang. "loe om paling tega! Loe mau buat anak gue ileran. Loe tega, loe tega, loe tega!" Rengek Leonna dengan menghentakkan kedua kakinya ke tanah, dan Chella tertawa ngakak.

"Oh sial!! berisik Ona." pekik Datan.

"Huaaaaaa Mama,,Papa... daddy Gator harus tau kalau anaknya tegaaan!" Leonna mengeluarkan handphonenya.

"Oke oke, jangan hubungin Daddy."

Datan malas mendengar ceramahan panjang lebar ala daddy gator. "gitu kek," Leonna tersenyum polos, dan Datan hanya bisa menggerutu kesal.

Apa kata dunia, seorang Datan Aguero Nick Mahya manjat pohon mangga. Hancur sudah reputasinya sebagai pria terunyu versi penulis. Datanpun mulai menaiki pagar dan menaiki pohon itu.

"Shit! banyak semut."

"Jangan banyak mengumpat," teriak Chella.

"Kalau bukan karena Abang, gue kagak mau nekad begini." gerutu Datan.

"Loe ngomong apa?" Tanya Leonna.

"Kagak, mbah loe pake kolor ijo," ucap Datan asal.

"Heyyy!!"

"Sialan,, ada orang utannya!" pekik Datan saat pemilik rumah yang berperawakan tinggi besar keluar dengan kumis baplang dan kepala yang plontos.

Guk guk guk ... Seekor anjing hitam berlari ke arah Datan. "Aaa mommy, daddy help me!"

"Datan loncat," teriak Chella.

"Tinggi Lonja peak, loe mau tulang gue remuk."

Leonna malah tertawa lepas melihat kepanikan sahabatnya. "Loncat, cepetan kita kabur." teriak Chella

Brug

"Aaadaaaww, pantat gue makin tepos!" pekik Datan saat terjerambab ke tanah dan pantatnya yang lebih dulu mendarat mulus.

"Hahahaha," tawa Leonna pecah.

"Bumil gendeng, malah ngetawain gue." cibir Datan dan berjalan membungkuk dengan memegang pinggangnya. "ya allah, pantat Datan sakit, pinggang juga sakit ya allah." keluh Datan membuat Chella dan Leonna terkikik.

"Lebay loe,"

Ketiganya sampai di rumah Leonna, dan Thalita segera membuatkan bumbu rujak untuk Leonna. "Aduhh badan gue merah merah semua, karena di cumbu semut semut kurang ajar." gerutu Datan melepas kaosnya, dan menggaruk tubuhnya.

"Mandi sana, biar tidak gatal-gatal." ucap Lita,

"Lihat Ma, ini kerjaan bumil gendeng. Badan Datan jadi udah gak perjaka lagi karena di cumbu semut semut liar."

"Jangan lebay deh." Celetuk Chella.

"Kita harus membayar ke pak Samsul, karena mangga ini." ucap Lita.

"Nanti biar Adrian saja yang membayarnya, Ma" ucap Leonna menikmati rujak itu dengan lahap. Chella meringis bahkan mulutnya terasa asam melihat Leonna yang dengan lahap menikmati rujak mangga muda yang asam itu. "Loe mau?"

"Nggak, lihat loe makan saja. Perut gue terasa di remas remas." ujar Chella.

"Ya sudah," Leonna menghabiskan semua makanannya dengan lahap.

