webnovel

#18 MAKOTO

"YO KATOU. KEMARIN ITU BENAR BENAR MENYENANGKAN YA?"

Aku terdiam kaget.

Nih bocah bisa tau alamatku dari mana coba?

Satu hal yang bisa kulakukan sekarang.

"punten."

Aku langsung balik masuk ke rumah dan mengunci rumahnya rapat rapat.

Aku melepas sepatuku dan membawa sepasang sepatu ku di tangan kiri.

"Ada apa katou?"

"Ssst! Jangan berisik bu! Sini ikut aku!"

Aku menyeret ibu ke dapur dan bersembunyi sementara disana.

"Seriusan, ada apa sih?"

"Sekarang hidupku sedang di pertaruhkan."

"Beneran ada apa sih woy!"

Aku mencoba menenangkan ibuku yang sedang khawatir.

Aku menarik nafas dalam dalam dan mengeluarkannya pelan pelan. Dan memegang kedua pundak ibuku.

"Ibu....sekarang....otaku aneh mau membunuhku."

Ibu terkejut.

"Jangan mati dulu! Ibu belum punya uang buat beli keranda mayat mu." jawab ibu dengan malu malu.

"Kejam! Lagian kan uang makan kan masih ada kalau mau beneran beli."

"Oh iya!..."

Ibu terlihat mempunyai ide.

"kenapa? Apakah ibu punya ide buat ngusir orang itu?"

"bukan...."

"terus apa dong?"

"kalau kamu sudah tidak ada jatah makanan kamu bisa di jadiin keranda mayat."

"Seriusan kejam bet woy!"

Ibu tiba tiba terlihat malu malu. Wajah nya memerah dan dia sedikit memalingkan pandangan:

"Ka- kalau kamu mati, ja- jangan ibu ya yang beresin mayat mu."

"Kalau ngomong kaya gitu gausah pake malu malu! Itu membuat ku merinding!"

TOK TOK TOK!!

"KATOU! KAU DI DALAM?"

Ibu ku yang awalnya duduk langsung berdiri.

Aku mulai heran apa yang akan dilakukan ibuku.

"Tunggu sebentar ya."

Dia berjalan menuju pintu depan. Dan berniat membukanya.

"Jangan dibuka bego!!"

Gaada pilihan lain selain kabur.

Aku mengambil sepatu ku yang tergeletak di lantai dan berlari ke pintu belakang rumah.

"KATOU-- "

Pintu depan rumah yang terkunci pun mulai terbuka.

Ibu tersenyum melihat makoto:

"Ara ara. Selamat pagi."

Makoto terlihat terkejut.

Dia ingin memalingkan pandangan dan berlari tapi tidak bisa.

Sekarang dia sedang terdesak.

"eng...se- selamat pagi." ucap makoto dengan gugup.

"ara, jadi kamu temannya dek katou ya?"

Makoto yang sedang menundukkan kepala terpaksa berbicara:

"i- iya."

Dia berkata dalam hati:

'Ibunya katou ini. SANGAT TIDAK COCOK MENGATAKAN ARA ARA! Rasanya ingin mencoba menutupi mulutnya tapi dia ini orang tua. Tahan makoto. Tahan....'

"ara, jadi ada apa nih?"

"ti- tidak ada, a- ku hanya ingin memanggil katou."

"ara, katou ya? Tunggu bentar ya?"

'Sialan! Jiwa otaku ku bisa rusak disini. Seharusnya aku langsung pergi dari sini sekarang mumpung ibu itu sedang didalam.'

Ibu pun kembali.

"ara, maaf katounya dah pergi."

"oke kalau begitu aku pergi." ucap makoto dengan cepat.

"hati hati di jalan."

Makoto mempercepat jalannya meninggalkan rumahku.

'DARI CARA BICARANYA, DIA TIDAK COCOK MENGATAKAN ARA!'

'Gw sebagai wibu benar benar tersiksa, hebat sekali katou bisa bertahan di rumah itu.'

Disisi lain, aku sedang berlari menuju sekolah.

Untung saja ibu dapat mengulur waktu dengan otaku gila itu.

Good job ibu. Sekarang aku sudah sampai di sekolah.

Capek sekali berlarian ke sekolah di pagi hari.

Tapi, mereka ngobrolnya berapa menit ya? Sepertinya makoto akan terlambat sekolah. Sekarang sudah 07.50.

Ya....bodoamat sih.

Emangnya aku akan peduli dengan orang itu?

Aku pun masuk ke sekolah dan menyimpan sepatu ku di loker sepatu dan menutup lokernya.

Aku berjalan meninggalkan tempat sepatu.

Saat aku menoleh ke kanan, ada murid perempuan berkelompok sedang mendukung salah satu dari mereka. Salah satu perempuan itu membawa semacam surat.

Mereka terlihat sedang berbincang di depan loker sepatu:

"Ayo simpan! Mumpung dia tidak disini!"

"Ayo! Jangan malu malu!"

"su- sudah kuduga aku tidak bisa!"

"Jangan begitu! Kamu sudah menyimpan perasaan itu selama 2 tahun kan? Ayo ungkapkan!"

Ada apa ini? Kisah romantis di pagi hari? Membuatku jijik saja.

"Ba- baiklah."

Perempuan yang membawa surat itu pun memutuskan memasukkan suratnya ke loker yang berada di depannya.

"Yes berhasil!" ucap mereka yang mendukungnya.

"ja- jangan berteriak teriak! Nanti ketawan yang punya loker."

Bentar bentar.....ada yang sedikit aneh disini.

Bukannya loker sepatu laki laki berada di kiri.

Jangan jangan...

Surat itu?!

"hoi, kalian mau apakan lokerku?"

"Hinoto?!" teriak mereka.

Nah kan bener.

Dia ngasih surat cinta ke perempuan yang lain.

Wah kayaknya aku salah liat deh. Kayaknya aku cuma mimpi atau salah alamat sekolah.

Tapi kalau dipikir pikir ya wajar sedikit sih.

Nama perempuan yang diberi surat adalah Hinoto Asuka. Dia murid terkenal di angkatan kita. Aku tidak tau kalau angkatan yang lain juga tau atau nggak.

Setauku dia terkenal di angkatan ku.

Dia terkenal dengan sikap pendiamnya yang dibilang orang orang keren.

Kalau menurut ku dia orang seperti biasa. Tidak ada spesial spesialnya.

Bisa bisanya sampai ada perempuan yang ngasih surat ke dia.

.......................

Sudah lah lupakan saja.

Anggap saja hal ini tidak pernah terjadi.

[...]

Aku masuk ke kelas tanpa mengucapkan apa apa seperti biasa.

Duduk di kursi bagian kedua dari belakang dan kedua dari pintu seperti biasa.

Dan bengong seperti biasa.

Tapi sepertinya hari ini ada yang tidak biasa.

Ada makhluk dengan rambut culun, memakai kacamata bulat, badan sedikit besar, tingginya beda 10 cm dengan ku, tangannya normal (tidak kurus ataupun gemuk).

Aku mencoba pura pura tidak melihat tapi ternyata susah juga.

Dia melihat aku dan menyeringai.

Dia pun mendekati mejaku.

Saat aku mencoba melihat dia, dia sudah tidak ada di depan pintu lagi.

Dia sudah berada di sampingku.

"Tidak, kamu salah orang!" ucapku sambil memalingkan pandangan.

"Belum juga aku ngomong." ucap orang itu.

"jadi katou...."

Dia meletakkan tangannya di meja ku.

"...karena bawa tongkat baseball disini tidak boleh, aku memakai telapak tangan ku yang sedang terdampar di meja mu ini."

Berisik bet ni otaku culun.

Aku pun meletakkan siku ku di telapak tangan makoto.

"Aww!! sakit bego!"

"Jadi kamu mau digeprek disini katou? Baiklah!"

Dia pun mencoba memukul ku.

Aku dan makoto mulai menjadi pusat perhatian kelas.

Aku menahan meteor yang akan jatuh ke kepala ku dengan tangan kiri ku.

Aku juga mengeluarkan uang 1000 yen dari dompet ku dan memberikan padanya.

"Nih, asalkan jangan membuat kekacauan di jam pelajaran lagi."

"Nah gitu dong-- bentar..... Apa maksud mu membuat kekacauan?"

Makoto pun melihat ke arah papan tulis.

Disana ada Toni sensei yang sedang menyeringai ke arahku dan makoto.

"Enak sekali kau Eiji, menganggu waktu pelajaran saya dan mendapat uang dari katou."

Makoto terlihat tegang dan mengeluarkan banyak keringat.

Sebenarnya, aku masuk ke kelas bersamaan dengan Toni sensei.

Dan saat Toni sensei ingin memulai pelajaran pertama, makoto datang dan menyeringai ke aku.

Dan endingnya jadi begini...

Aku pun bersikap arogan:

"Ternyata wibu ini suka jadi pusat perhatian ya?"

Seisi kelas pun tertawa setelah mendengar perkataan ku.

Makoto masih tegang dengan di penuhi keringat.

"Makoto, nanti bapak kasih tugas tambahan sebagai hukuman telat dan mengganggu jam pelajaran bapak."

To be contiuned...

下一章