webnovel

8. Ke Rumah Lintang

Rani sama sekali tidak curiga kala mengizinkan Rino pergi bersama Lintang. Walau ia merasa heran sebab ada tugas kelompok pun Rino akan mengerjakannya di rumah temannya atau mengerjakannya sendiri tapi tidak pernah sekalipun ia membawa teman-temannya ke rumah seperti sekarang ini terlebih wajah Lintang sangat kurang mengenakkan di pandang mata akibat memar.

Dan kini Rino dan Lintang telah tiba di sebuah mansion besar. Rino sedikit meneguk ludahnya, Sungguh ini pertama kalinya ia pergi ke rumah Lintang si pembully terkenal di sekolahnya. Arwin mungkin playboy tapi tidak pernah sekalipun Rino mendengar kasus pacarnya itu membully murid sekolahan.

Lintang "Makasih atas pujiannya, iya gue tau rumah gue besar dan gue jamin Lo pasti belum pernah lihat rumah sebesar ini" Kata Lintang menyombongkan rumahnya membuat Rino sadar, Sedikit berdecih mengingat Lintang mengkopi perkataannya di rumahnya tadi walaupun dengan maksud yang berbeda.

Beberapa Satpam yang melihat tuan muda mereka langsung sigap membukakan pintu pagar yang menjulang tinggi itu agar mempermudah jalannya motor Lintang untuk masuk, Rino juga masih duduk di belakang Lintang.

Lintang mengehentikan motornya tepat di halaman rumahnya, Rino segera turun dan Lintang lanjut menjalankan roda duanya ke dalam bagasi yang menyendiri di samping rumahnya.

"Pantas saja dia menatap rumahku seperti tadi, Bahkan garasi rumahnya pun tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan rumahku" Batin Rino memuji garasi rumah Lintang.

"Ih gantengnya!" Puji seseorang yang berhasil mengalihkan perhatian Rino. Rino menoleh dan mendapati wanita berusia sekitar 45-an yang masih cantik sedang menatapnya dengan senyuman ramah dengan memegang selang untuk menyiram bunga yang tumbuh di halaman rumah ini.

Rino pun balas tersenyum hingga lesung pipinya tenggelam lalu mencium tangan wanita itu, Suatu kebiasaan Rino yang selalu dilakukannya jika bertemu orang tua.

Rino "Hehehe... Makasih ta-" Ucap Rino terpotong.

Lintang "Udah deh Ma, Ayo!" Ajakan Lintang memotong perkataan Rino tanpa mempedulikan si wanita yang di panggilnya mama menatapnya dengan tajam. Tanpa babibu wanita tersebut menyemprotkan air dari selang yang dipegangnya ke Lintang, untung tidak mengenai Rino.

Lintang "Apa-apaan sih ma! Baju lintang jadi basah semua!" Rengek Lintang dengan kesal ke Mamanya.

Jasmine "Gak sopan ya kamu sama mama sendiri! Mau mama masukin lagi kamu ke perut!?" Omel wanita yang memegang selang alias Jasmine Wiranto.

Kedua manusia beda umur dan gender ini masih saja berdebat tanpa mempedulikan kehadiran Rino yang menatap keduanya dengan polos serta beberapa satpam yang berjaga di pintu pagar hanya bisa menggelengkan kepalanya, tersenyum maklum melihat pertengkaran si Nyonya dan Tuan muda rumah ini.

Jasmine "Ya ampun hampir lupa dengan si ganteng ini" Jasmine malas berdebat lagi dengan putranya dan lebih memilih mengalihkan fokusnya ke Rino masih dengan tatapan polosnya.

Lintang "Mama kan emang gitu, giliran yang ganteng aja langsung lembut bak ratu coba kalo enggak, nenek lampir akan nongol" Sindir Lintang ke mamanya dan dapat delikan tajam dari Jasmine.

Jasmine "Gak usah didengerin anak setan itu, Ayo masuk, kamu pasti temannya Lintang kan? BI Eri! Lanjutin nyiram tanamannya ya!" Teriak Jasmine ke pembantu rumah tangganya yang sedang menggunting rumput.

Lantas ia menarik tangan Rino dan menggiringnya masuk ke dalam mansion mewahnya meninggalkan putra kandungnya di luar sendirian.

Lintang berdecak lantas mengikuti dua orang dihadapannya.

Saat ini Rino tengah duduk di sofa ruang tamu milik Lintang dengan gugup. Ruang tamu Rumah ini saja berkali-kali lipat dari Rumahnya serta di lengkapi berupa Sofa yang berjejer membentuk lingkaran besar dengan meja persegi panjang yang terbuat dari kaca, lemari di sudut ruangan yang berisi berbagai prestasi entah milik siapa yang pasti bukan Lintang- batin Rino. Ada pula lemari yang berisikan foto-foto keluarga Lintang dan masih banyak lagi benda-benda bernilai mahal yang terdapat di ruangan ini.

Rino menunggu Lintang mengganti pakaiannya dan juga Jasmine yang pergi ke dapur setelah mendudukkannya di sofa besar ini sendirian. Kadang Rino juga melihat beberapa pembantu yang lewat dan tersenyum ramah kepadanya, terkadang ada pula yang tersenyum malu-malu karena melihat wajah tampannya.

Tak lama kemudian Lintang turun dari kamarnya yang berada di lantai ke dua dengan pakaian kasualnya berupa celana jeans sobek di bagian tertentu dan juga baju hitam tanpa lengan miliknya menambah kesan tampan dan seksi secara bersamaan. Apalagi rambutnya yang ia biarkan berantakan menambah kesan arogannya dengan hiasan berupa memar di wajahnya hasil karya Rino.

Membicarakan soal memar membuat Rino sadar bahwa tujuannya ke sini akan dijadikan perawat dadakan Lintang. Rino heran, Di rumah ini kan banyak maid alias pembantu lantas mengapa Lintang memintanya untuk menjadi perawat dadakan?

Lintang "Ngapain Lo duduk doang di situ? Sini bantuin gue buat turun tangga" Suruh Lintang.

Rino "Hah? Bukannya tadi kamu baik-baik saja? Bahkan mengantarkan aku ke rumahku juga kamu masih baik-baik saja"

Lintang "Ck! Lo itu tugasnya jadi perawat dadakan di sini! Gak usah banyak tanya cepat bantuin gue!" Omel Lintang.

"Loh tuan muda sakit apa? Sini saya saja yang bantu" Tanya seorang maid yang kebetulan lewat dan tidak sengaja mendengar keluhan tuan mudanya.

Lintang "Gak usah! Rino! Sini Lo!" Maid itupun segera menunduk dan pergi. Rino berjalan ke tangga untuk menghampiri Lintang. Sesampainya ia langsung memukul perut Lintang dengan sedikit mengeluarkan tenaga.

Lintang "Uhuk!! Sinting ya Lo!!!??" Marah Lintang sembari memegang perutnya yang lumayan sakit.

Rino "Kamu harus sopan kepada yang lebih tua, meskipun dia cuma pembantu, tenang saja aku akan tetap merawatmu jadi biarpun kupukul tidak apa-apa" Ucap Rino enteng tanpa mempedulikan kondisi Lintang.

Plok! Plok! Plok!

Sebuah tepukan tangan mengalihkan perhatian kedua remaja itu.

Yudi "Baru kali ini saya melihat orang yang berani mengajarkan anak saya tentang sopan santun" Puji Yudi Harun Wiranto sembari berjalan memasuki rumahnya. Sebenarnya ia sudah lama membuka pintu rumahnya setelah bekerja seharian, namun mengurungkan niatnya kala melihat Rino yang berani memukul dan menasehati anaknya tentang sopan santun.

Lintang sangat terkenal bandel dan nakal baik di rumah dan di luar rumah. Ia terlahir sebagai anak bungsu di keluarga Wiranto, membuatnya menjadi manja dan keinginannya harus dituruti oleh siapapun termasuk kakak-kakaknya. Selaku kepala keluarga dan ibu rumah tangga Yudi dan Jasmine menyerah untuk menasehati anaknya dan menunggu keajaiban jika anaknya akan berubah atau seseorang yang merubah perilaku Lintang.

Dan sepertinya Yudi menemukan seseorang itu.

Rino yang ketahuan memukul Lintang langsung gelagapan dan berlari menuruni tangga meninggalkan Lintang di lantai atas. Begitu tiba ia tidak lupa untuk mencium tangan Yudi dan menempelkan kedua tangannya di dada tanda memohon.

Rino "Maafkan saya om, maaf saya mukul Lintang tapi saya tidak sedikitpun berniat jahat! Saya hanya tidak suka melihat dia tidak sopan kepada pembantu tadi" Jelas Rino dengan tatapan memohon.

Jasmine "Pa! Kamu apakan tamu tampanku!!??" Teriak Jasmine yang baru saja keluar dari dapur dan mendapati tamu tampannya sedang diintimidasi oleh suaminya.

Yudi langsung mengangkat tangannya bak kucing tersiram air. segalak-galaknya ia dengan anak-anaknya tapi istrinya adalah pengecualian untuk pria 46 tahun ini.

Yudi "Gak aku apa-apain ma, Aku cuma kagum sama dia yang berani mukul dan nasehatin Lintang si bebal itu" Lintang mendengus mendengar suara papanya.

Jasmine tersenyum manis lalu menghampiri Rino yang diam. Kemudian kembali mendudukannya di sofa yang entah dari mana sudah terdia aneka cemilan mulai dari kue kering, kue coklat, stroberi dan yang lainnya dengan 2 gelas jus Jeruk. Mungkin pembantu yang meletakkannya di situ saat mereka sibuk tadi.

Jasmine "Iiih... Jangan cuma di lihat Tampan! Di makan dong! Enak loh!" Jasmine gemas dengan remaja putih tampan di depannya ini yang hanya diam menatap aneka cemilan di meja.

Lintang "Apaan! Woi! Bantuin gue turun dari sini!" Teriaknya menyadarkan Rino, lalu ia pun bergegas bangkit dari tempat duduknya dan menghampiri Lintang dengan tergesa-gesa dan membantunya untuk turun ke lantai bawah alias ruang tamu.

Jasmine dan Yudi yang duduk pun menyadari jika wajah Lintang sedang tidak baik-baik saja atau bisa di bilang mereka sudah biasa melihat hal ini karena hampir setiap hari menyaksikan pemandangan itu.

下一章