A Clown
Chapter 12 :
Waktu begitu cepat berlalu acara kemarin diakhiri dengan Teo menyetujui perjodohan tapi dengan syarat. Tinggal mejalankan sesuai rencana maka tidak akan terjadi lagi apa apa, tujuan utama Teo sekarang adalah bagaimana bisa kembali menjalin hubungan dengan Val agar terbebas dari perjodohan tersebut.
"Maaf pak rapat akan segera dimulai, sekertaris bapak mbak Jane sudah menunggu di ruang rapat bersama donatur." Ucap respsionis dalam telepon.
"Baik mohon tunggu sebentar saya akan turun ke bawah." Jawab Teo.
Teo keluar dari kantornya menuju ruang rapat, jujur saja syarat yang di ajukan kemarin bukan yang terbaik tapi tidak ada cara jalan keluar lagi untuk menyelesaikan nya.
Mama dan Tante Fania pasti bersikeras untuk menjodohkan anak anaknya meski sudah menolak, lihat saja kemarin padahal sudah terang terangan saling tidak suka tapi masih saja dipaksakan.
"Selamat siang maaf saya terlambat." Ucap Teo sambil memasuki ruangan.
"Selamat siang senang bertemu anda secara langsung." Sahut Donatur menjabat tangan Teo sambil tersenyum.
"Begitu pula dengan saya, senang rasanya ada orang yang masih ingin menyisihkan uangnya untuk kebaikan. Semoga kebaikan yang diberikan kembali lagi kepada anda." Jawab Teo.
"Terimakasih.." Ucap sang Donatur.
Teo mempersilahkan semua orang untuk duduk kembali, sementara Jane memulai rapat dengan memberi tahu tempat mana yang akan dipilih.
"Baik tuan tuan jadi tempat diwilayah Stein," Ucap Jane.
"Maaf apakah ada alasan khusus terkait pemilihan tempat kenapa di wilayah Stein?" Tanya asisten Donatur.
"Tentu saja tuan, selain mempunyai udara yang bersih dan juga lingkungan yang asri. Wilayah Stein juga cukup strategis untuk ke beberapa tempat dan akses jalan nya juga cukup mudah sehingga memudahkan." Jelas Teo.
"Bagaimana dengan sekolah anak anak?" Asisten Donatur kembali bertanya.
"Untuk sekolah kami sudah bekerja sama dengan beberapa sekolah yang berada di Stein, mereka mendukung kegiatan kita membangun yayasan disana dan mereka janji akan membebaskan biaya uang sekolah, sehingga anak anak bisa meneruskan pendidikannya." Jawab Teo.
"Apakah kedepanya yayasan kita akan membangun sekolah, rumah sakit dan sebagainya?" Lanjut asisten Donatur.
"Untuk sekarang mungkin belum karena kita baru saja mulai membangun tapi kedepannya kita akan berusaha membangun fasilitas fasilitas memadai sehingga anak anak yang berada di bawah naungan kita bisa hidup dengan layak." Jelas Teo kembali menjelaskan.
Rapat berjalan dengan lancar pihak donatur senang akan rencana yang di sampaikan Teo untuk kesejahteraan anak anak kurang mampu.
"Senang dapat bekerja sama dengan anda." Ucap Donatur.
"Suatu kebanggaan bisa bekerja sama dengan anda tuan Xavièr apalagi ini menyangkut tentang kesejahteraan." Jawab Teo sambil berjabat tangan.
"Panggil saja Richard." Ungkap Tuan Richard sambil berpamitan.
Namanya Richard De Xavièr seorang politikus yang mendukung rakyat kecil, di setiap pidatonya dia selalu berkata. "Semua orang mempunyai hak yang sama." Tidak heran banyak rakyat kurang mampu yang mendukungnya.
"Orang dermawan seperti tuan Richard sangat jarang zaman sekarang." Ucap Jane sambil memperhatikan tuan Richard melangkah keluar ruangan.
"Iya sangat jarang sekali." Jawab Teo.
"Sebuah keberuntungan kita mendapatkan donatur yang sangat dermawan bahkan biaya yang disumbangkannya pun tidak sedikit." Jelas Jane.
"Yap betul sekali." Jawab Teo sambil melangkah keluar ruangan bersamaan dengan Jane yang mengikuti dari belakang.
"Jadi apa yang mau lo lakukan Teo?" Tanya Jane.
"Maksud?" Teo balik bertanya karena tidak mengerti apa yang dimaksud Jane.
"Yaa sepulang kerja lo mau ngapain gituu.." Jane kembali bertanya.
"Nggak ada." Jawab Teo singkat
"Mau nonton gak? Gue jenuh nih butuh healing." Ucap Jane.
"Nggak, gua sibuk." Jawab Teo cuek sambil masuk ke ruangannya.
Drrrtttt Drrttttt
Suara Handphone bergetar.
"Nomor tidak dikenal siapa ya?" Tanya Teo dalam hati.
"Halo selamat siang!" Teo mengangkat telepon.
"Heh, ngapain lo kemarin main setuju setuju aja!" Bentak seseorang.
"Maaf ini dengan siapa ya?" Tanya Teo.
"Ini gua Amel anaknya Tante Fania!" Teriaknya.
"Oh ya ada apa cil?" Jawab Teo malas.
"Heh bocil bocil umur gua udah 23 tahun ya!" Ucap Amel tidak terima.
"Iya ada apa?" Jawab Teo santai.
"Kenapa lo kemarin malah setuju buat perjodohan hah!" Tanya Amel sambil teriak.
"Kalo lo mau jawabannya jam 8 malem kita ketemu aja." Ucap Teo.
"Dih ngapain ketemu sama lo? Males banget!"
"Yasudah kalo gak mau gua tutup ya telponnya." Ucap Teo malas meladeni.
"Jawab dulu pertanyaan gua tadi!"
"Pertanyaan yang mana?" Teo pura pura lupa.
"Yang tadi anjir, kenapa lo malah setuju kemarin?" Ucap Amel kesal.
"Kan udah gua bilang kalo mau tahu ketemu aja biar jelas ngobrolnya." Jelas Teo.
"Halah modus lo ya bilang aja mau ketemu sama gua."
"Serah lo deh." Ucap Teo benar benar malas untuk menanggapi.
"Yauda iya mau dimana?" Akhirnya Amel mengalah.
"Ntar gua sharelock aja." Jawab Teo.
"Awas lo kalau bohong gua tandain muka lo!" Ancam Amel.
Tutttt tuttttt, sambungan terputus.
Sebenarnya Teo malas menanggapi hal seperti ini apalagi menghadapi remaja labil seperti Amel.
Tringg, suara notif pesan masuk.
"Teo mau makan siang bareng ga? Kebetulan aku ada pemotretan didekat kantor kamu." Pesan dari Val.
Kesempatan emas buat balikan mana boleh di buang yakan.
"Boleh."
"Oke aku tunggu di Marhas Cafe yaa." Val dalam pesan.
"Oke." Teo kembali cuek.
Bagaimana perasaanya para wanita jika dibalas singkat seperti itu bingung? Kesal? Itu yang kaum pria rasakan jika kaum anda membalas seperti itu apalagi kalo ada kata.
"Terserah."
Teo kembali fokus bekerja tapi sulit sekali berusaha untuk fokus, bukan karena memikirkan tentang perjodohan kemarin.
Tapi ini tentang Val tiba tiba saja mengajaknya untuk makan siang bersama apakah ini sebuah kode? Bagaimana menurut kalian para wanita? Karena sungguh membingungkan.
Apalagi katanya dia sedang ada pemotretan, berarti dia kembali aktif sebagai foto model. Brand mana yang bekerja sama dengan Val kali ini ya. Wajah Teo memerahmembayangkan Val saat pemotretan, pasti cantik sekali ucapnya dalam hati.
Astaga Teo fokus kerja banyak kerjaan menumpuk hari ini, tapi sial memang susah kalo orang sedang bucin. Masih ada sekitar setengah jam untuk istirahat, Teo memutuskan untuk keluar kantor, berjalan menuju parkiran lalu berangkat mengendarai mobilnya menuju Marhas Cafe.
Sesampainya di Cafe Teo tidak langsung masuk tapi dia melihat lihat sekitar mencari seseorang.
Val memilih tempat ini berarti pemotretannya juga di sekitar sini pikirnya, Teo berjalan jalan di sekitaran Marhas Cafe siapa tau bertemu dengan Val yang sedang pemotretan.
"Lho Teo?" Tanya seseorang.
Sepontan Teo melihat ke arah asal suara.
"Ngapain disini bukannya jam istirahat masih 20 menit lagi ya?" Tanya Val keherenan karena Teo lebih cepat datangnya.
"Oh umm tadi aku ada rapat di sekitar sini jadi langsung." Ucap Teo. Semoga raut wajahku tidak terlihat aneh ucap Teo dalam hati.
"Oh begituuu.." Jawab Val mengangguk.
"Kamu sendiri bukannya lagi pemotretan?" Tanya Teo basa basi.
"Iya ini ada satu lagi pengambilan gambar." Jawab Val.
Cantik sekali Val hari ini dengan memakai tanktop putih dibalut Blazer set warna coklat tua bermotif kotak kotak kecil seketika Teo hanya terdiam melihat kecantikan Val.
"Kalo gitu aku pemotretan dulu sebentar nanti kita langsung makan siang." Ucap Val.
Teo hanya terdiam membeku.
"Teo?" Panggil Val.
"Oh ya kenapa?" Tanya Teo.
"Aku pemotretan dulu." Ulang Val.
"O-oh iya iya." Jawab Teo.
Val berjalan menjauh, Teo hanya terdiam melihatnya lihat itu pakaian yang ia kenakan sangat cocok sekali dengan nya, perpaduan warna yang pas dengan kulitnya yang mulus seketika pikiran Teo melayang entah kemana astaga dasar otak ranjang.