Cerita 21+ "Air mata, Kesetiaan, Kebahagian, menjadi satu dalam kisah mereka." Carissa dan Della sudah bersahabat sejak lama, mereka berdua sama sama berasal dari panti asuhan. Tapi ketika lulus SMA Della lebih dulu mendapatkan jodohnya, dan merekapun menikah. Sedangkan Carissa, harus berjuang semampunya untuk melanjutkan pendidikan agar bisa hidup lebih baik 10 tahun kemudian Carissa di pertemukan kembali dengan Della di sebuah Toko Bunga, dimana Carissa berkerja. Pertemuan itu menjadi awal dimulainya sebuah drama kehidupan untuk Carissa. Lalu Della datang meminta Carissa untuk menjadi Rahim Pengganti untuknya karena, sudah selama 10 tahun ini pernikahan Della dengan Bian suaminya belum memiliki anak. Carissa bimbang ia menerima tawaran tersebut atau tidak, apa lagi dihadapkan dengan kenyataan bahwa ternyata Bian adalah cinta pertama Carissa. Bagaimana jadinya, hubungan mereka? Bisakah Carissa mengandung anak dari suami sahabatnya sendiri? Design cover by: ARCELYOS (Picture from: Pexel) Silakan follow IG aku @ochagumay24
Kehidupan yang saat ini dirasakan Carissa mungkin dimata orang lain sangat sulit, bagaimana tidak menjadi seorang yatim piatu di usai diri. Lebih tepatnya Carissa tidak tahu apakah kedua orang tua sudah meninggal atau masih ada.
Karena sejak ia masih sangat kecil Carissa sudah berada di panti asuhan 'Kasih Ibu'. Gadis yang tumbuh menjadi wanita dewasa ini, melalui hidupnya dengan penuh tetesan keringat. Disaat anak anak di usia dia, bisa merasakan kasih sayang dan pendidikan yang layak.
Tapi Carissa tidak, ia harus banting tulang mencari nafkah untuk ia bisa bertahan hidup, sejak lulus SMA Carissa sudah keluar dari panti tersebut. Ia ingin mengampai cita citanya sebagai seorang Guru.
Tapi sepertinya cita cita itu harus di tundanya, Carissa yang kuliah dengan jalur beasiswa pun harus menerima keadaan bahwa dirinya masih harus mencari pekerjaan yang memiliki penghasilan lebih. Apa lagi Carissa masih harus membiayai adik adiknya di panti asuhan.
"Assalamualaikum," ucap Carissa.
"Loh Carissa. Waaikumsalam Nak," jawab Bunda Iren, beliau adalah pengurus panti asuhan tersebut,
"Bunda Caca kangen," ucapnya. Bunda Iren langsung memeluk Carissa wanita itu yakin saat ini Carissa sedang ada masalah. Karena jika Carissa dalam kondisi manja seperti ini Bunda Iren sudah paham.
"Ada apa Nak," tanya Bunda Iren. Carissa hanya bisa menghembuskan napasnya kasar. Tidak mungkin ia bercerita tentang apa yang saat ini ia alami.
"Tidak ada apa apa Bund, Caca Cuma sedang rindu sama Bunda."
Bunda Iren menganggukkan kepalanya, jika Carissa belum mau cerita dirinya pun tidak akan memaksa. Keduanya pun menuju ke tempat bermain dimana di sana banyak anak anak yang masih berusia muda berada.
***
Carissa duduk di taman tersebut, sambil menatap kearah adik adik panti lainnya, air matanya menetes membayangkan apa yang akan terjadi kepada mereka. 2 minggu yang lalu Carissa mendengar percakapan Bunda Iren dengan pemilik panti.
Mereka ini menjual rumah ini, karena Bunda Iren tidak bisa lagi membayar uang sewanya, sedangkan jika tempat itu dijual mau dibawa kemana mereka semua. Carissa tidak mau hal itu terjadi, tapi dirinya juga tidak tahu harus melakukan apa.
"Kak Caca," panggil seseorang.
Carissa segera menoleh, di sana ada Ambar. Anak yang baru berusia 4 tahun saat itu Bunda Iren menemukan Ambar di salah satu kotak sampah. Bayi mungil yang baru lahir itu, dengan teganya dibuang di sana.
Ambar mendekat, ia duduk disamping Carissa. Anak perempuan dengan kuncir dua itu selalu saja dapat membuat Carissa tersenyum.
"Ambar kenapa nggak bobok siang," tanya Carissa.
"Mau main sama Kak Caca," jawabnya.
Kedua perempuan berbeda usia itu pun duduk di sana, Carissa mendengarkan semua celotehan yang disampaikan oleh Ambar. Hingga langit sore, Carissa harus pulang ke kosannya.
***
Sesampainya Carissa di kosan, ia langsung mengecek handphonenya, dahi Carissa berkerut saat melihat ada 10 panggilan tak terjawab dari nomor tak dikenal.
"Siapa sih," ucapnya kesal.
Carissa bukan tipe orang yang suka menerima telpon dari nomor yang tak dikenal, karena baginya itu tidak penting. Jika orang tersebut ingin menghubunginya pasti ia akan mengirim pesan.
Karena lelah Carissa pun, segera tidur. Jarak antara kosan dan panti yang memerlukan waktu 4 jam membuat Carissa ingin segera beristirahat.
Pagi harinya Carissa sudah bersiap untuk segera pergi ke Toko Bunga dimana ia berkerja. Selain berkerja di sana, sore harinya Carissa juga berkerja dilain tempat.
"Pagi Mas Alan," sapa Carissa ramah.
Tapi laki-laki yang ia tegur, hanya bergumam pelan. Carissa hanya bisa menghembuskan napasnya saja, rekan kerjanya itu memang seperti ini. Terlalu kaku, dan irit bicara.
"Mbak Caca udah datang," sapa yang lainnya.
Carissa hanya tersenyum, mereka seolah tahu jika hari Senin, biasanya Carissa akan siang datang karena saat libur ia pergi ke panti.
"Iya kemarin gak menginap di panti. Jadi bisa datang pagi," ujarnya.
"Nanti yang mau pesan mawar buket kita akan ambil Mbak hari ini," ucap Inka.
"Jam berapa?" tanya Carissa.
"Sekitar jam 11 siang deh, Mbak Inka juga gak tahu. He he he, soalnya yang menerima telpon. Mas Alan cuma Mbak Caca kan tahu Mas Alan gimana orangnya," balas Inka.
Carissa hanya tersenyum, ia pun melanjutkan merangkai bunga mawar yang akan diambil hari ini.
Tring
Tring
Pintu Toko tersebut terbuka, di sana sudah menampilkan dua orang pasangan yang sangat serasi. Keduanya segera menghampiri meja kasir.
"Selamat siang saya Inka, ada yang bisa di bantu," tanya Inka.
"Saya Della yang telpon kemarin, mau ambil pesanan buket bunga mawar," ucapnya.
Inka pun tersenyum, lalu gadis itu segera menemui Carissa yang duduk di sudut ruangan yang tertutup itu.
"Mbak Caca, yang mau ambil bunganya udah datang," ucap Inka.
Carissa pun segera beranjak dari sana, sambil membawa buket bunga mawar. Dibantu oleh Inka.
"Selamat siang Mbak, ini Bunganya," ucap Carissa.
Keduanya pun menoleh kearah Carissa, kedua orang itu diam sambil menatap kearah Carissa. Bibir wanita tersebut tersenyum lebar.
"Caca?" ucapnya kaget melihat Carissa di sana.
"Ella," balas Carissa tidak kalah kaget.
Keduanya saling berpelukan, lalu Della mengorbol sebentar dengan Carissa keduanya saling merindukan. Sudah hampir 10 tahun Carissa tidak bertemu dengan sahabatnya itu.
Della dan Carissa bersahabat mereka juga tinggal di panti asuhan yang sama, bedanya kedua orang tua Della benar benar meninggal dunia. Sehingga Della di titipkan di sana, setelah lulus SMA Della meninggalkan panti karena ia menikah.
"Aku gak sangka kalau kita bisa bertemu lagi," ucap Della.
"Iya sudah lama ya kita gak jumpa," balas Carissa.
"Mas Bian," panggil Della.
Deg
Deg
Jantung Carissa berdetak lebih cepat, Carissa memasang telinga dengan baik. Agar ia tidak salah mendengar, nama yang baru saja di sebutkan oleh Della.
"Ca, kamu ingat Mas Bian kan? Kakak kelas kita dulu di SMA. Dia itu suami aku, Mas ini Carissa sahabat aku di panti," jelas Della.
Bian hanya tersenyum tipis, laki laki itu dengan sikap dinginnya masih sama.
"Sudah selesai? Kita pulang, Mami dan Papi udah nungguin kita," ucap Bian.
"Iya Mas, Ca aku pamit pulang dulu. Kita harus ketemu lagi ya pokoknya," ucap Della.
Carissa hanya menganggukkan kepalanya saja, tanda ia setuju akan ucapan Della tadi. Tapi saat pandangan Carissa dan Bian bertemu, jantung Carissa rasanya ingin lepas.
'Dia suami sahabat kamu loh Ca, lupakan dia,' gumam Carissa dalam hati.
Wanita itu pun segera melanjutkan pekerjaannya, tapi ternyata Carissa tidak sadar jika Alan sejak tadi memperhatikan semua gerak gerik yang dilakukan oleh Carissa.
***
Dilain tempat Della sibuk menceritakan semuanya kepada sang suami, tentang dia dan Carissa yang bersahabat. Semua hal Della cerita kan.
"Aku senang banget loh Mas bisa ketemu sama Caca lagi," ujarnya.
Bian hanya tersenyum, sambil menggenggam tangan sang istri.
Tak butuh waktu lama keduanya pun sudah sampai di rumah orang tua Bian. Di sana sudah banyak keluarga yang berkumpul, lebih tepatnya keluarga dari suami Della Bian.
To Be Continue
###
Hai ini cerita aku selanjutnya. Semoga kalian suka ya, jangan lupa untuk tinggalkan jejak dan vote cerita ini. Tambahkan ke Rak juga boleh.
Terima kasih banyak