Seorang pria dengan gaya rambut belah tengah berdiri di belakang Katsuki. Katsuki berusaha untuk meyakinkan dirinya tentang lelaki yang berada di belakangnya itu.
Meyakinkan bahwa lelaki itu adalah lelaki yang dia temui di hotel tadi. Katsuki mengusap matanya, barangkali dia sedang salah lihat. Tapi mau dilihat bagaimana pun juga, lelaki itu memang 100 persen sama dengan lelaki yang tadi.
Dan lelaki yang ada di belakangnya ini memanglah lelaki yang salah masuk kamar di hotel tadi.
Untuk apa dia ke sini? memangnya dia siapa?
Awalnya Katsuki hanya menebak-nebak kalau pria itu adalah Werewolf sama seperti dirinya, karena ada energi supranatural tipis yang terasa dari tubuh pria itu. Dan juga Katsuki mengendus ada sedikit bau Werewolf di tubuh pria itu tadi. Namun saat di hotel tadi ia hanya mengira bahwa lelaki itu bukanlah Werewolf dan kebetulan berdekatan dengan Werewolf. Sehingga masih ada tertinggal bekas-bekas aroma dan energi magis Werewolf di tubuh pria itu.
Rambut belah tengah dengan warna yang unik, sebelah merah dan sebelah putih. Apa selera berpenampilan pria itu memang seperti itu? Untung saja wajahnya cukup tampan dan mempesona untuk menutupi kelucuan warna rambutnya tersebut.
Baik Katsuki ataupun pria itu sama sekali tak mengungkapkan sesuatu. Mereka terdiam dan hanya bertatapan. Boleh diakui pria berambut merah dan putih itu lebih tinggi dari Katsuki, hingga Katsuki harus sedikit mendongak untuk menatap wajah pria tersebut.
Kira-kira tingginya setara dengan tinggi Eijiro.
Oh tidak, jangan diingatkan lagi. Kalian bisa membuat Katsuki menangis berjam-jam lagi bila mengingatkannya tentang lelaki tersebut.
"Kau suka penis?"
Seluruh orang yang berada di sana menganga, bahkan para Werewolf yang suka menyendiri dari kelompok utama sampai ikut menganga setelah mendengar pertanyaan si pemimpin peck.
Semuanya membeku di tempat, tidak ada yang berani bersuara bahkan tak bergerak satu sentimeter pun dari tempat mereka. Seakan-akan perkataan pria itu telah menghipnotis mereka semua, termasuk Katsuki.
Ini benar-benar canggung, lucu, dan memalukan dalam waktu yang bersamaan.
Untuk apa seorang pemimpin peck yang berwibawa dan dihormati oleh anggota peck nya, menanyakan tentang perasaan terhadap penis?
Izinkan Katsuki untuk tertawa sambil menangis sekarang juga.
"Ya, saya suka penis. Memangnya kenapa?" tanya Katsuki. Bahkan dia membuat wajah dengan ekspresi menantang pria itu. Cukup untuk membuat semua orang di sana sesak napas. "Pffft, rambut anda terlalu lucu. Saya sedari tadi berusaha menahan tawa saya. Oh iya, apakah rambut anda yang di bawah sana juga berwarna seperti itu? kalau iya, saya akan sangat terhibur bila melihatnya."
"M-maaf T-Tuan, teman saya ini belum mengenal siapa anda. Dia memang sedikit kurang ajar. Dengan segala hormat saya mewakili dia untuk minta maaf Tuan," ujar Fred menyela pembicaraan Katsuki dan pria itu.
Sontak saja Katsuki terkejut dan semakin penasaran dengan pria di hadapannya ini sekarang.
"Fred! siapa orang ini? kau mengenalnya?" bisik Katsuki kepada Fred.
Fred sudah dibasahi keringat di sekujur tubuhnya, dia sudah seperti orang yang baru saja selesai mandi. Dia menundukkan pandangannya di depan pria itu, dan kemudian melirik ke arah Katsuki.
"Dia itu pemimpin peck kita, dasar bodoh!" bisik Fred kepada Katsuki.
Kini Katsuki juga gentar, dia mulai menyesali sikap kurang ajarnya tadi. Dia tidak bisa memprediksikan bagaimana balasan dari pria berambut merah putih tersebut. Semoga saja Katsuki sedang bernasib beruntung kali ini.
"Kau yang di hotel tadi, bukan?" tanya dia pada Katsuki.
Katsuki mengangguk, berusaha menyembunyikan rasa takut dan segan yang ia rasakan sekarang.
"Ya, kita baru saja bertemu tadi," jawab Katsuki.
"Baiklah, salam kenal. Nama ku Hidden Shocky. Tapi kalau di tempat asalku, nama ku Hidorima Shouki. Kau bisa memanggilku Shouki," jelas pria berambut merah putih itu. "Kau orang yang cukup menarik, senang bisa berkenalan denganmu."
Yang tadinya menganga, berubah menjadi ekspresi tegang, dan sekarang melongo. Nampaknya seluruh anggota peck itu akan pulang dengan kepala yang terasa pusing setelah ini.
"Kau bilang kau suka penis bukan?" tanya Shouki. "Sayang sekali, tapi rambut ku yang di bawah sana tidak berwarna seperti warna rambut di kepala ku ini. Tapi karena kau menyukai penis, aku ingin meminta penilaian mu tentang penis ku setelah ini."
Brakk
Ada suara sesuatu yang jatuh. Bukan suara bebatuan dari tanah longsor, juga bukan suara orang yang bertabrakan, apalagi suara benda yang jatuh dari langit. Itu konyol sekali.
Lebih tepatnya adalah, ada beberapa gadis yang pingsan pada saat itu. Beberapa Werewolf perempuan itu pingsan setelah mendengar perkataan Shouki.
Bisa ditebak bahwa perempuan itu adalah fujoshi. Pasti mereka sudah membayangkan adegan mesum antar pasangan sesama jenis yang dilakukan oleh Katsuki dan Shouki. Sungguh menggelitik.
Katsuki dibuat tidak dapat berkata-kata oleh Shouki, Katsuki tidak mengerti dengan pola pikir Shouki. Apa Shouki sudah tidak punya rasa malu? hm, tapi yang paling tidak punya rasa malu di sini sebenarnya adalah Katsuki walau berkedok menjadi sosok yang humoris dan menghibur.
"Tidak apa-apa, kalian pasti khawatir. Tapi tenang saja, karena aku memang jarang ikut berkumpul dengan Peck ini. Maka kali ini aku menoleransi bentuk perbuatan seperti itu," ucap Shouki.
Meskipun arti kalimatnya sangat ramah, namun tidak cocok saat disebutkan oleh sosok orang yang dingin dan bernada bicara datar. Shouki seperti sedang membacakan rambu-rambu lalulintas saking datarnya nada bicaranya.
.
.
.
.
.
"Katsuki, hampir saja kau oleh pemimpin peck kita," ucap Fred. "Kau itu harusnya bertanya dulu, baru melakukan sesuatu. Untung saja tadi dia sedang dal mood yang baik."
Sekarang sepasang teman itu tengah berjalan-jalan di hutan sekitaran tempat mereka berkumpul tersebut. Peck itu memang tidak memaksakan anggotanya untuk sibuk pada suatu kegiatan tertentu, mereka benar-benar santai. Entah apa yang dipikirkan oleh Shouki selaku pemimpin peck itu, hingga tidak merasa khawatir kalau misalnya peck nya diserang oleh Werewolf dari peck lain.
Tapi itu juga yang membuat sebagian besar dari mereka merasa nyaman. Termasuk Katsuki, peck itu seakan-akan menjadi tempat pelariannya dalam penatnya menjalani kehidupan sehari-hari.
Kembali ke Katsuki dan Fred sekarang.
Katsuki mengangkat bahunya, dia juga tidak terlalu mengerti dengan kondisi tadi. Tapi sekarang yang membuat Katsuki merasa terganggu adalah, Fred yang sekarang seperti sedang menahan napas. Sedari tadi dia kelihatan seperti orang yang terkena asma, dan hal itu juga yang membuat Katsuki beberapa kali mengendus ketiaknya sendiri. Takut-takut kalau tubuhnya mengeluarkan aroma yang kurang sedap.
"Kenapa kau begitu?" tanya Katsuki. "Aku bau ya?"
Fred menggeleng, tapi dia diam saja. Katsuki kemudian merasa kesal, apa susahnya menjawab? begitulah yang dipertanyakan Katsuki sekarang.
"Kau ini kenapa diam saja?! jangan seperti orang dungu yang tidak punya mulut, ayo jawab!" seru Katsuki. Dia memang mudah sensitif bila menyangkut dengan yang namanya penampilan.
"Tidak, Katsuki. Sebenarnya...."
Fred menjeda perkataannya. Tapi ketika mulutnya sudah terbuka untuk mengatakan sesuatu, tiba-tiba matanya Fred mengerling. Dan setelah itu Fred mematung di tempat tanpa kejelasan sama sekali.
Katsuki merasa deja vu, ia rasa ini adalah kesekian kalinya ia menoleh ke belakang. Dan seperti tadi, dia menemukan sosok Shouki di belakangnya.
"Aroma pheromone mu membuat dia kesulitan bernapas. Apa kau tidak menyadari bahwa sesuatu di dalam celana dia sedang mengeras sekarang?"
Fred merapatkan kedua pahanya, berusaha menyembunyikan area privasinya yang sudah menonjol di balik celana jeans-nya tersebut. Katsuki melotot, dan arah tatapannya lurus menukik ke arah area privasi Fred itu.
"Maaf membuatmu tegang, Fred," ucap Katsuki.
Tubuh Fred sedikit bergetar seperti orang menggigil, rupanya dia gemetaran karena saking malunya ia sekarang. "Untuk apa kau memperhatikan punya ku seperti itu?!!!!"