"Maaf, aku tidak menyadarinya," ujar Katsuki.
Padahal Katsuki tidak sedang dalam masa heat. Tapi dia heran kenapa akhir-akhir ini aroma pheromone nya itu sering menguat aromanya. Padahal dia sudah melayani beberapa pria pada hari sebelumnya, nafsunya sudah terlampiaskan.
Setelah Katsuki pikir-pikir, mungkin saja hal ini disebabkan oleh faktor emosi. Katsuki sedang dalam perasaan yang tidak stabil. Mengingat wajah marah Eijiro yang menatap Katsuki dengan penuh kebencian membuat Katsuki berada dalam perasanaan yang tidak menentu setiap waktunya.
Terkadang ia bisa menangis dengan sendirinya, bisa juga tiba-tiba menjadi cemburu atau marah secara tiba-tiba, atau juga dia tertawa dan menangis dalam waktu sekejap. Sungguh tidak dapat diprediksi bagaimana emosi yang akan dia tunjukkan selanjutnya.
Untung saja dia kali ini tidak dalam keadaan seperti itu. Pertemuan sesama anggota peck belum selesai, namun Katsuki sudah memutuskan untuk pulang. Dia tidak bisa berlama-lama di sana dengan keadaan seperti ini. Sedari tadi, Katsuki menyadari bahwa banyak lelaki di sana yang memperhatikan Katsuki. Katsuki merasa tidak nyaman. Padahal biasanya tidak seperti ini, tapi pheromone Katsuki benar-benar menggugah keinginan mereka untuk bercinta.
Padahal bukan masalah bagi Katsuki untuk bercinta dengan mereka, tapi Katsuki adalah tipikal orang yang membedakan waktu untuk bekerja dan waktu untuk beristirahat. Dia juga tidak suka kalau momen menghibur diri malah digunakan untuk bekerja.
Sungguh kehidupan yang rumit.
Ini hanya masalah keputusan dan keinginan Katsuki.
Katsuki memang tipikal orang yang seperti itu.
"Mau ku antar?"
Katsuki mendongak, tepat di hadapannya sudah ada Shouki. Sedari tadi Katsuki tidak menyadari ada Shouki di sana, atau mungkin Shouki baru saja berada di situ. Tidak ada yang tahu pasti, sebab aura keberadaan Shouki memang tipis.
"Tidak, saya sudah memesan taksi," ucap Katsuki. "Terimakasih banyak."
"Tapi kau perlu waktu lagi untuk menunggu sampai taksi itu kembali ke sini. Apa kau tidak memikirkan tentang hal itu?"
Katsuki mengerutkan dahinya, tapi dia sengaja tidak menatap Shouki. Katsuki merasa kalau Shouki ini orang yang aneh. Sifatnya yang suka bertindak semaunya. Berkata tanpa memikirkan dampak dari ucapannya itu. Untung saja dia terlahir sebagai orang yang berkuasa, kalau tidak dia pasti akan dihajar oleh orang-orang.
Bicara soal itu, Katsuki jadi penasaran dengan kekuatan magis yang dimiliki oleh alpha yang satu ini. Sebagai seorang alpha dan pemimpin suatu peck, tidak mungkin Werewolf tersebut lemah. Pasti Shouki punya keunggulan yang besar dan mumpuni dalam kekuatannya sebagai seorang Werewolf.
Walau tidak menutup kemungkinan kalau dia menjadi pemimpin peck karena faktor keturunan. Ya, karena anak seorang pemimpin peck memang bisa menjadi seorang pemimpin peck juga.
Tapi tidak menutup kemungkinan juga kalau mereka dikalahkan oleh alpha yang lebih kuat.
Jadi menurut Katsuki, pasti Shouki punya kekuatan yang sulit untuk ditandingi Werewolf lain.
"Tidak, kau salah."
Katsuki hampir saja tersedak ludahnya sendiri, padahal dia tidak mengatakan hal yang dia pikirkan sekarang. Tapi Shouki malah berkata demikian. Katsuki memilih diam, dia ingin tahu apakah Shouki benar-benar bisa membaca pikirannya dengan sempurna, bukan hanya sekedar menebak-nebak. Bisa jadi kan kalau Shouki hanya memancing Katsuki agar mengatakan hal yang ia pikirkan melalui pernyataannya tadi.
"Aku jarang menemui orang yang berpikiran seperti dirimu tentang ku. Orang-orang yang baru menemui ku hanya berpikir bahwa aku adalah orang yang beruntung. Walau aku masih belum yakin apa kau juga akan berpikir seperti ini juga bila aku bukan seorang pemimpin peck," jelas Shouki.
"Kau itu aneh."
Shouki terkesiap, baru kali ini ada orang yang terang-terangan mengatakan bahwa dirinya aneh. Walau selama ini gaya rambut Shouki sering dikomplain oleh orangtuanya, tapi Shouki merasa nyaman dengan gaya rambutnya.
Kali ini, Shouki yakin bahwa Katsuki berpikir bahwa Shouki aneh karena gaya rambutnya itu.
"Kau seakan-akan mengetahui segalanya, tapi juga tidak tahu segalanya. Kau bisa mengatakan bahwa aku A, tapi kau juga tidak tahu bahwa aku adalah A. Aku heran, kau ini tahu atau menebak. Tapi dari beberapa sudut pandang, kau itu benar. Aku heran padamu," balas Katsuki.
Hening beberapa saat. Katsuki memanglah seseorang yang selalu mengatakan sesuatu secara gamblang tanpa berpikir panjang, dan bahkan sekarang dia tidak khawatir bila Shouki tidak suka dengan perkataannya tadi.
"Menarik. Aku memang tidak tahu banyak hal, karena aku rasa melelahkan untuk mengetahui itu semua. Hoaaammm, aku mengantuk. Ayo kita tidur," ajak Shouki. Tetap dengan nada bicara yang datar. Siapapun tidak akan bisa menebak apakah Shouki sekarang sedang marah atau senang.
Ya, Shouki itu memang aneh. Bisa dilihat dari reaksinya terhadap ucapan Katsuki.
"Untuk apa kau mengajakku?" tanya Katsuki. Dia menatap Shouki dengan tatapan tidak suka. Seakan-akan ada aura negatif yang mengelilingi tubuh Katsuki sekarang.
"Karena ruangan yang kau tiduri itu aromanya sangat harum, aroma tubuhmu dengan aroma pheromone mu bercampur menjadi satu. Aku sangat suka, dan itu bisa membuatku tidur nyenyak."
Mata Katsuki terpejam, seiring dengan mulutnya yang setengah terbuka. Katsuki sudah tidak tahu lagi harus memahami Shouki dengan cara apa lagi. Dia tidak tahu harus memberikan reaksi seperti apa.
"Jangan-jangan kau pergi ke sini karena mengikuti aroma pheromone ku?" tanya Katsuki untuk memastikan rasa penasarannya itu benar atau tidak.
Usut punya usut, Katsuki sedikit narsis dan tidak malu-malu untuk menanyakan sesuatu yang sudah ada di dalam pikirannya. Dia tidak peduli apa yang dipikirkan oleh lawan bicaranya saat berbincang dengan Katsuki. Wajar saja bila Katsuki menjadi seorang gigolo, dia tidak tahu malu.
"Ya, tepat sekali."
"Tuan Shouki yang terhormat, apakah anda tidak bisa mencari benda harum lainnya selain saya? perbuatan Anda ini membuat saya menjadi sangat tidak nyaman. Untuk apa anda mengikuti saya kesana-kemari hanya karena sebuah aroma yang keluar dari ketiak dan hormon?"
"Karena itu wangi. Dan aku bisa tidur dengan mudah karena itu. Aku selalu kesulitan untuk tidur karena pikiran ku tentang pekerjaan ku yang selalu membuat aku sulit tidur. Dan setelah mencium pheromone mu, aku bisa tertidur pulas."
Alis Katsuki naik sebelah. "Bukankah waktu kita baru pertama kali bertemu, kau sedang dalam kondisi mengantuk?"
"Hanya mengantuk, tapi tidak bsia tidur. Justru karena aku mencium aroma pheromone mu itu aku merasa lebih nyaman, sampai aku mengikuti dirimu ke kamarmu. Dan setelah itu aku bisa tertidur selama beberapa menit. Tapi setelah kau pergi dari sana, aroma pheromone mu menghilang dan aku jadi sulit tidur lagi," tutur Shouki.
Itu membuat Katsuki merasa iba. Tapi Katsuki juga merasa sedikit skeptis dengan cerita itu. Namun dilihat dari rentetan cerita Shouki, hal itu cukup berhubungan.
"Maukah kau menjadi mate ku?"