webnovel

Berpencar

DIHARAPKAN MEMBACA DALAM MODE GULIR!!!

TERIMA KASIH♡

•••

Jam dinding di atas pintu berjalan, waktu permainan telah di mulai. Mereka yang tidak tahu apapun tentang permainan memutuskan untuk mengikuti alurnya setelah di bagikan peta sama Aksa yang di dapat dari kotak besi di tengah meja.

Peraturan telah di baca, tertulis bahwa crewmate dan impostor sudah di tentukan. Mereka bingung, pasalnya tidak ada satupun yang merasa kalau peran sudah diberikan.

Sebagian besar meyakini kalau Aksa si ketua BEM adalah crewmate. Wajar, anak baik-baik tidak mungkin di beri peran yang aneh-aneh.

"Sudah siap?" Tanya Aksa dengan tangan menggenggam erat handle pintu.

Tak ada yang menjawab, itu tandanya iya. Setelah mengambil nafas dalam-dalam, Aksa membuka pintu lebar-lebar.

Keheningan menyelimuti mereka. Lorong gelap dengan semilir angin terpampang nyata di mata mereka, kemana lorong itu mengarah?

"Kayaknya ini saklar lampu deh," kata Tama menunjuk sesuatu di samping kanannya.

"Coba tekan."

Saklar ditekan, seketika lorong yang gelap itu berubah terang. Mereka menganga, rupanya lorong itu bercabang, sepertinya ada banyak ruangan di sana.

Tapi masalahnya, pintu keluarnya ada di mana?

"Yakin nih, kita jalan ke sana?" Tanya Genta takut, mepet-mepet ke Galaksi yang notabenenya berbadan tinggi.

"Ya, iyalah. Kita 'kan harus ngerjain task," jawab Evan ketus, memilih untuk berjalan duluan, kemudian berbelok ke lorong kanan.

Sepertinya orang itu tidak mempercayai siapapun.

"Kalau kalian dengar alarm langsung balik ke ruangan ini, ya. Hati-hati, saya minta tolong untuk tahan keinginan membunuh kalian, para impostor," ujar Aksa serius, sebelum berlari kecil mengejar Evan yang entah ada dimana.

"Kita mencar nih?" Tanya Bara ragu.

"Gue sih maunya gitu, kita baru aja ketemu." Begitu kata Galaksi, sebelum merangkul Bara membawanya pergi ke lorong kiri.

"Kita bareng-bareng aja?" Tanya Yefta hati-hati, takut ada yang tak nyaman dengan pertanyaannya.

"Ayo bareng!" Jawab Acio semangat.

"Gue bareng kalian aja deh, gue takut kalau sendiri," jawab Nares menatap Tama, rupanya adik sepupunya itu memikirkan hal yang sama.

"Di peta ada banyak ruangan, gue mau ke ruangan paling belakang dulu deh. Gue yakin, gak ada yang mau ngerjain task disana karena jauh," kata Genta mengajukan diri.

"Ikut..."

Genta menoleh ke kirinya, "Boleh, ayo."

Asahi mengangguk, lalu mengekori Genta yang berjalan pergi seraya memandang peta untuk melihat jalan menuju ke ruangan yang di maksud.

Mashiho yang merasakan atmosfer berubah canggung memilih mengikuti Genta dan Asahi. Tersisa lah enam orang di ruangan awal, terdiam canggung.

"Mau kemana dulu?" Tanya Acio buka suara.

Nares baru saja ingin menjawab, namun tubuhnya lebih dulu di tarik dan dibawa paksa oleh Tama ke lorong yang sama dengan Aksa dan Evan.

"Kok main tarik aja sih?! Nanti kalau gue jatuh, gimana?!"

"Diem ah."

"Heh, kok jadi ketus begini? Kenapa lo?"

"Kita berdua aja, jangan sama si Acio Acio itu."

Nares melongo tak paham. "Loh, kenapa? Keliatannya dia anak baik-baik, kok."

"Lo gak inget dia sekolah dimana? Jangan cari musibah, mending kita selesain task berdua."

Nares menyipitkan matanya. Aneh, Tama benar-benar aneh.

•••

Gendra memutuskan untuk pergi sendiri. Peta dia pandang berulang kali, kemudian mendongak ke atas, kembali lagi ke peta, begitu seterusnya.

Dia tidak tahu ingin pergi kemana, yang lain ada dimana, dan harus melakukan apa. Boleh tidur saja tidak sih?

"Woi kak, ngapain lo diem kayak jurig disitu?!" Tanya Bara dari kejauhan, tentunya dengan suara kerasnya.

"Daripada diem, mending bantuin kita! Kita gak ngerti nih cara benerin nya gimana, sini!" Perintah Galaksi, ngegas.

Gendra mendengus, dasar anak muda. Mau tak mau dia menghampiri kedua bocah berkelahiran 2004 itu dengan malas, ternyata mereka sedang sibuk membenarkan kabel warna-warni di dalam sebuah brankas besi.

"Kak Gendra, itu ada mesin juga. Tolong benerin dong, lo kan anak teknik tuh," Suruh Bara dengan tidak tahu dirinya.

Gendra mendengus lagi, menunduk sedikit untuk melihat mesin yang dimaksud. Sesaat kemudian dia terdiam, garuk-garuk kepala.

"Gue gak bisa..."

"Hah?"

Gendra mengusap tengkuk lehernya kikuk. "Gue belum pernah liat mesin yang kayak gitu."

Galaksi bertepuk tangan heboh. "Lo ngomong panjang lebar?! Wih, daebak!"

"Tapi coba dulu kak, siapa tahu bisa." Kata Bara menyuruh lagi.

Gendra mengangguk kaku, mencondongkan badannya sedikit ke depan. Tangannya meraba mesin tersebut, memeriksa setiap incinya.

Galaksi dan Bara memperhatikan dari belakang, Gendra terlihat fokus mencari letak permasalahan mesin tersebut. Setelah itu, keduanya terkekeh bersamaan, Gendra terkejut.

Saking terkejutnya, ia sampai tak sengaja menyenggol kabel yang mengeluarkan percikan listrik, kemudian listrik tersebut menyetrum lengannya.

"ARGHHHH!!!"

•••

Teriakan Gendra yang keras itu membuat mereka yang berada di ruangan lain terkejut. Pasalnya, suaranya terdengar dan menggema.

Yetfa yang hendak membuang sampah langsung melemparnya asal ke kotak besi besar di depannya. Dia yakin yang lain juga sama, berlari ke lokasi tempat Gendra berteriak.

Acio yang ditinggal tersenyum lebar. "Asik juga permainannya."

Kemudian alarm emergency meeting pun berbunyi, disusul seruan Evan disertai derap langkah kaki yang bersahut-sahutan.

TET... TET... TET...

"Gue tau impostornya!"

下一章