Pada suatu hari di tanah Pulau Jawa ada suatu Kerajaan yang bernama Kerajaan Kaliasat, Kerajaan Kaliasat ini dipimpin oleh seorang Maharaja Saka dan beliau memiliki seorang permaisuri yang bernama Maharani Sasandoro. Suatu saat sang Maharaja Saka sedang menginginkan anak laki laki dari permaisuri maupun para selir-selirnya, tetapi semua anak yang lahir dari mereka hanya anak perempuan, ada satu selir yang melahirkan anak laki-laki, mendengar kabar tersebut Maharaja Saka sangat senang dengan kelahiran Bayi laki-lakinya, akan tetapi Maharani Sasandoro selaku permaisuri merasa iri dan kaget karena melihat Bayi laki-laki itu memiliki tanda lahir yang sesuai dengan ramalan yang dimana akan ada enam pemuda yang akan menghancurkan kejahatan Raja Dunia Bawah, Bayi itu memiliki tanda lahir tompel besar ditangan kanannya sesuai dengan ramalan teruntuk di pulau Jawa. Ternyata Maharani Sasandoro adalah anak buah dari Raja Dunia Bawah yang dulu pernah ingin menguasai dunia manusia, Maharani Sasandoro ini sudah mengabdi kepada Raja Dunia Bawah karena dirinya telah diberi kekuatan dan kecantikan yang awet hingga ratusan tahun. Setelah melihat ada Bayi yang lahir sesuai dengan ramalan, Sasandoro ingin menghilangkan keberadaan bayi laki-laki itu dari muka bumi agar kelak tidak ada yang akan menjadi penghalang untuk Raja Dunia Bawah jika dirinya sudah pulih dan bangkit untuk menyerang umat manusia. Sasandoro pun membuat rencana keji untuk hal itu.
Maharaja Saka yang senang dengan kelahiran anak laki-lakinya segera menggendong- gendong dan bermain dengan anaknya. Beliau juga memberikan sebuah kalung jimat untuk pegangan dari anaknya kelak. Ibu dari sang Bayi laki-laki itu juga akan diangkat sebagai permaisuri dan akan diberikan kedudukan didalam kerajaan Kaliasat. Mendengar berita tersebut Maharani Sasandoro sudah tidak sabar lagi untuk segera menghabisi ibu dan anak laki-laki tersebut dan akan mengeksekusi nya pada malam harinya.
Di kisah lainnya, ada seorang Pendekar yang telah menguasai semua keilmuan dalam bela diri maupun ilmu kebatinan, namun pendekar ini ingin membuka pelatihan tetapi sama sekali tidak ada yang ingin mengajukan menjadi muridnya dikarenakan rakyatnya sudah makmur jadi tidak perlu untuk berlatih bela diri.
Lelah dan letih mempromosikan Pondok Silatnya, akhirnya Pendekar itu pulang ke rumah dan merenung kenapa tidak ada yang ingin berilmu terhadap dirinya
Malam pun tiba, ada seseorang yang mengetuk pintu rumah pendekar tersebut, dengan bertanya tanya Pendekar itu pun menuju pintu dan akan membukakan pintunya.
Tok.. tok.. tok..
"Siapa malam malam begini datang, bukannya pas siang hari datang, mana sudah mengantuk sekali, hoaaanm~" Pendekar itu bangun dari tempat tidurnya untuk mengetahui siapa yang mengunjunginya.
Pendekar itupun membuka dan terheran lah dia saat dibukakan pintu tersebut ternyata tidak ada siapapun diluar, tetapi....
"Hah!?? Tak ada siapapun diluar, siapa tadi yang mengetuk pintu??, Jangan jangan..han..??" Pendekar yang ketakutan.
"Owekk....Owekk....Owek..." Ada suara Bayi dibawah kaki.
Ternyata seseorang telah menaruh Bayi didepan pintu rumah Pendekar itu, dan sepertinya Orang tua dari Bayi tersebut tidak mau bertanggung jawab untuk mengasuh Bayinya dan membiarkan orang lain yang mengasuhnya.
"Waduuhhh??!?, Piye iki?? Siapa yang taruh Bayi, Cup..cup..cup... Jangan nangis ya, ini sudah malam" Pendekar itu sambil menggendong Bayi.
Pendekar tersebut membawa Bayi itu masuk kedalam rumahnya, dan segera membuat air tajin untuk diberikan ke Bayinya agar membuatnya tenang.
Keesokan harinya Pendekar itu berkeinginan mencari siapa Orang tua dari Bayi tersebut, agar diberikan kembali karena nantinya takut terkena masalah.
Setelah berkeliling mencari tahu siapa yang kehilangan Bayinya namun tidak satupun orang yang mengakui Bayi tersebut, Pendekar pun sepertinya sudah patah arah untuk mencari Orang tua dari Bayi itu.
Setelah jauh mencari sampai ke Desa tetangga, Pendekar pulang dengan membawa Bayi itu. Akan tetapi ditengah jalan Pendekar melihat ada seorang Wanita yang dikejar oleh pasukan Kerajaan dan ingin membunuh Wanita tersebut. Pendekar itupun menaruh Bayi dibawah pohon dan ingin membantunya, Akan tetapi...
"AAAHHHKKK....." Wanita itu terkena sabetan pedang dipunggungnya
Wanita yang dikejar barusan telah ditebas oleh Pasukan Kerajaan yang mengejarnya, lalu Pasukan itu pergi meninggalkan Wanita tersebut.
Pendekar yang gagal menyelamatkan Wanita itu langsung merasa kesal dan menghajar semua Pasukan Kerajaan hingga mereka tewas ditangan Pendekar.
Tidak lama kemudian Pendekar mendekati Wanita tersebut, dan kaget melihat Wanita itu masih bernafas. Pendekar itu pun segera ingin menyelamatkan wanita yang sedang sekarat itu.
"Bertahanlah!!, jangan mati dulu! aku gunakan cara untuk menyelamatkanmu!" Pendekar cemas akan keselamatan Wanita itu.
"Tolong.. jaga Bayi itu, karna Bayi itu anakku....." Wanita tersebut sudah sekarat.
Pendekar itu pun akhirnya menemukan Orang tua dari Bayi itu akan tetapi terlambat untuk menyerahkannya.
Mendengar pesan terakhir Wanita yang dimana Orang tua dari Bayi tersebut akhirnya Pendekar itu menerima permintaannya.
Sebelum Wanita itu menghembus nafasnya, dia memberitahu bahwa Bayinya itu anak dari Raja yang sedang menjabat di daerah itu, dan para pasukan yang dikirim untuk membunuh dirinya adalah Pasukan yang disuruh oleh 'Istri Sah Sang Raja. Karena tidak mau tahta Raja turun ke Bayi tersebut dikemudian hari, akhirnya menyuruh orang untuk membunuh Bayi dan Wanita itu, tetapi setelah tau ada seorang yang bisa dan mampu menyelamatkan Anaknya dia menaruh Bayinya didepan sebuah Pondok seorang Pendekar.
Setelah mendengar ceritanya, Wanita itu akhirnya menghembus nafas terakhirnya, pendekar tersebut bergegas kerumahnya untuk menyembunyikan Bayi tersebut.
Sesampainya di rumah, Pendekar itu kebingungan apa yang harus dia perbuat, bagaimana caranya ini Bayi di urus sedangkan ibunya sudah meninggal, ini Bayi anak kandung dari Raja yang sedang menjabat saat itu, tapi kerajaan sedang memburu bayi tersebut agar dilenyapkan keberadaannya.
Pendekar itu pusing akhirnya langsung menggendong Bayi itu dan berempati karena nasib sungguh malang yang menimpa Bayi tersebut, walaupun belum memiliki dosa.
"Masih kecil udah jadi buronan, kasian betul nasibmu Nak" Pendekar dengan raut wajah sedih melihatnya.
Dan Pendekar itu pun memutuskan untuk mengadopsi Bayi tersebut dan menamainya dengan nama 'Linglung' , Pendekar tersebut memberikan namanya sesuai keadaannya pada saat itu, dan akan menjadi satu satunya anak didik dari sang Pendekar dikemudian hari.
Mendengar pasukan yang dikirimnya telah tewas semua, Maharani Sasandoro itu terheran kenapa bisa seorang wanita biasa mampu mengalahkan semua pasukan yang dikirim untuk membunuhnya.
Gebraakk!!
"Mustahil, mana mungkin seorang Wanita lemah mampu mengalahkan pasukan Kerajaan yang mampu mengalahkan seekor harimau bisa kalah ditangan seorang wanita" Maharani Sasandoro memukul meja karena kesal dengan kejadian tersebut.
Akhirnya Maharani Sasandoro menyewa pasukan Kerajaan untuk menyamar dan mencari anak yang memiliki tanda lahir tompel ditangannya, agar segera dihabisi.
Di sisi lain cerita, Pendekar yang sebelumnya belum pernah mengasuh bayi kini dihadapkan oleh tantangan untuk merawat dan mengasuh seorang bayi. Tanpa memiliki pengalaman dalam mengasuh bayi, Abah Jiwo memutuskan untuk ikut dalam pergaulan dengan ibu-ibu rumah tangga yang sudah pernah mengurus anak. Ia pun mulai belajar sedikit demi sedikit cara mengganti celana untuk bayi, memberi makanan untuk bayi, dan memberi asi untuk bayi, tetapi disini kendala Abah Jiwo yang tidak bisa memberikan susu asi, lalu ia memikirkan cara mendapatkan susu asi untuk bayi.
"Eh.. ada ibu-ibu lagi pada kumpul sore hari begini, anu Bu?, apakah boleh minta susu asi dari ibu-ibu sekalian?" Dengan malu-malu pendekar itu ingin meminta susu asi untuk bayi Linglung.
"Hah?, Minta susu asi?!, Udah tua masih minum susu!?, Dasar gak ingat umur!" Ibu itu langsung naik pitam.
"Eh...eh.. anu bukan itu maksudnya, aku mau memberikan susu asi untuk bayi di rumah, kasian bayinya hanya meminum air tajin terus. Tolong ya Bu?" Pendekar itu memohon.
"Ya sudah, bawa kesini bayinya, biar nanti disusui oleh ibu-ibu disini!" Ternyata ibu tersebut bersedia untuk menyusui bayi Linglung.
"Matur nuwun--" Pendekar itu merasa lega karena bayi Linglung tidak usah meminum air tajin lagi.
Bayi Linglung sekarang bisa mendapatkan gizi dan nutrisi yang lebih dari susu asi ketimbang meminum air tajin tiap hari. Abah Jiwo senang karena sudah diijinkan Bayi Linglung untuk bisa mendapat susu asi.