webnovel

Memutuskan Pulang

Setelah selesai dari toilet, Fajar pun segera menyusul Andi ke kamar belakang.

"Gini Jar, kemarin sepulang dari garasi ekspedisi Mekar Jaya, aku langsung ke cafe bilyard," ucap Andi.

Tidak menjawab, Fajar terlihat cuma mengangguk pelan sambil menghisap rokoknya dalam-dalam.

"Dan setelah di cafe aku coba mencari Novi,"

Mendengar ucapan sahabatnya yang menyebut nama Novi Fajar pun langsung berkata dalam hati.

'Nah, betul kan perkiraan ku,' ucap batin Fajar.

"Terus setelah itu, kamu ketemu?" Lanjut Fajar bertanya.

Mendengar Fajar bertanya, Andi pun berhenti melanjutkan ucapannya, nampak dia memandang Fajar dengan tatapan yang tajam.

"Kamu jangan pura-pura gak tau lah!" Sergah Andi dengan suara agak meninggi.

Tau kalau temannya itu sedang marah Fajar pun mencoba untuk tetap tenang supaya tidak terpancing dan terjadi keributan.

Sambil terus menghisap rokoknya dalam-dalam dan mengeluarkan asapnya dengan pelan, Fajar nampak sedang mengontrol emosinya agar tetap stabil.

"Oke, sebelum aku menanggapi tentang masalah ini, terlebih dahulu aku minta maaf jika memang aku kamu anggap salah," ucap Fajar memulai penjelasannya.

"Jadi waktu itu aku kan datang ke cafe sambil bawa mobil Ayahku, karena memang kebetulan Ayahku sedang tidak ada di rumah, dan ketika aku sampai di cafe dan memarkirkan mobil, aku melihat kamu juga sedang menyalakan pickup mu dan kamu langsung pergi, bahkan ketika aku memanggilmu kamu pun juga tidak menjawab, ya mungkin saja kamu emang gak denger," beber Fajar mencoba menjelaskan.

Dan Andi terlihat diam menyimak penuturan temannya tersebut.

"Setelah itu aku pun langsung masuk cafe dan menuju meja bilyard, dan di situ ternyata sudah ada Roni, lalu kita pun langsung bertanding sampai tiga ronde, karena Roni emang sudah menyerah, lalu aku pun ngobrol bareng Novi yang memang sejak tadi menemani kita bermain, dan disaat ngobrol itulah tiba-tiba Novi minta tolong ke aku untuk mengantarkannya pulang,"

"Terus kamu mau?" Sahut Andi tiba-tiba.

"Lha emang aku mau nolak pakai alasan apa?" Timpal Fajar balik tanya.

Andi pun nampak terdiam begitu ucapannya di skakmat langsung oleh Fajar,

dia malah keliatan bingung mau jawab gimana.

Mau ngelarang Fajar, lha wong nyatanya yang ngajak itu Novi, mau nyalahin Novi ya gak mungkin, wong Novi nya saja benci banget dengan dirinya.

"Terus kenapa kok sekarang dia gak balik lagi ke cafe?" Tanya Andi berlanjut.

"Menurut mu apakah aku patut menjawab pertanyaan mu itu? Bukan kah akan lebih tepat jika itu kau tanyakan ke Novi nya langsung," jawab Fajar sambil balik tanya.

Merasa sudah terjepit dalam pertanyaannya sendiri, akhirnya Andi pun cuma bisa menahan gumpalan rasa di dalam dadanya.

"Gini Ndi, kalau kamu emang ingin menyusul Novi aku kasih tau alamat nya gimana?" ucap Fajar menawarkan ke Andi.

Terdiam sejenak akhirnya Andi pun beranjak meninggalkan Fajar sendiri.

Melihat sikap temannya itu Fajar mencoba untuk tetap memahaminya, lalu dia pun bergegas kembali bekerja.

Dari tempatnya bekerja Fajar nampak melihat Andi melaju pergi meninggalkan Gudang.

"Andi kenapa Jar kok keliatan jutek gitu?" Tanya Pak Sol.

"Lagi gak enak badan mungkin Pak," balas Fajar tidak berterus terang.

Sementara itu di Malang Novi nampak sudah mulai bekerja di salon milik kakaknya, dan hari itu salon terlihat agak sepi pengunjung.

Semenjak kepulangannya dari Surabaya Novi memang belum bercerita kepada Vega kakaknya tentang apa penyebab utama yang membuat dia enggan balik lagi.

Dia cuma bilang kalau sudah males dan ingin kerja di salon lagi biar bisa pulang ke rumah tiap hari.

Namun setelah beberapa hari ikut kerja bareng, akhirnya Novi pun merasa perlu untuk menceritakan kejadian yang sebenarnya tentang penyebab berhentinya dia bekerja di cafe bilyard milik Mama Mirna yang tidak lain adalah teman Ibu mereka berdua.

"Kak Vega," panggil Novi.

"Aku mau curhat ke kakak, dengerin ya," ucap Novi.

"Iya.. mau curhat apa?" balas Vega.

"Tapi Kakak jangan marah lo ya?" Pinta Novi.

"Enggak... kenapa juga aku mesti marah," balas Vega.

"Bener ya janji jangan marah?" lanjut Novi meyakinkan.

"He'e ... Enggeh ... Novi adikku yang cantik," jawab Novi meyakinkan.

"Sebenarnya aku sekarang ini lagi hamil,"

tutur Novi.

"Ha, kamu hamil?" ucap Vega terlihat kaget meskipun itu cuma pura-pura.

Karena sesungguhnya Vega telah diberi tahu oleh Ibunya, namun karena Vega telah di wanti-wanti untuk pura-pura tidak tahu sampai diberi tahu langsung oleh Novi sendiri.

"Terus laki-laki itu mana? Dia mau tanggungjawab kan?" tanya Vega terlihat mencecar.

"Dia laki-laki brengsek kak, aku muak dengannya, dia memang ingin tanggung jawab, tapi aku ogah, aku jijik dengannya," tutur Novi.

"Memang itu triknya untuk bisa menikahi ku, dia telah menjebak ku," terang Novi lanjut.

Mendengar penuturan adiknya Vega nampak menghela nafas, dia merasa prihatin dengan nasib adiknya itu.

"Terus sekarang usia kandungan mu dah berapa bulan?" lanjut Vega bertanya.

"Dah satu bulan Kak," jawab Novi.

"Terus rencana kamu sekarang gimana?"

tanya Vega lagi.

"Ya mau menjaga kandungan ini kak, sampai tiba waktunya lahiran nanti," jawab Novi.

"Serius Nov kamu mau menjaganya?" Tanya Vega nampak meyakinkan.

"Ya serius lah Kak, memang sih Ibu kemaren sempat nyaranin aku untuk aborsi," Terang Novi.

"Terus kenapa gak jadi?" Sahut Vega.

"Enggak Kak, aku gak mau nambah dosa lagi dengan membunuh janin tak bersalah ini," terang Novi pada Vega.

"Jadi kamu mau mengandung tanpa adanya seorang suami?" lanjut Vega bertanya.

"Iya Kak, aku gak perduli lagi dengan omongan orang-orang," balas Novi.

"Jadi kamu gak ada niatan untuk menggugurkan kandungan itu?" tanya Vega lagi.

"Enggak, kemarin waktu aku bilang ke Ibu dia pun juga tanya tentang itu, tapi aku sudah mantap dengan keputusan ku untuk tetap menjaga kandungan ini," kata Novi nampak memperlihatkan keyakinannya.

Ditengah mereka lagi asyik ngobrol nampak si Sela satu-satunya pegawai salon yang cantik sekaligus ganteng terlihat masih melayani pengunjung salon untuk sekedar Rebonding, dan si Rara nampak juga sedang melakukan perawatan kuku kepada salah satu pengunjung yang lain.

Di salon itu Vega mempekerjakan empat orang pegawai, tiga cewek termasuk Novi dan satu waria yaitu Sela alias Selamet.

"Vega," panggil Sela dengan gaya gemulainya.

"Iya ada apa," jawab Vega.

"Besok aku ijin gak masuk dulu ..." ucap Sela.

"Lha emang mau kemana?" balas Vega balik tanya.

"Dia lagi datang bulan Kak kayaknya," seloroh Rara temannya itu.

"Ye.. enak aja datang bulan, aku kan lagi bunting," sahut Sela yang disambut tawa teman-temannya, termasuk pengunjung yang sedang dilayani itu juga nampak terpingkal mendengar omongan Sela tersebut.

下一章