Heavenhold– kastil terbang yang diciptakan oleh pahlawan legendaris Kaden untuk melawan ancaman yang membawa akhir kepunahan seluruh makhluk planet Tetis. —Itu adalah latar belakang singkat dari markas terbang yang berada di game favorit Klein. Tapi untuk kasus saat ini, bukan sebuah game lagi... *** Fanfic Guardian Tales.
Kerajaan Kanterbury. 497 A.H.
Planet Tetis, sebuah planet yang memiliki kemiripan yang hampir sempurna dengan Bumi—dengan ekosistem yang lengkap antara tumbuhan dan hewan, dengan zat-zat serta struktur kehidupan berbasis karbon yang sama.
Tapi juga ada banyak perbedaan seperti sihir, makhluk hidup, serta ras kehidupan cerdas yang hidup di dunia ini.
Cuma ada satu yang namanya Tetis dengan satu paket kerajaan bernama Kanterbury. Sebuah planet dengan kisah yang akan membuat mental breakdance dan menangisi tragedi karena salah pilih di kemudian hari.
Sayangnya, bukannya menjadi karakter penting seperti ksatria atau salah satu pahlawan bintang biru atau emas yang bisa kau mainkan dan bisa menjadi super duper kuat, reinkarnator kesayangan kita cuma karakter acak yang mungkin tidak pernah ada di dalam game. Dia adalah penduduk acak kerajaan Kanterbury.
Terima kasih kepada leluhur dunia ini karena dunia ini punya teknologi ponsel, Facebreak, Newtube, dan Kamazon. Bahkan jika latarnya adalah fantasi.
—Namun. Untuk mengetahui tragedi yang akan terjadi lima tahun kemudian membuat dia terbebani untuk mempertahankan kehidupannya. Bagus untuk memiliki pengetahuan ini… karena jika dia tidak memilikinya, belum tentu dia bisa selamat di masa depan. Apalagi membuat rencana untuk menjamin hidupnya di masa depan.
"Klein! Ayo kita balapan!" Seorang gadis yang memiliki telinga lancip dan dua tanduk di dahinya berseru dengan semangat kepada Klein. Tangannya di pinggang, sementara matanya menatap Klein yang berapi-api.
"…Hah."
Melihat bocah itu, Klein hanya bisa menghela napas. Namun seolah-olah tidak mendengar keluhan Klein– gadis itu mengabaikannya dan masih memandang remaja itu dengan bersemangat.
"Kamu tidak bosan, balapan lari terus, Lana?"
Gadis itu– Lana tersenyum lebar, menunjukkan giginya yang putih dengan bersemangat. "Tentu saja! Penantang Petir tidak pernah kelelahan!"
Dia adalah gadis yang sangat bersemangat dalam aktivitas olahraga– khususnya lari, seperti sekarang ini. Dan Klein, sebagai tetangganya mau tidak mau hanya bisa menuruti keinginan bocah Oni yang satu ini.
Yah… Klein jarang menuruti keinginannya karena banyak alasan yang sangat mudah digunakan oleh dia sebagai mantan orang dewasa untuk menipu anak kecil.
Tapi lebih baik, dia menuruti untuk yang sekarang. Bagaimanapun, tidak selalu ada waktu untuk Lana di masa depan nanti.
***
"Apa?! Aku… kalah…?" Lana dengan keterkejutan dan kebingungan memandang Klein yang telah berdiri di sampingnya di garis finish. Dia dikalahkan oleh Klein sekali lagi.
"Baiklah! Karena aku dikalahkan, berarti ada celah untuk aku perbaiki! Karena aku… sang Penantang Petir!!"
'Suka-suka lu dah cil.' Klein hanya bisa berpikir dalam diam melihat gadis ini. Tapi Klein harus berterima kasih kepadanya karena jika bukan karena Lana, Klein tidak tahu seberapa jauh kelincahan dan kecepatannya meningkat berkat latihan fisiknya.
Klein tersenyum tipis memandang anak kecil itu. "Yah… aku juga harus terus meningkatkan kecepatan ku agar aku tidak kalah darimu."
"Hahaha! Aku menantikannya, Klein!! Penantang Petir akan menunjukkan kecepatan sejatinya di masa depan!"
Senang sekali melihat seorang anak kecil bisa bermain dengan bahagia tanpa perlu memahami kekacauan suram berdarah di masa depan. Klein, merasa prihatin dan simpati kepada anak-anak ini di masa depan nanti…
Sehari kemudian, dini hari.
Dengan teliti, Klein mengemasi makanan kaleng, minuman, serta perlengkapan berkemah yang cukup untuk seminggu kemudian. Dia mengenakan sarung tangan hitam, kemeja, mantel, celana panjang, dan sepatu boots hitam.
Setelah menyelesaikan persiapannya, Klein dengan berhati-hati membuka pintu depan dan pergi dari rumah– pada dini hari, Klein kabur dari rumahnya, meninggalkan pesan singkat di kamarnya untuk orang tuanya.
[Selamat tinggal ayah, ibu, aku akan pergi untuk mencari kebenaran dunia!]
Sungguh, benar-benar pesan yang sangat normal untuk dunia dimana wanita berambut merah gila mengacaukan satu kerajaan, ratu generasi saat ini yang terhubung dengan generasi pertama, gadis pirang tertentu yang menciptakan paradoks, gadis gila sains yang membuat mesin waktu, manusia yang tidak lagi menjadi manusia yang menjajah manusia, dan makhluk berdimensi lebih tinggi yang mengulangi samsara waktu terus menerus seolah-olah itu adalah game…
Klein memandang langit yang masih gelap dengan ekspresi yang rumit. Kabut berhembus dari mulutnya ketika dia bernafas dengan statis. Langkah kaki dipercepat ketika dia mencapai pinggiran kota tempat tinggalnya.
Kerajaan Kanterbury. Salah satu negara besar di Tetis yang dipimpin oleh seorang ratu. Tetangga dari kerajaan Teatan dan kekaisaran Rah. Kerajaan Kanterbury memiliki hutan yang berada di posisi yang tidak jauh dengan kekaisaran Rah.
Hutan inilah yang menjadi tujuan dari Klein. Namun, hutan itu memiliki banyak ancaman yang bisa membunuh Klein dengan berbagai cara.
Namun tidak masalah, karena dia sudah memiliki peralatan dasar untuk pertahanan diri. Itu sudah sangat cukup untuk dunia yang 'normal' ini. Sangat-sangat 'cukup'.
Untuk bertahan hidup sebagai manusia biasa, Klein yang memiliki pengetahuan mengenai seluk-beluk dunia ini harus memanfaatkannya dengan baik. Sementara dia adalah manusia yang bisa menjadi lupa, buku catatannya adalah saksi yang menyimpan pengetahuannya dalam bahasa planet bumi– bahasa orang tuanya di dunia yang sebelumnya.
Bahkan jika Klein melakukan latihan untuk meningkatkan fisiknya, manusia masihlah memiliki batasan. Dia tidak ingin menjadi massa otot karena itu juga akan menjadi kekurangan yang besar untuknya. Dia akan kekurangan fleksibilitas, sementara latihan calisthenic akan menjadi yang paling ideal untuknya.
Setelah mencapai batas yang bisa dicapai oleh latihan calisthenic-nya, Klein harus mencari cara untuk meningkatkan kekuatannya lebih jauh lagi. Dan itulah tujuan dari perjalanan ini.
Dia tidak akan menjadi mainan para makhluk-makhluk berdimensi lebih tinggi itu!
Dia akan berhasil.
Dia akan hidup!