“.. apa kabar tuan Nathanael?” satu yang di paling kanan menyapa sang Raja.
“baik.. senang bertemu kalian lagi..” sang Raja pun menjawab. Ia memang akrab dengan para kuda bersayap itu bahkan menghafal beberapa nama mereka.
Rupa Pegasus memang nampak sama namun wajah mereka masih bisa dibedakan. Belum lagi aksesori seperti kalung, anting, gelang kaki ataupun kepang dan kuncir surai yang mereka kenakan. Suara mereka ketika berbicara juga berbeda, bahkan diantara mereka mempelajari logat khas masing-masing 9 klan. Seperti klan Beast yang akhir kalimatnya bernada tegas ataupun klan Manusia yang logat bicaranya ramah dan santai.
“aku mau minta tolong pada kalian, apa kalian sudah tau kalau 8 Raja Arc Chaestra saat ini sudah berteman?”
“sudah tau.. dan kami turut berduka atas kepergian sang Father of Demigod..” salah satu yang lainnya menjawab mewakili keempat Pegasus yang lain.
“kami juga.. terakhir sudah ikut upacara duka nya minggu lalu.. tapi permohonanku kali ini adalah mengenai penyerangan para Dragons..”
“ya tuan, naga-naga menggila dan menyebar ke seluruh penjuru Arc Chaestra.. aku lihat sendiri bagaimana mereka membakar hutan Groilandia dan membekukan sungai-sungai..”
“benarkah? Kau sempat melintas disana?”
“begitulah.. setelahnya aku berbelok ke arah Vouna, tak ada satupun Dragons yang datang.. tapi memang Demigod yang berjaga di perbatasan…. Aku saja segan melihatnya..”
“ya ‘kan?? Kalau ditanya aku lebih takut pada Dragons atau Demigod, kurasa aku akan menjawab Demigod..”
“begitu ya.. baiklah.. aku senang kalau mereka aman meski belum memiliki pemimpin baru..
Oh ya, kali ini aku ingin minta tolong bisakah kalian menjemput dan mengantar 5 Raja lain yang tersebar di Arc Chaestra? Kami berencana untuk berkumpul di Nereida tepatnya di istana Blumengarte.. kami berencana menemui Erick langsung di Draecorona” Nathanael menyampaikan permintaannya pada 5 kuda terbang di hadapannya. Kuda-kuda terbang itu pun mendegarkan. Nathanael juga telah menyiapkan lima buah kalung berupa seutas tali dengan kristal bening kecil ditengahnya.
“kalian yakin tuan? Draecorona itu dingin.. sangat-sangat luas.. dan dengan para naga yang mengamuk bukankah membuat kerajaan itu makin mengerikan?”
“ya.. mau bagaimana lagi, Erick tidak menjawab panggilan kami.. jadi bagaimana, kalian mau bantu?”
“tentu saja..”
“tidak masalah..”
“serahkan pada kami..”
“kalung-kalung Kristal ini, aku sudah mengisi nya dengan Magia jemputan kalian.. kristalnya akan menjadi penunjuk jalan serta sihir pelindung bagi misi kalian..” Nathanael melangkah perlahan, menghampiri Pegasus pertama yang ada di hadapannya.
“aku tidak hafal nama seluruh pegasus tapi sepertinya aku mengenalmu.. kalau tidak salah kau.. Shiren.. Sha..”
“hehe aku Sharon tuan..” yang di tengah memperkenalkan dirinya. Ia memakai kalung emas dengan Kristal biru kecil. Terpasang cincin emas diantara persendian karpal sayap kiri nya.
“oh hahah maaf.. baiklah Sharon, tolong jemput Command Of Beast Adryan Dawson, keadaan Groilandia adalah yang paling buruk, hati-hati ya..” ujar Nathanael sambil memakaikan salah satu dari kalung pada Sharon.
“aku tak akan mengecewakanmu atau tuan Adryan.. aku akan segera kesana..” Sharon berbalik badan dan membuka sayapnya bersiap untuk terbang.
“dan ehm.. kau sendiri tidak takut Beast ‘kan?” Nathanael bertanya kembali, khawatir jika tugasnya memberatkan.
“hah? Tidak kok..” Sharon memiringkan kepalanya, bingung.
“baiklah.. silakan berangkat”
“okee..” Pegasus itu berlari kecil sejenak mengambil ancang-ancang kemudian melesat ke langit. Angin yang ditimbulkan sayapnya sungguh sangat kuat.
“uhmm..” Nathanael melangkah ke Pegasus selanjutnya. Matanya menyipit berusaha mengingat nama Pegasus itu.
“Javi, tuan Nathanael..” selanjutnya seekor Pegasus yang surai sebelah kanannya di kepang. Ia juga mengenakan tiara emas kecil berhias Kristal merah.
“baiklah Javi, kau tidak keberatan kalau menjemput Guardian of Chaldene, Peter Ainsley di Gi Ankalia?”
“kau serius tuan? Wow.. Beliau pasti keren, baiklah.. aku ijin berangkat ya..” Javi adalah seekor Pegasus yang kalem dan ramah. Secepat Sharon yang berangkat duluan, setelah dipakaikan kalung Kristal Ia membelah langit dengan sayapnya.
“tiga lagi ya.. berarti Damian, Andrew dan Ryota..”
“Damian Lawrence, Spirit of Darkness? Aku saja yang kesana..” Pegasus bertubuh agak kecil yang ujung ekornya diikat menawarkan diri. Jika dilihat sepertinya Ia Pegasus tipe pendiam dan anti ribet.
“oh? Ehm kau.. Ro.. Romora ya? Boleh, tolong ya..” Nathanael memakaikan kalung Kristal pada Romora yang membungkuk.
“uhm” Romora tersenyum kecil dan mengangguk. Ia sudah sering melintas diatas Mavr Lykos dan sudah hafal betul dimana letak kastil Allagima.
“baiklah.. Thalassas dan kuil Jijitsuko jinja.. siapa yang mau kesana?”
“boleh aku ke Jijitsuko Jinja? Belakangan aku gemas dengan para Rubah yang berlalu lalang di hutan pinus Miwamori..”
“ini misi berbahaya lho.. menjemput pemimpin negeri dan menjaga mereka dari kejaran Dragons.. tapi tak apa, selama kau tulus dan senang menjalaninya.. oh iya siapa namamu?”
“Akiho tuan..” suara Akiho yang tegas nampak berlawanan dengan tingkah kekanakannya. Kakinya berjingkrak-jingkrak kecil bersemangat ingin mampir ke Miwamori.
“oke Akiho.. silakan berangkat, disana sedang tengah malam.. hati-hati ya”
“yeeeyy…” setelah mengangkat kedua kaki depannya karena senang, Akiho terbang menuju Miwamori. Ia menantikan berdiri tegak di depan megahnya Jijitsuko Jinja yang dipenuhi rubah-rubah lucu.
“kalau tidak salah nama Earl of Sirens itu, Andrew Cerise ya tuan?”
“iya, benar sekali—eh, sama dengan namamu ya..”
“hehe.. iya, mungkin Ia akan sedikit terkejut..” Pegasus itu bernama Cerise, nama yang sama dengan nama belakang Andrew. Senyum Pegasus itu sungguh manis. Kalung emas berkristal biru dan gelang emas di kedua kaki depan menjadi cirinya.
“baiklah Cerise, Andrew menunggu di dalam laut tapi kau tak perlu khawatir.. Kristal ini akan memandumu.. sana, susul teman temanmu yang sudah berangkat duluan..”
Cerise mengangguk. Ia terbang ke arah tenggara, menuju dalamnya Thalassas dimana Andrew menunggu.
“sepertinya Cerise Pegasus yang polos ya..” Andrew dan teman-teman yang lain mendengar pembicaraan Nathanael dengan para Pegasus. Earl of Sirens itu mulai penasaran dengan Cerise.
“eh? Aku lupa kalau cermin ini masih terhubung dengan sihir Peter” Nathanael menatap cermin kecil yang masih Ia genggam. Benar adanya karena disisi refleksi wajahnya kelap kelip Magia navy masih berhamburan pada cermin itu.
“oke.. ditunggu kehadiran para Pegasusmu ya..” ujar Adryan. Ia pun beranjak dari duduknya, berjalan menuju pintu keluar tempat persembunyian agar bisa segera bertemu dengan Sharon.
“sepertinya Akiho yang ceria akan cocok dengan Ryota yang pemalu..” sahut Peter sambil tersenyum tipis kala mengingat tingkah Ryota yang agak pemalu dan jarang bicara.
“eh.. aku.. nggg…” telinga Ryota menekuk, Ia bingung harus menjawab apa.
“Javi sangat bersemangat ketika mendegar Guardian of Chaldene lho.. sambut Ia dengan baik ya, jangan tarik surainya terlalu kencang” balas Nathanael.
“kau pikir aku tukang jambak”
Hahahahahah…..
“bagaimana denganmu Nathanael? Kau akan terbang sendirian kesini?” tanya Cyrus karena Nathanael hanya memanggil 5 Pegasus saja.
“kenapa? Kau mengkhawatirkanku? Hmm.. manisnya. Jangan khawatir, percayalah padaku dan sayap-sayapku..” usai menugaskan kuda-kudanya, Nathanael terbang lagi ke Kteno Diasti untuk mempersiapkan diri menemui teman-temannya lagi.
Jauh disana Javi membelah langit malam dan sampai di Chaldene. Kalung pemberian Nathanael membantunya menembus pelindung sihir. Ia pun tiba tepat di halaman Gi Ankalia.
“huftt.. uhh ngeri sekali.. terlalu banyak Dragons di luar sana..” Javi menggoyangkan surainya, sedikit merasa ngeri karena melewati sekian banyak Dragons di perbatasan Chaldene.
“haaiii……. Kau pasti Javi yaa..???” Peter menyapa Javi dari jendela tempatnya berada. Javi tak menjawab hanya mendongak ke tingginya jendela sambil kebingungan melihat tingkah Peter.
“sudah jangan iseng, sana turun dan temui dia..” ujar Cyari sambil menepuk pundak Peter dengan tanduknya.
“hehehe.. kalau begitu aku pamit ya, Cyari..”
Peter lalu mengambil A Froura, pedangnya, dan berpamitan pada para Unicorn serta penyihir-penyihir yang tengah menjaga Chaldene.
“hati-hati tuan Peter..”
“yup, do’akan aku ya..”
Ia naik di punggung Javi yang kemudian kembali melesat ke langit. Kilauan perisai sihir masih kokoh menjaga perbatasan kerajaan dari Dragons.
Meski ditengah gelapnya malam, Dragons di luar Chaldene masih bisa melihat mereka dan berusaha menyerang namun terbangnya Javi tak bisa diremehkan.
“.. tak usah takut ya tuan Peter, ini bukan apa-apa buatku..” Javi membuat perisai sihir dari angin, lalu mengepakkan sayapnya sekali saja. Angin besar menghempas dan para Dragons hanya bisa melamun melihat kencangnya Javi terbang. Peter dan Pegasusnya langsung menuju Nereida di Timur laut untuk berkumpul dengan yang lain.
Tak lama setelah Javi, Romora pun tiba di Mavr Lykos. Ia melihat dengan jelas beberapa ekor Naga terjebak dalam kabut. Namun apa yang dikatakan Nathanael memang benar. Kabut Shapeshifter dengan mudah ditembusnya dengan bantuan kalung kristal ajaib. Ia tiba di hadapan Damian yang sedang duduk bersama para Shapeshifter lain di luasnya halaman Allagima.
“Kau sudah datang? Terima kasih.. mohon bantuannya..” sapa Damian dengan ramah.
“aku melihat banyak Dragons masih berusaha menembus kabut.. rakyatmu tidak ada yang terluka kan..”
“tidak.. beberapa dari kami sempat kelelahan setelah melepas kabut.. tapi mereka sudah ditangani..” Damian memakai jubah tambahan untuk melindungi dirinya, juga membawa senjata-senjata yang bisa Ia sembunyikan di balik jubah.
Romora hanya tersenyum. Damian pun pamit pada bawahannya, lalu diantar Romora melesat menuju Nereida. Terbangnya Pegasus itu membuat jejak garis awan putih di langit yang kontras dengan abu-abunya kabut sesat.
Lalu disisi lain Arc Chaestra..
BYUURRR…………
Cerise yang ditugaskan menjemput Andrew di Thalassas, menceburkan dirinya kedalam laut. Kristal pelindung membuatkan gelembung ajaib yang membuatnya tetap mampu bernafas didalam air.
“sihir tuan Nathanael.. memang luar biasa..”
Dasar palung tak terlihat karena sungguh gelap. Setelah beberapa puluh meter Cerise menyelam, sungut Andrew merasakan suatu kedatangan. Ia pun keluar dari dalam palung untuk bertemu Cerise.
“... tuan Andrew?”
“hai Cerise.. Terima kasih sudah datang..”
“syukurlah.. aku tidak terlambat..”
“ayo.. kita ke permukaan..” ajak Andrew. Cerise sempat terpana melihat manisnya wajah Andrew. Bayangan umum mengenai Siren adalah klan misterius yang membawa petaka langsung hilang begitu saja kala melihat rupa sang Earl.
Andrew menyibak ekornya cepat. Cerise mengikutinya dari belakang. Dalam gelapnya laut mereka berenang secepat mungkin agar tak disadari oleh para naga laut. Begitu tiba di permukaan, Andrew mengubah ekornya menjadi sepasang kaki dan naik ke punggung Cerise.
“pegangan yang kuat ya..”
SYUUUSSSHHHH……. Bahkan angin yang tercipta dari kepakan sayap Cerise mampu membelah ombak. Mereka naik perlahan ke tingginya langit, terbang lurus menuju Blumengarte.
Tugas sepenting ini, mana mungkin kami gagal melaksanakannya?