'Aku tau saat ini aku bukan siapa-siapa untuk kamu. Tapi aku akan berusaha untuk selalu membahagiakan kamu dan membuatmu nyaman, Delia. Walau aku bisa di katakan bukan suami yang baik, tetapi kebahagiaanmu lah yang utama. Karena aku mencintaimu, Leonna Fidelia Adinata. Bahkan sejak 12 tahun yang lalu. Cinta ini hanya akan menjadi milikmu' batin Verrel dan berjalan menuju sofa tapi sebelum sampai ke sofa, Verrel mendengar suara bisik-bisik beberapa orang.
Kok gak ada suaranya yah
Mereka main cantik mungkin biar gak berisik dan ganggu orang rumah
Emang bisa main cantik gitu, dad?
Diem kamu, little crocodile. Kamu masih di bawah umur.
Om diem kenapa, Percy gak bisa dengar apa-apa nih
Verrel menggelengkan kepalanya mendengar bisik bisik di luar sana. Keluarganya terutama pamannya begitu absurd.
Astaga, kenapa kalian menguping di kamar anak gue
Diem loe Niel, loe pasti kepo juga kan
Memang kedengeran?
Verrel terkikik, sepertinya sang ayahpun mengikuti jejak pamannya itu.
Heh Crocodile, little Crocodile, ngapain kalian?
Verrel tau suara melengking itu pasti suara tante nelanya.
Diem nela, nanti pengantin baru keganggu. Sini sini, dengerin deh
Ya tuhan kalian semua benar-benar yah
Dan itu Verrel sudah sangat mengenalnya, itu suara sang bunda kesayangannya.
Diem loe metromini
Ya tuhan ayah, kenapa ikut-ikutan. Loe juga Chacha,, astaga keluarga loe itu keluarga absurd semua
Verrel semakin terkikik mendengar amukan sang Bunda, dan Verrelpun berjalan membuka pintu.
"kyaaaaaaa"
Bruk
Kini di hadapan Verrel ada Datan, dan Percy yang terjatuh. Sedangkan para orangtua langsung merubah raut wajah mereka yang salting dan pura-pura sibuk ke yang lain.
"ada apa?" Tanya Verrel santai. Datan dan Percy cepat cepat berdiri dan berdehem kecil.
"ada apaan kak?" Tanya Leonna yang terbangun karena suara berisik. Semuanya dapat melihat Leonna yang terlihat sayu dengan rambut yang berantakan.
"kayaknya sudah daritadi deh mereka melakukannya" bisik Percy ke Datan
"anak loe main kilat kali yah" bisik Okta ke Daniel
"Daddy, Mom, ayah, bunda, Datan, kak Percy???" ucap Leonna dengan kernyitannya. "kalian semua disini? Ada apa?" Tanya Leonna bingung.
"ini nih sayang, mereka semua pengen matanya bintitan" ujar Serli. "sudah, sebaiknya kalian istirahat lagi. kasihan Leonna terlihat kelelahan" ujar Serli
"habis berapa ronde bro?" bisik Percy ke Verrel dan Verrel hanya mendengus kesal.
Apanya yang berapa ronde, Percy sengaja meledek Verrel yang tak mendapatkan jatah malam pertamanya.
"ayooo pergi" ujar Serli menjewer telinga Daniel.
"oke oke bunda sayang" ujar Daniel yang mengaduh dan Verrel hanya terkikik melihatnya.
"dan apa kalian mau jadi penunggu pintu kamar ini?" Tanya Verrel menyindir mereka semua membuat Chacha malu dan segera menarik tangan Okta dan Datan. Kini pandangan Verrel mengarah ke arah Percy yang terkikik.
"oke oke,, gue bye" kekeh Percy berlalu pergi .
"mereka kenapa kak?" Tanya Leonna bingung
"Lagi main petak umpet" ujar Verrel asal. "sudahlah jangan di hiraukan, lebih kamu tidur lagi" ujar Verrel setelah menutup pintu kamarnya.
"iya deh kak, good night kak" ujar Leonna berjalan menuju ranjangnya. Dan Verrel merebahkan tubuhnya di atas sofa.
Pagi-pagi sekali Verrel sudah membangunkan Leonna untuk mengajaknya solat subuh berjamaah. Leonna yang memang sudah terbiasa terbangun subuh untuk melakukan solat berjamaah bersama keluarga besarnya saat di rumah orangtuanya tidak kesulitan saat di bangunkan Verrel.
Selesai melaksanakan solat berjamaah berdua, Verrel menoleh dan terpaku saat melihat wajah cerah Leonna yang di balut mukena putih motif bunga itu. Leonna terlihat khusu berdoa. Tanpa terasa bibir Verrel tertarik ke atas melihat kecantikan natural yang terpancar dari diri Leonna.
Leonna selesai berdoa dan menatap ke arah Verrel yang masih memperhatikannya. Leonna tersenyum manis kepada Verrel dan mengambil tangan Verrel untuk di kecupnya.
Sungguh indahnya kehangatan ini. Andaikan cinta Verrel tak bertepuk sebelah tangan, mungkin akan sangat sempurna keindahan ini.
"kamu sangat cantik, Delia" ucap Verrel membuat Leonna menatap manic mata biru Verrel yang berseri dan tajam. Tanpa sadar pipi Leonna memanas dan ada guratan merah di pipinya membuat Verrel terkekeh melihat wajah Leonna yang memerah lucu.
"jangan tertawa kak" ucap Leonna kesal dan beranjak terlebih dulu
"kamu terlihat lucu, Delia" kekeh Verrel
"kakak nyebelin" ujar Leonna memunggungi Verrel karena malu ketahuan bulshing.
Verrel sudah bersiap mengganti pakaiannya dengan pakaian olah raga. Tranning dan kaos putih polos sudah melekat di tubuh tegap Verrel membuat otot-otot tubuhnya tercetak jelas di balik kaosnya.
"mau kemana kak?" Tanya Leonna yang tengah bergumul di atas ranjang.
"mau jogging, mau ikut?" ajak Verrel
"ikut kak" ujar Leonna segera beranjak, tetapi naas kakinya terlilit selimut.
Bruk
Tubuh Leonna ambruk ke tubuh Verrel membuat keduanya saling menindih dan kaki mereka saling bertautan. Kalau orang mengintip dari balik pintu, hanya akan terlihat kaki mereka yang saling bertautan seperti tengah melakukan sesuatu.
Dan itu terbukti, karena baru saja Datan melewat dan tidak sengaja mengintip. Mata Datan membelalak lebar melihat dua pasang kaki yang sedang bertindih.
"ya tuhan itu kaki si Ona ngapain ngelilit ke kaki bang Verrel, wah bener-bener nih si Ona keturunan siluman ular, tuh kaki pake dililit lilit segala" gumam Datan dan segera beranjak sebelum ketahuan.
Leonna masih bertatapan dengan mata Verrel dengan jarak yang begitu dekat. hembusan nafas mint Verrel menerpa wajah Leonna. Setelah cukup lama bertatapan Leonna tersadar dari keterpakuannya. Leonna segera beranjak dari atas tubuh Verrel dengan canggung.
"kita lari sekarang?" Tanya Verrel menstabilkan detak jantungnya.
"iya kak" ujar Leonna beranjak menuju kamar mandi untuk lari pagi bersama.
Tak lama, merekapun sudah melakukan lari bersama mengelilingi taman hotel hingga mereka berhenti dan duduk di kursi taman dengan keringat yang sudah memenuhi pelipis dan leher mereka. Verrel menyodorkan sebotol air minum ke Leonna. Dan Leonna segera meneguknya begitupun Verrel.
Setelah cukup lama terdiam, Verrel mengusap peluh di pelipis Leonna membuat Leonna menengok dan keduanya saling bertatapan satu sama lain.
Ada perasaan aneh yang menyelimuti hati Leonna. Verrel masih mengusap keringat di pelipis dan leher Leonna dan pandangan Leonna tak lepas dari wajah Verrel yang terlihat tampan dan mempesona dengan peluh yang membanjiri kening dan lehernya.
***
Vino baru saja mendaratkan kakinya di Bandar Udara Internasional Barcelona dengan menderek koper kecil dan masih memakai pakaian pilotnya. Banyak pasang mata yang mencuri pandang padanya.
Siapapun akan terpesona dengan Vino yang berperawakan tinggi tegap dan kekar, rahangnya yang tegas dan kokoh, walau garis wajahnya terlihat lembut dan ramah. Hidungnya yang mancung dan bibirnya yang tebal seksi menyempurnakan ketampanannya. Bukan hanya itu, lesung pipitnya membuatnya terlihat semakin manis saat tersenyum.
Alvino berjalan dengan gagahnya membelah ramainya situasi bandara, kacamata hitam bertengker di hidung bangirnya. Banyak sekali pasang mata, terutama kaum hawa yang dengan terang-terangan melirik ke arahnya yang sama sekali tak Vino hiraukan. Vino begitu kontras dengan sang papa dan juga ayahnya. Kalau sudah mencintai satu wanita maka sampai kapanpun tidak bisa tergantikan walau banyak wanita yang mencoba menggantikan posisi wanita itu.
"Vino" panggilan seseorang menghentikan langkah Vino. Vino menengok ke arah asal suara.
Deg
Vino mematung saat melihat siapa yang tengah berjalan tak jauh di belakangnya. Dia adalah Elzabeth, Jack dan putrid semata wayangnya Michella. Vino mematung menatap wajah Chella yang terlihat dingin dan datar. Seperti sebelumnya saat pernikahan Leonna, setelah acara selesai bahkan Chella pulang terlebih dulu tanpa sempat bertemu dengan Vino.
"kenapa melamun" tepukan ringan di pundaknya menyadarkan Vino dari lamunannya dan Vino langsung tersenyum ke arah Jack yang memang orangnya mudah akrab dan supel.
"sempat kaget saja melihat kalian ada disini" ujar Vino tersenyum kecil dengan masih mencuri pandang ke Chella yang masih terdiam dan juga sesekali melihat ke arah Vino.
'ternyata saat pakai pakaian pilot seperti ini, abang terlihat sangat gagah dan keren. Pantas saja Ona tergila-gila padanya' batin Chella masih mencuri pandang ke Vino
"iya Vino, kebetulan sekali om sedang libur. Dan Chella juga yang sedang ijin dari kampusnya jadi om ajakin liburan kesini sekalian menengok kakak om yang tinggal disini" jelas Jack
"di daerah mana om?" Tanya Vino menjadi bersemangat, setidaknya Vino memiliki waktu untuk berduaan dengan Chella selama di Spanyol.
"di Valencia" ucap Jack
"wah kebetulan sekali, bukankah itu dekat dengan rumah papa Farel" ucap Vino seakan bersemangat membuat Elza terkikik.
"iya Vino, kita akan bertetangga selama satu minggu" ujar Elza.
'wah, kebetulan yang sangat menyenangkan' batin Vino menatap Chella dengan senyuman manisnya walau Chella hanya memutar matanya jengah karena terus ditatap Vino.
"kalau begitu, ayo om, tante, Chell. Biar aku antar pulang" ujar Vino bersemangat. Jack dan Elza yang sudah tau kalau Vino menyukai Chella hanya bisa tersenyum dan berjalan mengikuti Vino.
"mama sama papa pasti senang ada tamu dari Brotherhood" ujar Vino membuat Elza terkekeh
"kamu berlebihan Vino" kekeh Elza.
***
Saat ini Leonna tengah berada di balkon kamar milik Verrel sendirian karena Verrel tengah bekerja. Chella ijin kuliah selama seminggu karena harus pergi menengok paman dan bibinya. Seharian kemarin Leonna melakukan latihan dance di sanggar yang ada di kampusnya karena sudah mendekati acara battle dance dengan kampus lain. Leonna juga sengaja berangkat pagi dan pulang malam hanya untuk menghindari kontak dengan Verrel.
Entah kenapa setelah menikah mereka jadi semakin canggung. Walau tidak seranjang, tetapi tetap sekamar dan tinggal di kamar laki-laki. Itu membuat Leonna sedikit kurang nyaman walaupun suasana kamar Verrel sudah di rubah oleh Serli dan menambahkan beberapa kebutuhan yang biasa diperlukan seorang wanita. Verrel dan Leonna juga harus berusaha bersikap manis dan mesra di hadapan Daniel dan Serli walaupun di dalam kamar, mereka sibuk dengan aktivitas masing-masing karena canggung yang melanda.
Situasi ini tidak bisa membuat Leonna sesantai sebelumnya berbicara dengan Verrel, entah kenapa di antara mereka seperti ada dinding yang memisahkan dan menjaga jarak mereka.
Leonna masih terpaku memandang langit sore yang indah, hingga pintu kamar terbuka dan membuat Leonna menengok. Disana terlihat Verrel baru datang dengan wajah yang terlihat lelah. Verrel belum menyadari keberadaan Leonna yang tengah duduk di luar balkon kamar Verrel. Verel terlihat merenggangkan setiap sendi dan otot tubuhnya seraya melepaskan jas yang dia pakai.
Leonna masih tak beranjak dan hanya memperhatikan Verrel yang tengah melepas kancing kemejanya yang begitu pas di tubuhnya hingga bentuk tubuhnya yang sixpack tercetak jelas dari kemeja putih itu. Saat Verrel sudah melepas kemejanya, segeralah Leonna memalingkan wajahnya ke arah langit. Pipi Leonna terasa memanas menatap tubuh sixpack milik Verrel.
"de, kamu ada disini?" lamunan Leonna terusik oleh suara Verrel.
Leonna menengok ke arah pintu pembatas dan terlihat Verrel berdiri disana dengan bertelanjang dada bersiap untuk mandi.
"kakak baru pulang?" Tanya Leonna seakan menyembunyikan gurat merah yang ada di pipinya.
"iya, aku kira kamu belum pulang dari kampus" ujar Verrel
"aku sudah pulang tadi siang kak" ucap Leonna tersenyum kecil.
"baiklah, kalau begitu aku mandi dulu yah" ujar Verrel yang di angguki Leonna.
Leonna memasuki kamar saat Verrel sudah masuk ke dalam kamar mandi. Leonna mengambil duduk di di sisi ranjang dan mengajak main Oni yang ada di kotak di nakas sisi ranjang.
Leonna mengetuk pelan kaca itu sambil tersenyum manis menatap penyu hijau yang sedang bermain di atas air. Verrel keluar dari kamar mandi dan melihat Leonna yang sedang menatap Oni. Verrel tersenyum manis melihatnya sambil mengusap rambutnya yang basah.
"bagaimana kalau malam ini kita nyari makan di luar?" ajak Verrel membuat Leonna menengok ke arah Verrel.
"kakak serius?" Tanya Leonna sangat antusias dan Verrel mengangguk
"iya aku serius, ayo kita kuliner" ujar Verrel
"ke pasar malam kak, disana jajanannya enak-enak lho kak" ujar Leonna
"kamu gak mau makan di restaurant atau café?" Tanya Verrel mengernyitkan dahinya bingung.
"tidak kak, aku lebih menyukai makanan di kaki lima seperti itu, rasanya tak kalah lezat sama di restaurant" ucap Leonna
"baiklah, setelah solat magrib kita berangkat" ujar Verrel yang di angguki Leonna dengan antusias.
Dan disinilah sekarang, keduanya tengah berada di sebuah pasar malam yang ramai pengunjung. Leonna bagaikan burung yang lepas dari sangkarnya. Begitu antusias kesana kemari seraya menarik tangan Verrel.
Verrel hanya bisa terkekeh melihat tingkah Leonna yang sangat aktif. Berbagai permainan disini dia naiki dan Verrel dengan setia dan sabar menemani istrinya itu.
"wow keren banget kak" ujar Leonna sambil mengunyah ice cream cornetto rasa coklat.
"iya kamu bener" Tanya Verrel yang merasa gemas melihat ke antusiasan Leonna.
"Cobain kak, ini ice creamnya enak lho" ujar Leonna
Verrel yang hanya membeli minuman isotonic menolak sodoran Leonna tetapi bukan Leonna namanya kalau tidak bisa memaksa dan akhirnya Verrel menerima suapan Leonna.
"enakkan kak" ucap Leonna
"iya, tapi tidak baik makan ice cream malam-malam, Delia" nasihat Verrel
"kakak mirip papa" celetuk Leonna membuat Verrel terkekeh kecil
"bagus dong, berarti kakak pengganti papamu" ucap Verrel
"iya sih benar, tapi papa Dhika tak ada duanya" kekeh Leonna membuat Verrel ikut terkekeh.
"kak ayo keliling lagi" ujar Leonna setelah menghabiskan ice creamnya.
"kamu gak lelah memang?" Tanya Verrel
"nggak kak, yang ada aku sangat excited. Aku udah lama gak kesini. Leon, papa, Adrian dan si kunyuk Datan mana mau nganterin aku kesini. Di ajak kuliner makanan saja menggerutu dan protes mulu. Mungkin abang Vino yang tidak menggerutu walau jarang ikut menaiki permainan seperti aku" ucapan Leonna yang terakhir membuat senyuman Verrel menghilang.
"kamu begitu dekat dengan abang kamu?" Tanya Verrel ingin mengetahui seberapa dekat wanita yang sekarang kini berstatus sebagai istrinya dengan laki-laki pujaannya yang tak lain kakak angkatnya sendiri.
"aku sama abang sangat dekat dari kecil. Abanglah yang selalu melindungiku dari bullyan Leon dan Datan. Abang juga yang mengajarkan aku berbagai hal, dari belajar menyebutkan huruf R, terus belajar sepeda dan banyak lagi" ujar Leonna berseri-seri membayangkan sosok abangnya tanpa melihat ekspresi Verrel yang tersenyum kecil.
"apa kamu mencintainya?"
Deg
Senyum Leonna memudar dan menoleh ke arah Verrel yang masih menunggu jawaban darinya.
"itu-" Leonna terdiam sesaat. Verrel yang sudah tau jawabannya langsung menangkup wajah Leonna dengan lembut.
"apa dia yang sudah menyakitimu?" Tanya Verrel
"kak, a-aku-"
"katakanlah, Delia. Bukankah kita ini berteman" ucap Verrel membuat Leonna menatap mata Verrel yang menatapnya begitu teduh.
"i-iya kak, aku mencintai abang Vino" ucap Leonna menunduk malu dan Verrel berusaha melapangkan dadanya dan tetap memancarkan senyum menawannya.
"tidak apa-apa,, jangan malu. Setidaknya sekarang kamu tidak sendiri, ada aku disini yang akan selalu menemani kamu. walaupun aku baru menjadi temanmu" kekeh Verrel membuat Leonna tersenyum manis.
"makasih yah kakak, kakak benar-benar baik" Leonna senang dan langsung menghamburkan pelukannya ke Verrel.
'Kita sudah sangat dekat, tetapi masih ada dinding pembatas yang membatasi kita. Karena pembatas inilah, aku tak mampu melangkah lebih jauh. Walau aku tak pernah menjadi seseorang yang berarti untukmu. Tetapi setidaknya aku bisa menjadi seseorang yang bisa melindungimu, menjadi seseorang yang bisa kamu butuhkan dan andalkan. Aku ingin kita selalu berdampingan dan saling membutuhkan seperti langit yang membutuhkan bumi dan bintang yang selalu menemani malam. Aku ingin menjadi seperti itu untukmu, Delia. Tak perduli hati kamu milik oranglain dan walaupun kamu meninggalkanku kelak, aku akan tetap seperti ini selamanya' batin Verrel mengusap punggung Leonna.
'cinta sejati terkadang tidak bisa menemukan tujuannya, cinta sejati juga tak selamanya harus saling memiliki.' Batin Verrel
"kak,,"
"hmm"
"makan martabak manis yuk" ajak Leonna menengadahkan kepalanya membuat Verrel tersenyum, karena Leonna begitu suka makan padahal badannya sangatlah kecil.
"baiklah princess,, ayo kita mencari martabak" uja Verrel melepas pelukannya. Tetapi sebelum itu, Verrel memasangkan jaket kulit berwarna coklat gelap ke tubuh Leonna. "nanti kamu masuk angin" ucap Verrel dan menggenggam tangan Leonna menuju tempat lain.
Walaupun dinding itu masih kokoh menghalangi jarak di antara Verrel dan Leonna, tetapi Verrel cukup bersyukur dengan bisa berjalan berdampingan bersama Leonna.
Tiba-tiba ada seorang badut berkostum kelinci menghampiri mereka berdua dan menyodorkan sepucuk bunga mawar ke Leonna.
"makasih badut lucu" kekeh Leonna dan badut itu mengangguk-ngangguk dan berlalu pergi. "bunganya wangi kak" kekeh Leonna membuat Verrel tersenyum manis.
Verrel memang reflika Daniel, jarang sekali berbicara dan lebih pendiam dan banyak bertindak.
"ayo kita cari martabak" ujar Daniel hingga mereka sampai di sebuah gerobak penjual martabak dan Leonna langsung memakannya disana dengan lahap.
"kak Verrel ayo makan" ujar Leonna
"sudah cukup, de. Aku kenyang" ujar Verrel
"nggak mau,, pokoknya hharus makan. Nih aaaaa" Leonna memegang rahang Verrel yang tegas dan menyuapi Verrel dengan sedikit paksaan walau Verrel sudah menolak.
"lagi kak,, aaa"
"udahhhhhmmpp,, cukup" ujar Verrel sambil mengunyah dan menahan tangan Leonna. Verrel menuntun pergelangan tangan Leonna dan menyuapi Leonna.
"kamu saja yang makan oke" ujar Verrel menyuapi Leonna
"makan dari tangan kakak ternyata lebih enak" ujar Leonna dengan polos membuat Verrel tertawa renyah.
"baiklah, nanti aku akan selalu menyuapimu makan kalau kamu mau" ujar Verrel
"yakin kak? Tapi sabar yah, soalnya nafsu makan Leonna sangat tinggi" tawa Leonna
"tak masalah, asal gajinya lebih tinggi dari menggambar sketsa" ujar Verrel membuat Leonna terkekeh
"baiklah kak, aku akan merampok kartu kredit Leon dan papa tanpa ketahuan mama" kekeh Leonna membuat Verrel tertawa.
Verrel sangat bahagia bisa tertawa bersama seperti ini bersama Leonna. Dan Verrel berharap tak akan pernah hilang moment seperti ini.
Setelah menghabiskan malam bersama berkeliling pasar malam dan kuliner. Kini keduanya sudah berada di dalam mobil untuk kembali pulang. Leonna sudah terlelap di dalam mobil dan Verrel fokus menyetir.
Sesampainya di rumah kediaman Serli dan Daniel, Verrel menuruni mobil dengan membopong tubuh Leonna yang terlelap.
"Verrel, kalian dari mana?" Tanya Serli yang sedang berada di ruang keluarga bersama Daniel..
"kami habis jalan-jalan, Leonna kecapean jadi dia ketiduran" ujar Verrel
"ya sudah kalian masuklah ke kamar dan beristirahat" ujar Daniel yang di angguki Verrel.
Verrel membaringkan tubuh Leonna di atas ranjang dan melepas sepatu flat yang Leonna gunakan. Verrel menyelimuti tubuh Leonna hingga batas leher dan mengelus kepala Leonna dengan sayang.
"good night, Delia" ujar Verrel dengan sedikit ragu-ragu Verrel mengecup kening Leonna dan beranjak menuju sofa untuk beristirahat juga.
Paginya, Verrel sudah bersiap dengan setelah jas formalnya begitupun Leonna yang ada jadwal kuliah pagi.
"Delia, pakai kartu ini untuk kamu membeli sesuatu" Verrel menyodorkan kartu unlimited berwarna gold ke Leonna.
"tapi kak-" Leonna terdiam bingung
"pakailah, aku suamimu bukan. Sudah sepantasnya aku menafkahi kamu. jadi pakailah kartu ini kalau butuh sesuatu" ujar Verrel dan akhirnya Leonna menerimanya.
"iya makasih kak" ucap Leonna menerima kartu itu dari tangan Verrel
"kalau begitu aku berangkat yah, aku tidak sempat sarapan dulu. Tapi kamu harus sarapan dulu sebelum berangkat kuliah dan hati-hati bawa mobilnya, oke" nasihat Verrel membuat Leonna terkekeh mendengar petuah Verrel yang panjang kali lebar. Verrel tak biasanya secerewet ini.
"aku berangkat"
Cup
Leonna mematung saat Verrel mengecup keningnya dan mengusap kepalanya sebelum akhirnya dia berlalu pergi meninggalkan Leonna dengan keterpakuannya. Leonna merasa sangat aneh dengan hatinya yang terasa berdegup dan menghangat.
"ke-kenapa?" gumam Leonna
***