webnovel

Departure

“baik, berarti yang harus kita lakukan sekarang adalah...” Nathanael memandang temannya satu persatu, menanti jawaban.

“mencari Erick..” sahut Damian.

“memastikan Ia baik-baik saja... tunggu, salah ya(?) tidak mungkin ia baik-baik saja..(?) menyelamatkannya dari bahaya..” dengan wajah imutnya Ryota menjawab.

“menangkap Erick palsu(???)” Andrew memiringkan kepalanya, agak ragu.

“mengembalikan kondisi Draecorona, Groilandia, Nereida.. dan kerajaan-kerajaan lain yang kacau yeay..!!!” Cyrus menyahut dengan nada girang layaknya anak kecil.

“tapi.. memangnya kalian tau dimana kira-kira Erick berada? Sebelum menemui Dawson aku sudah terbang berkeliling mencari nya ke seluruh Draecorona namun aku tak menemukannya..” tanya Ziel tiba-tiba. Ya, Ia sudah tau bahwa sosok yang Ia cari duluan seharusnya Ialah Erick yang asli. Namun karena sudah putus asa tak kunjung menemukannya Ia pun pergi menemui kawan Erick.

“... iya juga ya”

“tau kok.. aku bisa gunakan cara yang sama seperti saat kukirim lima ekor Pegasus untuk menjemput kalian semua kemari.. aku mencampurkan sedikit Magia kalian yang ku dapatkan dari barang-barang pemberian kalian untukku ke dalam kristal kecil, dan satu mantra penunjuk arah sederhana kemudian... Tada..!! sihir pencari lengkap dengan petunjuk arah dalam satu mantra..” Nathanael memperagakan bagaimana Ia menggunakan sihirnya. Jemari nya yang panjang terlihat sangat manis ketika menjalin satu sama lain sambil memercikkan sedikit Magianya.

“wah.. kalau begitu ayo, kita tunggu apa lagi?? Siapapun diantara kalian masih ada yang punya benda pemberian Erick? Aku ada sih.. tapi tidak kubawa..” tanya Peter pada yang lain.

“aku juga punya.. tapi kutinggal di kamar ku karena takut hilang..” balas Ryota. Semua pun berpendapat seperti dirinya, khawatir benda berharga itu hilang.

“akan kuambil punyaku, aku kembali ke kamar dulu ya..” Cyrus beranjak dari kursinya lalu dengan segera terbang ke kamarnya di lantai 3 Blumengarte. Selepas upacara kedukaan Erick memberikannya sebuah cincin perak. Karena Cyrus jarang memakai perhiasan Ia pun menyimpannya di laci lemari bersama dengan perhiasannya yang lain.

“apa yang Erick berikan padamu waktu itu, Cyrus?”

“sebuah cincin.. tapi Magia nya meredup seperti akan hilang..” Cyrus menyodorkan sebuah kotak beludru kecil tempat Ia menyimpan cincin pemberian Erick. Nathanael mengambil cincin itu dan meraba Magia yang tersimpan di dalamnya.

“ah.. kau benar, aku hampir tak merasakan apapun di dalamnya.. tapi akan kucoba..” Nathanael merogoh kantung yang ada di pinggangnya, mengambil satu Kristal pencari yang sengaja Ia bawa dan mendekatkannya dengan cincin Cyrus.

Sayangnya kini kristal itu tidak merespon seperti sebelumnya Ia pasangkan mantra pencari. Magia Erick dalam cincin perak itu benar-benar sudah redup.

“ah… tidak.. Magia Erick.. sudah hilang..”

“jangan bercanda kau Celestial..”

“Kristal ini seharusnya berpendar perak, sesuai Magia Erick.. tapi lihat, Ia tak berpendar sedikit pun..”

“lalu.. bagaimana kita mencarinya sekarang?” Andrew makin lemas. Ada kemungkinan Magia Erick melemah karena kondisi pemiliknya yang juga sedang dalam bahaya. Ditengah kebingungannya Ia teringat..

“Broken compass…”

“hm?”

“aku bisa gunakan Broken compass ku untuk mencarinya.. ‘kan..” Andrew buru-buru mengeluarkan kompas ajaibnya. Setelah sekian lama akhirnya bola kaca bening itu menampakkan wujudnya lagi.

“atas diriku yang menunjukkan jalan.. beritahu kami.. dimana dia..” sang Earl memejamkan matanya, diikuti Magia turquoise yang perlahan berpendar makin terang. Panah dalam Broken compass berputar amat kencang.

“nghh.. kau ini kebiasaan ya..” Nathanael memegang kedua tangan Andrew, mencegahnya membuang-buang Magia.

“jika menggunakan Broken compass, mantranya akan sedikit berbeda.. kita harus merapalnya bersama-sama karena kompas itu milikmu ‘kan.. dia hanya akan mendengarkanmu..” sambung Nathanael lagi. Aliran Magia Andrew pun terhenti, begitu pula putaran anak panah dalam kompasnya.

“hhh… maaf, kepanikan ini membuatku hilang kendali.. katakan saja apa yang harus kulakukan..” Andrew memegangi kepalanya, membalas Nathanael dengan nada sayu. Ia akan lakukan apapun asal Ninefinity bisa berkumpul kembali.

“kalian, tolong bawakan syal, sarung tangan, mantel, apapun untuk menghangatkan tubuh..” Cyrus memerintahkan pelayannya, bersiap untuk berangkat ke kutub utara.

“baik tuan Cyrus..”

Para pelayan pun datang berbaris rapi, membawakan setumpuk pakaian hangat untuk dipinjamkan pada teman-teman Cyrus. Nathanael dan Peter mengambil sebuah syal, Ryota mengambil sarung tangan, dan Cyrus sendiri mengambil manset bulu putih yang hangat dan tebal.

“semua sudah siap? Ayo.. kita berangkat..”

Mereka pun bersiap untuk berangkat mencari Erick, keluar bersama dari besarnya Blumengarte. Nathanael dan Andrew menggenggam Broken Compass bersama, memantrainya dengan sihir pencari untuk menemukan Erick.

“nah sekarang Andrew, rapal lah mantra mu yang tadi..”

“ya..

atas diriku yang menunjukkan jalan.. pandu kami, untuk menemuinya..”

“.. pandu kami untuk menemuinya..”

Magia kuning Nathanael menyatu dengan Magia Turquoise Andrew. Panah kompas itu awalnya berputar-putar tapi kemudian berhenti menunjuk ke satu arah pasti. Broken Compass lalu terbang melayang di udara.

“naiklah ke punggungku.. Ainsley, Lawrence, Cerise, Takahiko, Dawson..” Ziel mengubah wujudnya menjadi Dragon, membuka sayapnya lebar-lebar dan membungkuk agar para Raja bisa naik ke punggungnya. 5 nama yang dipanggil itu pun menurut, naik ke punggung sang naga api.

Nathanael dan Cyrus membuka sayap-sayap mereka, mengikuti arah terbangnya Broken compass. Keberangkatan mereka ke Draecorona diiringi lambaian dan doá-doá para Pixies.

“hati-hati, tuan Cyrus..”

“kalian juga.. Spirit of Darkness.. Guardian of Chaldene.. semuanya..”

Broken Compass memandu para Raja ke arah utara hingga melewati laut yang memisahkan Nereida dan Draecorona. Udara dingin mulai berhembus seiring mereka mendekati kutub utara. Perlahan pemandangan laut bersih nan biru berganti menjadi daratan putih berselimut salju.

“ternyata memang benar dugaan kita ya.. sejak awal Erick tidak meninggalkan kerajaannya..”

“aku tidak mengerti.. ada di Draecorona bagian mana Ia berada..” Ziel sendiri bingung, karena merasa sudah mengelilingi kerajaannya itu beberapa kali.

“ya.. kita ikuti saja dulu kemana terbangnya kompas itu..”

Ketika memasuki perbatasan, terlihat banyak naga yang berjaga di pinggir pantai. Mata-mata mereka mengawasi sejauh pandangan. Besarnya tubuh Dragons merupakan penyebab mereka yang melihatnya merinding kengerian.

“.. Sam, Xaviersky, naiklah ke punggungku dulu.. dan menunduklah kalian semua agar tak terlihat oleh mereka..” pinta Ziel tanpa mengubah kecepatan terbangnya.

“begitukah? Oke..”

Mereka yang terbang dengan sayap sendiri pun menurut. Begitupun mereka yang sedang berada di punggungnya.

“lihat itu, si mantan Raja yang tadi sempat menentang..”

“hahahahah… masih berani pulang kemari dia.. ku kira dia meninggalkan Draecorona dan tak berniat kembali lagi..”

Terdengar percakapan para Dragons yang sedang menjaga perbatasan. Sebagian besar dari mereka merupakan naga api. Ziel tidak tersulut emosinya dan tetap terbang memasuki Draecorona, memastikan ia bisa membawa masuk 8 Raja yang tengah menumpang di punggungnya.

“D.. Dragons…”

Napas Ryota terdengar bergetar saat itu, Adryan yang duduk di depannya menyadari dan menyerahkan ekornya untuk dipegangi. Ryota pun mengerti, tebalnya bulu ekor Adryan membuatnya sedikit tenang.

Nathanael menutup sayapnya rapat-rapat, begitu pula Cyrus. Jangan sampai ada bagian tubuh mereka yang menyulut rasa curiga para Dragons penjaga.

Setelah melewati perbatasan suasana tidak setegang sebelumnya, Nathanael dan Cyrus pun diperbolehkan terbang kembali.

“.. sepertinya sudah aman.. silakan terbang lagi kalau kalian mau..”

“mereka tidak curiga padamu, Ziel?”

“sepertinya tidak.. selama mereka tidak melihat kalian..”

“jadi ini ya.. Draecorona..” Damian melihat ke bawah, ke hamparan putihnya salju dan beningnya es.

“kalian pernah sekali kemari ‘kan... ketika mencari kunci Gate of South..”

“ya.. kami memulai dari peradaban tertua di Arc chaestra..”

“peradaban tertua? Sebenarnya Draecorona dan Groilandia tidak terpaut jauh usianya.. tak lama Draecorona berdiri, klan Beast ikut mendirikan kerajaan mereka sendiri..”

“benarkah itu? Sepertinya ada catatan yang hilang di buku sejarah kami..” balas Adryan. Bisa jadi Ziel mengetahui apa yang tak ia ketahui.

“ya.. bahkan ada kabar dulunya Dragons dan Beast hidup bersama lho.. tapi sempat berperang dan akhirnya berpisah mendirikan kerajaan masing-masing..”

“perang lagi.. perang lagi..” Peter menggelengkan kepalanya, heran.

“.. ada satu kejadian di masa lalu.. sebuah kejadian yang kabarnya membunuh setengah populasi klan Dragons.. tapi sayang kami juga kehilangan bagian itu.. kejadian ribuan tahun lalu yang hilang dari catatan..”

“.. kalau dipikir-pikir 9 klan punya sejarah yang sangat panjang ya..”

“tentu saja.. dan sejarah itulah yang mengantar kita semua untuk tiba disini.. saat ini…”

Suasana kota pertama yang mereka masuki agak sepi, karena banyaknya para naga yang terbang menyebar di Arc Chaestra. Adapun penduduk yang tidak ikut penyerangan, tetapi bersembunyi di dalam rumah masing-masing. Kemungkinan besar mereka adalah yang berpihak pada Ziel, yang menyadari keanehan pada diri Erick. Mereka yang mengalah lebih memilih bersembunyi untuk menghindari konflik dengan sesamanya.

Agak jauh mereka memasuki Draecorona, Ziel tiba-tiba melambatkan kecepatannya.

“... te-tempat ini..” Ia tidak menyangka akan tiba di suatu tempat..

“Ada apa Ziel..??”

“ini.. kuburan Dragons.. para naga yang tau ajalnya akan segera tiba, akan datang ke tempat ini untuk berdiam diri menunggu dijemput malaikat maut.. naga yang masih hidup tidak akan pernah datang kemari..”

Ninefinity serentak melihat ke bawah. Sebuah tempat yang sangat sepi dan mencekam. Banyak terlihat tulang-tulang Dragons berserakan. Ada yang masih utuh tergeletak di atas salju, ada juga yang sudah setengah hancur terkubur atau membeku ditelan es. Tenggorokan mereka tercekat terutama ketika Broken Compass yang mereka ikuti turun ke tempat itu.

“oh.. tidak…. Ini tidak bagus”

Ziel pun segera melesat mengikutinya. Damian menggigit lidahnya. Mata Adryan tak berkedip. Jantung mereka berdegup kencang memikirkan apa yang terjadi pada Erick. Tak ada yang berkata-kata kala Ziel mendarat mengikuti Broken compass.

Sang kompas kaca pun berhenti dan terjatuh di atas salju. Magia kuning dan turquoise yang membalutnya perlahan pudar. Kompas itu jatuh tepat di depan sebuah bongkahan es dimana terdapat raga Erick terkurung membeku didalamnya. Kedua mata sang Raja naga terpejam tak sadarkan diri. Bibirnya pucat, tersamar dengan warna kulitnya yang putih. Wibawa sang Raja membeku dalam es yang mengurungnya.

Ziel mendarat tepat di depan balok es itu. Turunnya naga api itu menghasilkan getaran yang cukup kencang di bumi ketika keempat kakinya menyentuh tanah. Matanya terbelalak melihat apa yang ada di depannya.

“apa-apaan ini, Silverstream..??”