webnovel

9. Ayo Sholat!

Setelah kejadian tadi, Kini Rino sedang mengobati luka di wajah Lintang dengan sedikit gugup kala orang tua dari Lintang menatap dirinya dan Lintang secara bergantian.

Jasmine "Rino gak usah obatin Lintang, udah biasa anaknya begitu lagian kenapa gak di obatin di UKS sekolah?" Celetuk Jasmine serta anggukan kepala dari Yudi.

Lintang "Haruslah! Dia kan perawat dadakan Lintang dan memar disini itu gara-gara dia juga, sengaja biar dia ada kerjaan" Jelasnya lalu menunjuk wajahnya. Rasa takut Rino pun bertambah ketika Lintang mengadu ke orang tuanya.

Yudi yang mengerti dengan wajah gugup Rino hanya tersenyum.

Yudi "Gak usah takut, Kami tidak akan membela Lintang, ini pasti Lintang yang duluan berulah" Tebak Yudi.

Jasmine "Lintang, Kamu bikin masalah apa sama-" ucap Jasmine terpotong

Rino "Rino Arana Om, Tante, panggil saja Rino" lanjut Rino saat menyadari bahwa ia belum memperkenalkan dirinya.

Jasmine "Ya! Rino! Kamu bikin masalah apa sama dia?" Tuntut Jasmine ke anak bungsunya.

Lintang "Lintang sama yang lainnya cuma mau bercanda sama dia tapi anak ini emosi terus Lintang robek deh tasnya" Jelas Lintang enteng.

Yudi "Papa yakin pasti kamu manas-manasin Rino makanya dia jadi emosi apalagi kamu udah robek tasnya, kayaknya lebam di wajahmu memang pantas tertoreh di sana"

Lintang "Kok papa malah belain dia sih!?" Lintang tidak terima.

Rino dengan kesal menekan tisu berisi alkohol ke wajah Lintang hingga membuatnya meringis kesakitan.

Rino "Mana aku tidak marah, Bundaku sudah banting tulang demi membelikan ku tas itu dan kamu dengan seenaknya merobeknya!" Omel Rino kesal namun ia masih berbaik hati mengobati wajah Lintang.

Jasmine "Tenang saja, Nanti kami akan ganti tasmu dengan yang lebih bagus"

Rino menggelengkan membuat Yudi, Jasmine dan Lintang menoleh kepadanya.

Rino "Maaf Tante bukannya saya tidak mau menerimanya tapi saya takut tidak bisa menjelaskannya kepada bundaku dan dia pasti akan heran dimana aku mendapatkan uang untuk membeli tas baru"

Yudi dan Jasmine makin kagum dengan Rino. Biasanya anak-anak yang bermasalah dengan Lintang akan menuntut macam-macam ke mereka. Namun Rino tidak akan sejahat itu untuk memeras keluarga ini meskipun mengganti tasnya tidak akan mengorek secuil pun kekayaan keluarga Lintang. Memang ia yang meminta Lintang untuk mengganti tasnya namun melihat kebaikan keluarga ini Rino jadi bimbang.

Lintang "Lo gak usah mikir macem-macem!! Duit keluarga gue gak akan habis cuma buat beli tas Lo yang murah itu kan tadi juga Lo kan yang minta ganti"

Jasmine dengan gemas melempar bantal sofa ke anaknya, Entah dari siapa menurunnya mulut kurang ajar anaknya ini. Sepertinya ia harus lebih menggali informasi lagi tentang Rino, Jasmine cukup penasaran dengan anak rendah hati dan pemberani di hadapannya ini, Ternyata pemikirannya sama dengan suaminya, Yudi.

Rino "Bukan masalah murah dan mahalnya, memang tadi aku emosi dan meminta ganti tapi sekarang aku sadar jika kalian menggantinya aku akan bingung bagaimana caranya berbicara ke bundaku nanti" Ucap Rino.

Yudi "Biar kami yang jelaskan nanti, kamu tidak perlu cemas cukup terima saja" Hibur Yudi agar Rino sedikit tenang Rino pun sedikit lebih tenang saat mendengarnya.

Rino "Baiklah" Final Rino membuat Yudi dan Jasmine lega.

Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 05.00 sore. Rino sedikit cemas dan bingung bagaimana caranya untuk menunaikan shalat maghrib di rumah Lintang, akhirnya ia cuma mondar-mandir di sekitar Lintang di ruang tamunya.

Lintang "Bisa gak sih Lo duduk!" Kesalnya, Sejak tadi ia menahan diri untuk tidak membuang Rino dari rumahnya jika bukan mama dan papanya yang menyuruhnya untuk tetap tinggal sampai makan malam tiba.

Rino pun berhenti bolak-balik, Kini gantian menatap Lintang. Lintang mengangkat alisnya, kenapa Rino menatapnya begitu? Tanpa diduga Rino mendekati lalu berhenti tepat di depannya. Lintang hampir jantungan saat Rino yang awalnya berdiri kini menyelaraskan tingginya dengan Lintang.

Lintang "Ngapain Lo?!"

Rino "Itu... Eemm..." Ucapnya terbata.

Lintang "Apaan sih!!" tuntutnya, kesal sekaligus gugup kala berhadapan dengan Rino mungkin hanya sejengkal lebih jarak antar wajah mereka.

Rino "Itu... Aku Pengen..."

Lintang deg-degan menunggu kelanjutan dari Rino. Hey tidak mungkin kan jika Rino akan meminta yang iya-iya kepadanya kan? Apalagi posisi mereka saat ini sangat ambigu.

Rino "Itu... AKU INGIN SHOLAT!!" Teriak Rino tepat di wajah Lintang membuat pria didepannya reflek menutup mata dan telinganya bahkan

Para maid yang sedari tadi gemas memperhatikan tingkah laku mereka berdua juga sama terkejutnya.

Lintang "Lo gak bisa apa ngomong baik-baik apa?! Kuping gue budek denger suara Lo!!" Omel Lintang sambil meniup tangannya kemudian menempelkannya di kedua telinganya secara bergantian sedangkan Rino malah cengengesan.

Rino "Maaf, Tapi aku benar-benar ingin sholat. Sekarang hampir waktunya, apa ada nama mesjid atau musholla yang dekat dari sini?" Tanya Rino.

Lintang "Gue gak tau, Mang Asep!" Panggil Lintang, Kemudian terdengar suara pintu kamar salah satu maid yang berada di lantai bawah, seorang pria berusia 23 tahun lengkap dengan baju kokohnya datang menghampiri Lintang dan Rino.

Asep "Ada apa Den?" Tanyanya sambil menarik nafas dan menghembuskannya perlahan.

Lintang "Antar ni bocah ke mushola, katanya mau sholat sekalian aja sama mamang" Ucapnya.

Asep "Ooh... Oke den, Den mari bareng sama mamang, Kebetulan tadi habis ganti baju dari kamar" Jelasnya.

Rino mengangguk dan berdiri dari posisinya yang ambigu dengan Lintang. Tapi sedetik kemudian ia menoleh ke Lintang.

Lintang "Apa lagi?"

Rino "Kamu gak ikutan sholat?" Herannya.

Lintang "Ngapain sholat? Mending tiduran di rumah" Entengnya. Lalu dengan reflek Rino mengambil bantal sofa yang berada di samping Lintang dan menimpuki Lintang hingga membuatnya mengadu.

Lintang "Gila!! Woi! Berenti!!" Sambil berusaha menghindari timpukan dari Rino. Para maid disana termasuk Asep terkejut dengan keberanian Rino, sepertinya mereka akan menemukan pawang tuan muda bandel mereka.

Rino "Ayo sholat bareng aku sama mamang" Ajaknya.

Lintang "Ih ogah!" Tolaknya.

Asep "I-itu... Anu... Den kita duluan saja" Ucapnya tidak enak hati sebab kasihan melihat tuan mudanya ditimpuki bantal.

Rino menghela nafas, Kemudian membuang bantal lalu beranjak pergi di ikuti Asep. Tapi ia berhenti di tengah jalan kemudian menoleh ke Lintang.

Rino "Karena tugasku merawatmu sudah selesai jadi setelah sholat aku langsung pulang" Jelasnya.

Lintang "Terserah! Tapi ingat tugas Lo sampai memar di wajah gue hilang!" Kata Lintang bersekap dada balas menatap Rino yang menganggukkan kepalanya tanda mengerti lalu ia dan mamang Asep berjalan keluar dari dalam rumah mewah ini.

***

Asep "Gimana den, jauh nggak jalan dari rumah tuan besar ke mesjid?" Tanya Asep. Saat ini keduanya berjalan masuk ke dalam rumah Allah ini setelah lebih dulu mengambil air wudhu.

Rino "Tidak Mang, justru lebih jauh lebih banyak pahala" Jawab Rino tersenyum manis, Asep jadi salah tingkah karenanya. Ia menundukkan kepalanya sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Rino "Kenapa Mang? Mamang sakit ya?" Cemas Rino kala melihat Asep menundukkan kepalanya.

Asep "Eh! T-tidak! Gak papa kok, lain kali jangan panggil mamang tapi Asep aja atau Mas juga gak papa soalnya saya lebih tua daripada kamu" Saran Asep, Ia merasa sangat tua bila di panggil mamang sebab usianya belum genap 23 tahun, Rino ber-oh sembari mengangguk-anggukkan kepalanya.

下一章