webnovel

35. Love...

Chella duduk termenung di taman kampus, sampai Datan menghampirinya.

"Hay lonceng gereja," sapa Datan.

"Hmm," jawab Chella.

"Loe kenapa? Tuh muka gak sempet di semir yah kusem bener." ucap Datan

"Dasar pea, loe pikir muka gue sepatu." pekik Chella membuat Datan nyengir tanpa dosa.

"Kenapa lagi sih loe, karena abang balik ke Spanyol?"

"Dia sungguh melupakan gue, Kunyuk. Bahkan saat kemarin gue menciumnya, dia terlihat biasa saja." cicit Chella dengan tangisnya yang luruh.

"Semuanya butuh waktu Lonja," ucap Datan. "abang baru keluar dari rumah sakit, biarkan dulu dia beradaptasi dengan kehidupan baru baginya. Biarkan dia mengingatnya secara perlahan."

"Bagaimana kalau dia sama sekali tak mengingat gue." Tanya Chella.

"Jangan pesimis Lonja, gue yakin abang akan mengingat loe. Karena loe cinta pertama abang, loe ingat kan apa yang pernah si Ona katakan." ucap Datan.

"Gue berharap sih begitu, dan gue akan menunggunya datang. Gue akan menunggu dia kembali dan mengatakan cinta lagi ke gue." ucap Chella penuh keyakinan.

"Itu pasti akan terjadi, loe hanya perlu sabar menunggunya." Datan dengan lembut mengusap kepala Chella.

"Iya loe bener," ucap Chella menyandarkan kepalanya di pundak Datan.



Leonna tengah duduk dengan selonjoran di taman belakang bersama yang lain. Malam ini mereka melakukan acara bakar ayam dengan duduk mengelilingi api unggun yang membakar ayam. Caren datang dengan kaki yang sudah lebih baik. "kakinya baikkan yah mbak. Aku tidak salah urutkan." ucap Leonna, tetapi hanya dijawab dengan dengusan oleh Caren dan duduk di sebelah Sarah.

Verrel dan yang lainnya sibuk membakar ayam sambil mengobrol dan bercanda. Leonna yang tengah memainkan instagramnya melirik ke arah Caren yang terus saja menatap Verrel dengan tatapan kagum penuh cintanya. "Kak" panggil Leonna.

"Hmm," jawab Verrel.

"Lihat kamera dan senyum," ucap Leonna langsung mengajak Verrel bergaya di depan kamera untuk Selfie bersama. Leonna menjulurkan lidahnya ke camera, padahal niatnya menjulurkan lidahnya ke Caren yang akhirnya memalingkan wajahnya saat melihat Verrel memeluknya dari belakang dan ikut berpoto. "sip,, aku masukin instagram. Selfie with my hubby lopelope." ucap Leonna membuat Verrel terkekeh.

"Dasar alay." ucap Verrel membuat Leonna ikut terkekeh.

"Lihat kak, banyak yang like." kekeh Leonna, membuat Verrel melihatnya.

"Dasar pasangan alay," celetuk Percy.

"Bilang saja loe syirik." celetuk Verrel.

"Percy, bagaimana kabarnya Rindi ? sudah lama tak berjumpa dengannya" ucap Caren dengan santainya membuat Percy tersedak salivanya sendiri. Rasya langsung memalingkan wajahnya dan fokus membakar ayamnya, Leonna dan Verrel menangkap kecanggungan itu.

"Rindi baik, Caren" ucap Verrel mewakilkan Percy.

"Syukurlah, aku begitu merindukannya" ucap Caren. "dulu kita selalu double date, aku denganmu dan Percy dengan RIndi. Masa-masa itu tak bisa aku lupakan" ucapan Caren membuat Rasya merasa semakin bersalah pada Rindi. Sedangkan Leonna mengepalkan kedua tangannya kesal.

"Sudahlah Caren, itu sudah berlalu" ucap Percy.

Leonna mengambil botol kecap kecil dan berpura-pura menuangkannya ke dalam mangkuk. Tetapi dengan sengaja ujung botol kecal di arahkan ke Caren yang berada di depannya. Caren terlihat asyik berceloteh mengenai saat mereka masih suka jalan bersama.

Srett srettt srett

"Aaaaaaa," pekik Caren saat kecap mengenai pakaiannya karena Leonna dengan sengaja menekan botol kecap dengan keras dan kecapnya memuncrat ke pakaian Caren.

"Aduh mbak, maaf banget yah. Aduh ini botol kecap kenapa sih, kok gak lurus lubang kecapnya." ucap Leonna berpura-pura memeriksa botol kecap itu. Caren sudah mendengus kesal dan beranjak pergi meninggalkan semuanya. Seketika tawa Leonna dan Rasya pecah.

"Dasar jahil," Verrel mencubit pipi Leonna pelan.

"Habis nyebelin banget tuh angel," kekeh Leonna.

"Good job Princes." kekeh Percy.

"Dia harus di beri pelajaran, Kak." ucap Leonna.

"Sudahlah, ini makan." Verrel menyuapi Leonna ayam bakar yang baru saja dia tiupi. "enak?" Leonna menganggukkan kepalanya. "kaki kamu masih sakit?" Tanya Verrel membuat Leonna menatap kakinya yang di perban.

"Sedikit, masih perih." ucap Leonna dan bergantian menyuapi Verrel.

Semuanya menikmati makanan mereka sambil berbincang-bincang, lebih tepatnya para pria. Sarah sudah pamit untuk beristirahat. Rasya terlihat sibuk dengan handphonenya, sedangkan Leonna duduk bersandar di dada Verrel. Awalnya Leonna mendengarkan pembicaraan mereka, tetapi rasa kantuk menghinggapinya, membuat kepalanya menunduk. "kamu sudah mengantuk, sayang?" Tanya Verrel merapihkan rambut Leonna yang menutupi wajahnya.

"Hmm," Leonna mengerang pelan.

"Sepertinya kita lanjutkan besok," ucap Verrel "Percy, sekarang loe tidur di kamar Rasya. Gue dan Leonna di kamar gue." ucap Verrel seraya mengangkat tubuh Leonna.

"Tapikan?" pekikan mereka bersamaan, tetapi juga langsung memperbaiki raut wajah mereka saat Andra dan Adit menatap mereka berdua dengan heran.

"Oke," ucap Percy akhirnya.

Verrel mengangkat tubuh Leonna ke dalam gendongannya membuat Leonna menggeram lembut dan menyandarkan kepalanya di dada bidang Verrel. Ia merebahkan tubuh Leonna di atas ranjang, dan merapihkan rambut panjang Leonna yang menutupi wajahnya. Verrel menarik selimut dan menyelimuti tubuh Leonna hingga batas dada. Iapun ikut bergabung di samping Leonna dengan memeluk tubuh Leonna. "kamu gadis nakal dan jahil, tapi aku begitu mencintaimu." gumam Verrel membelai wajah Leonna yang terlelap. "Good night Delia sayang, semoga mimpi indah." Verrel mengecup kening Leonna dan ikut terlelap di samping Leonna.



Leonna mengerjapkan matanya berkali-kali, cahaya lampu menusuk ke retina matanya. Iapun perlahan membuka matanya, dan melirik ke arah perutnya dimana ada tangan kekar memeluknya dengan posesif. Ia menengok ke arah sampingnya dan terlihat wajah tampan milik Verrel yang terlelap dengan tenang.

Leonna menjauhkan tangan Verrel dari perutnya, ia berniat mengambil minum karena tenggorokannya terasa kering. Ia bersusah payah bangun tanpa ingin membangunkan Verrel. Leonna berjalan dengan kaki yang pincang. "astaga kenapa sakit sekali." gumam Leonna saat kakinya tak mampu berjalan. Akhirnya Leonna meloncat dengan kaki sebelah menuju pintu.

"Kamu ngapain, De?" pertanyaan itu membuat Leonna terpekik kaget dan langsung berbalik dengan cengiran lebarnya. "Ngapain?" Tanya Verrel lagi dengan sebelah alisnya yang terangkat.

"Lagi latihan dance," jawabnya asal membuat Verrel tersenyum kecil.

"Kamu butuh apa? Kakimu masih sangat sakit yah?" Verrel beranjak menghampiri Leonna.

"Iya Kak, aku haus pengen minum." cicitnya menatap Verrel yang sudah berada di hadapannya. "Kyyaaaaa," teriaknya saat Verrel mengangkat tubuh Leonna ke dalam gendongannya. Leonna segera mengalungkan kedua tangannya di leher Verrel begitupun dengan kedua kakinya yang dia lingkarkan di pinggang Verrel.

"Kenapa tidak membangunkanku?" Tanya Verrel.

"Aku tidak ingin membangunkan Kakak." ucap Leonna.

"Kaki kamu masih sakit, kamu harus banyak beristirahat dulu." Verrel merebahkan kembali tubuh Leonna di atas ranjang king size. "tunggu sebentar, kakak ambilkan kamu minum yah." Verrel beranjak pergi.

Leonna menggerak-gerakkan kakinya yang di perban itu, terasa masih sakit. "aisshhh kenapa sakit sekali ini kaki. Heh kaki, kamu sengaja yah di lama-lamain sembuhnya biar bisa di gendong kak Verrel terus. Dasar kau ini kaki yang manja." ucap Leonna berbicara dengan kakinya sendiri yang memakai perban.

"Kamu baik-baik saja kan, De?" pertanyaan itu membuat Leonna terpekik kaget sekaligus malu. Verrel terlihat berdiri di ambang pintu dengan memegang segelas air.

"I-iya, kenapa Kakak bertanya seperti itu?" cicit Leonna merasa malu.

"Kamu aneh aneh saja, kaki sendiri di marahin." ucap Verrel menyodorkan segelas air ke Leonna. Leonna segera menyimpan gelasnya di nakas setelah meneguknya habis. "ayo tidur lagi," ajak Verrel yang di angguki Leonna.



Mereka kembali ke tempat proyek, paara pria sudah sibuk dengan pekerjaan mereka. Dan seperti biasanya Leonna dan Rasya duduk di tenda sambil menyeduh minuman. "Kak, kesana yuk." ajak Leonna menunjuk ke kebun teh. Rasya langsung menganggukan kepalanya. Keduanya berjalan menyusuri jalanan setapak kebun teh.

"Kaki kamu sakit gak?" Tanya Rasya.

"Sudah mendingan, tenang saja. Kaki Leonna gak lemah," kekehnya.

Mereka sangat antusias melihat pemandangan indah disana, Leonna bahkan tak tanggung-tanggung untuk berlari. Rasya hanya bisa berteriak memanggil nama Leonna, "ini menyenangkan Kakak." teriak Leonna dengan tawanya.

Rasya ikut berlari saat jalanan yang menurun, angin berhembus menerpa tubuh mereka dan seakan bebannya hilang. Keduanya tertawa terbahak-bahak, Kebahagiaan dan keceriaan Leonna seakan menular dan dapat di rasakan oleh Rasya.

"Awww,," pekik Leonna saat terjatuh ke tanah, kakinya tersandung sebuah ranting. Kakinya yang memakai perban terlihat berdarah kembali.

"Astaga Leonna, kamu gak apa-apa kan?" Tanya Rasya khawatir.

"Sakit," ringisnya dengan air mata yang sudah luruh membasahi pipi.

"Jangan nangis dong, sini kakak bantu untuk berdiri." Rasya membantu Leonna berdiri.

"Gak mau nangis, tapi air matanya bandel pengen keluar." ucapnya dengan air mata yang terus berurai. Rasya memapah Leonna menuju tempat pembangunan tadi. "sakit kak, aku pengen duduk saja." Leonna memilih duduk sambil meniupi kakinya yang terasa perih dan kembali berdarah.

"Kakak panggil Verrel dulu yah." ucap Rasya.

"Gak usah," ucap Leonna.

"Kenapa?" Tanya Rasya.

"Aku gak mau kak Verrel liat aku nangis, aku malu kalau kak Verrel lihat aku cengeng." Ucap Leonna yang masih menangis.

"Tapi darahnya terus keluar, nanti bisa infeksi."

"Aku kuat," ucap Leonna masih mencoba untuk berdiri walau sangat sulit, karena rasa perih dan sakit.

"Kamu bilang kuat, tapi air mata kamu terus mengalir."

"Air matanya bandel," padahal memang rasanya sangat sakit dan perih.

Rasya kembali memapah Leonna hingga akhirnya sampai di tempat proyek. Di tenda, terlihat Verrel, Percy, Caren, Sarah, Andra dan Adit tengah berdiskusi. Kedatangan Leonna dan Rasya membuat mereka semua menengok. Verrel melihat kaki Leonna yang berdarah,

"Kakak datang," gumam Leonna saat melihat Verrel berjalan menghampirinya.

"Kamu kenapa?" Tanya Verrel.

"Dia tadi jatuh," ucap Rasya, dan Verrel langsung memangku tubuh Leonna dan membawanya ke kursi di depan tenda. Verrel membuka perbannya yang sudah penuh dengan darah, Rasya membantu membawakan kotak p3k.

"Kenapa kamu tidak bisa diam, De?" Tanya Verrel terdengar kesal, tetapi Leonna hanya diam dan menangis dalam diam.

"Heh air mata kenapa gak bisa berhenti sih, jangan cengeng dong kan malu. Jangan rusak imageku di depan kak Verrel." gerutu Leonna pelan tetapi masih mampu terdengar oleh Verrel. Verrel yang awalnya ingin marah, malah jadi ingin tertawa mendengar gerutuan Leonna yang marah-marah pada air matanya.

"Kenapa menangis, bukankah ini ulahmu juga?" goda Verrel dengan masih memasang wajah kesalnya.

"Aku tidak tau, air matanya begitu menyayangi kaki jadi nangis terus." ucap Leonna asal.

"Selesai, sudah jangan nangis lagi." Verrel yang masih berjongkok di depan Leonna menghapus air matanya. "Dan jangan bandel, kalau tidak mau Kakak ikat." peringatan Verrel dan Leonna langsung mengangguk. "anak pintar, kakak harus kembali briefing." Leonnapun menurut dan duduk di kursi sambil menikmati coklat hangat yang di buatkan oleh Rasya.



Malam ini Verrel harus keluar bersama Percy dan Adit karena hal penting. Leonna tengah duduk di ayunan yang ada di taman dekat rumah pohon. Rasya berpamitan akan membuatkan cemilan untuk mereka berdua, ia menganyunkan ayunannya dengan sebelah kakinya, kepalanya menunduk menatap kaki putihnya yang terbalut perban. Hingga sepasang kaki jenjang dengan memakai sandal berdiri di hadapannya membuat Leonna mengangkat kepalanya. Terlihat Caren berdiri disana tengah melipat kedua tangannya di dada. Leonna memalingkan wajahnya karena malas berurusan dengan aunty aunty gatel ini.

"Aku males berbasa basi denganmu, hanya saja aku begitu muak melihat kamu yang terus menguasai Verrel." ucap Caren.

"Maaf mbak, setauku kak Verrel itu suamiku. Jadi ini urusanku dong mau menguasainya atau tidak, lagian aku tidak pernah memaksa kak Verrel untuk tetap bersamaku. Dia sendiri yang memilih denganku," ucap Leonna dengan tatapan sinisnya.

"Ck, jangan terlalu besar kepala bocah ingusan. Verrel melakukan itu karena amanat dari kedua orangtuamu yang harus mengasuh bocah ingusan sepertimu."

Leonna berdiri dari duduknya hingga berhadapan dengan Caren. "kalau memang benar begitu, berarti mbak gak perlu ikut campur dong. Toh kak Verrel saja tidak keberatan mengasuhku," ucap Leonna dengan tenang hendak beranjak meninggalkan Caren.

"Kamu boleh menguasainya hanya sebatas pengasuhmu saja, tanpa perlu tau siapa yang dia cintai." ucapan Caren menghentikan langkah Leonna. "ingatlah, aku mantan kekasihnya. Hubungan kami sudah satu tahun lamanya, bahkan dia sudah melamarku. Dia ingin menikah denganku, walau kebodohan yang aku pilih saat itu. Jangan besar kepala dulu, Princes. Karena kau hanya di jadikan pelampiasannya saja," ejek Caren membuat Leonna mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat.

Leonna berbalik ke arah Caren yang juga sudah menghadap ke arahnya. "oh ya?? Waw, mengejutkan sekali." kekeh Leonna masih dengan senyumannya walau air matanya sudah ingin lolos dari pelupuk matanya. "rasanya menyedihkan memang mendengar kata PELAMPIASAN. Tapi bagiku itu tak masalah sih, toh sekarang kak Verrel sudah menjadi milikku, SUAMI SAHKU..." ucap Leonna menekankan kata suami dan pelampiasan membuat Caren mendengus kesal.

"Kau terlalu percaya diri bocah ingusan, tipe Verrel bukanlah gadis cengeng, nakal, dan barbar sepertimu. Sungguh menyusahkan." Ucapnya, "kau tau, kenapa dia begitu ingin memperistriku? Karena lihatlah perbandingan di antara kita, Verrel menyukai gadis yang anggun bukan yang selalu membuat onar dan menyusahkannya."

"Begitu yah, malang sekali kak Verrel karena sudah tuhan takdirkan menjadi suamiku. Tetapi aunty, sepertinya kata MALANG itu lebih cocok untukmu yang selalu mengharapkan pria yang sudah beristri." ucap Leonna dengan seringainya membuat Caren merasa kalah telak.

"Dengar bocah ingusan, akan aku pastikan dia kembali padaku. Aku pastikan dia akan bertekuk lutut di hadapanku." ucap Caren penuh penekanan.

"Jangan terlalu berharap tinggi aunty, saat jatuh rasanya sangat sakit lho." ucap Leonna masih santai.

"Kau sungguh meremehkanku, lihat saja aku akan segera merebutnya dari bocah menyusahkan sepertimu." ucap Caren.

"Kita lihat saja aunty, seberapa kuatnya seorang istri yang mempertahankan suaminya atau sebaliknya." ucap Leonna beranjak pergi.

"Ahh iya, kapan yah terakhir Verrel menyentuhku. Dia benar-benar pria yang gagah dan jantan bukan," teriakan Caren menghentikan langkah Leonna yang tertatih karena pincang. Ucapan Caren barusan kembali membuat Leonna menengok ke arahnya yang menyeringai. Dia berjalan dengan anggun mendekati Leonna. "kamu tau, Princes." ucap Caren. " Verrel sangat bergairah di atas ranjang, kau tau itu bukan. Mungkin kau tak memahaminya karena usiamu yang masih di bawah umur. Tetapi Verrel selalu meminta lebih saat bersamaku yang mampu menyainginya di atas ranjang." ucap Caren membuat Leonna semakin mengepal kuat, ucapan Caren mampu menohok hatinya. Tetapi seketika Leonna tersenyum manis membuat Caren mengernyitkan dahinya bingung melihat ekspresi yang di tunjukkan Leonna.

"Wow, yang aunty katakan benar adanya. Suamiku itu memang sangat istimewa bukan. Sampai aunty saja tidak bisa melupakannya. Aku ikut bersedih dengan kondisi aunty yang hanya di jadikan patner sexnya oleh kak Verrel bukan menjadi istrinya sepertiku yang kapan saja bisa memberikannya seorang baby." ucap Leonna dengan tenang walau hatinya bergemuruh sakit. Leonna berbalik untuk meninggalkan Caren yang sudah sangat emosi.

"KAU !!" pekik Caren menjambak rambut Leonna.

"Awww," pekik Leonna memegang rambutnya yang di jambak oleh Caren.

Leonna berbalik dan mendorong Caren untuk menjauh. Keduanya berkelahi disana, dengan saling menjambak, mencakar dan juga memaki satu sama lainnya. Leonna tak ingin mengalah, dia benar-benar geram pada wanita ular itu.

Hingga tak lama Rasya, Verrel, Percy, Sarah, Andra, dan Adit datang. Mereka terpekik kaget melihat aksi Leonna dan Caren. Mereka segera turun tangan untuk memisahkan mereka berdua, Verrel mengangkat tubuh Leonna dari belakang, membuat Leonna terus berontak dan memaki Caren. Andra dan Adit menahan Caren.

"Lepaskan, aku harus kasih wanita ular itu pelajaran. Lepas !!" teriak Leonna terus berontak. Verrel membawanya ke dalam kamar mereka dan menjatuhkan tubuh Leonna ke atas ranjang. "Jangan halangi aku, Kak! Wanita ular itu harus aku kasih pelajaran." teriak Leonna hendak beranjak keluar, tetapi Verrel menahannya dan kembali mendorong Leonna untuk duduk di atas ranjang.

"DIAM!" bentak Verrel membuat Leonna terdiam dan menunduk. Leonna menangis terisak, kaki dan hatinya terasa sangat sakit. "INI SUDAH KELEWATAN, DELIA! KENAPA KAMU JADI GADIS BARBAR SEPERTI INI? TINDAKANMU INI SUNGGUH MEMALUKAN!"

Leonna masih menunduk dan menangis sejadi-jadinya. Verrel menghembuskan nafasnya kasar untuk meredakan emosinya sendiri. Tangisan Leonna mampu menyurutkan emosinya. Ia beranjak mengambil kotak P3K dan duduk rengkuh di hadapan Leonna karena kakinya kembali berdarah. Verrel mengobati kaki Leonna dalam diam dan hanya terdengar isakan Leonna saja.

"Apa aku sangat menyusahkan Kakak?" Tanya Leonna dengan isakannya membuat Verrel menghentikan aktivitasnya dan menatap manik mata Leonna yang sendu. "wanita itu bilang aku sungguh menyusahkan Kakak dan sungguh kekanakan. Dia bilang akan merebut Kakak dari aku."

Leonna menceritakan semuanya kepada Verrel apa yang Caren katakan padanya. "apa aku harus diam saja, saat seseorang menyerangku?" cicit Leonna.

Verrel beranjak dan duduk di samping Leonna, ia menarik kedua lengan Leonna agar menghadap kepadanya. "apa kamu pikir kakak pria yang bejat?" pertanyaan Verrel membuat Leonna menggelengkan kepalanya.

Verrel mengusap pipi Leonna yang terluka karena luka cakar. "Dengar De, bukan kamu yang di jadikan pelampiasan, tapi Carenlah." ucap Verrel membuat Leonna menatap mata Verrel dengan seksama. "kamu tau, kakak sudah jatuh cinta pada seorang gadis kecil yang usianya baru 10 tahun. Awalnya kakak begitu menyayanginya, tetapi semakin dewasa rasa sayang itu berubah menjadi cinta. Cinta pertama yang tak akan pernah bisa kakak lupakan." ucap Verrel.

"Gadis cantik, imut, dan lucu. Kakak semakin jatuh cinta padanya, saat dia dan kembarannya berulang tahun di usia 15 tahun. Dia bagaikan seorang princes yang memakai gaun berwarna blue sky, kecantikannya mampu menghipnotis kakak, sampai mata kakak tak bisa berpaling ke yang lainnya lagi." jelas Verrel membuat Leonna mengernyitkan dahinya.

"Kak-?" ucapan Leonna tertahan.

"Iya sayang, itu adalah kamu. Kakak sudah jatuh cinta sama kamu jauh sebelum kakak mengenal para mantan kakak. Saat kakak kuliah di London, Kakak mencoba memfokuskan diri ke hal lain dan wanita lain agar kakak bisa melupakanmu. Cukuplah kamu menjadi pujaan hati Kakak yang akan selalu kakak simpan di dalam hati. Kakak mulai mengenal beberapa wanita termasuk Caren. Hanya saja saat bersama Caren, dia mampu membuat kakak nyaman karena sikapnya yang dewasa. Tetapi kakak kecewa saat dia lebih memilih karirnya, dan lihatlah kelakuannya sekarang, sangat berubah drastis dengan Caren yang dulu." Ucap Verrel,

Leonna masih mendengarkan Verrel dengan seksama. "Saat kita kembali bertemu di Lombok, getaran itu kembali hadir. Kamu benar-benar tidak tergantikan dan tetap bertahan di hati kakak. Stay in The Heart..." Verrel mengusap kedua pipi Leonna yang terus menangis. Tatapan Leonna sungguh sangat syok, dan ada binar cinta di matanya. "kamu percaya kan sama kakak?"

"Tapi kenapa Kakak tidak mengatakannya dari awal?" Tanya Leonna.

"Karena kakak takut, kakak memang pecundang. Kakak takut kalau kamu mengetahui perasaan kakak, kamu akan menjauh dari kakak." ucap Verrel.

"Tapi-"

"Dan jangan pernah percaya dengan ucapan Caren, kamulah wanita yang mengambil keperjakaan kakak. Kakak tidak pernah melakukannya dengan siapapun, kamu tau kakak kan. Kakak mempunyai prinsip dalam hidup, tidak ada sex bebas sebelum menikah." Tambah Verrel.

"Kakak," Leonna memeluk Verrel dengan tangisnya yang pecah. "maafkan aku yang begitu bodoh dan tak menyadari perasaan kakak padaku. Aku begitu bodoh dan bahkan tak mampu membedakan mana cinta dan mana yang kagum. Maafkan aku kak, aku sangat mempercayai Kakak." isak Leonna. Verrel melepas pelukannya dan menangkup wajah Leonna, ia menempelkan kening dan hidungnya dengan Leonna. Leonna memejamkan matanya dengan tangisannya.

"Kakak sungguh mencintaimu, De. Bahkan dari sejak usia kakak 15 tahun, kakak sudah mencintai kamu." bisik Verrel juga memejamkan matanya.

"Aku percaya Kak." Leonna membuka manik matanya dan beradu pandang dengan mata biru tajam milik Verrel. "Leonna Fidelia Adinata sangat mencintai suaminya Verrel Alexander Orlando, dan akan selalu seperti itu sampai kapanpun juga."

Verrel mendekati Leonna dan mencium bibir basahnya, perlahan Leonna memejamkan matanya dan Verrel mulai menciumi bibir Leonna dengan perlahan dan begitu lembut hingga membuat Leonna merasa terbuai dan tergoda. Leonna mulai membalas ciuman menuntut dari Verrel.

Verrel melepaskan ciumannya membuat Leonna membuka matanya. "Jangan pernah menangis lagi, Kakak lebih suka melihatmu menjadi Marsya si anak nakal daripada jadi si anak cengeng."

Leonna terkekeh mendengar penuturan Verrel barusan. "Baiklah Mr. Bear." kekehnya seraya menghapus air matanya sendiri. "tapi Kak," Verrel menaikkan sebelah alisnya menanggapi Leonna. "Janji jangan dekat-dekat si Kere lagi, lihat wajahku di cakar olehnya." ucapnya dengan manja seraya mengangkat jari kelingkingnya.

"Janji di terima," Verrel menautkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Leonna. Membuat keduanya tersenyum bahagia,

