webnovel

#19 CURHAT

Teng Teng Teng...

Bel berbunyi dengan keras. Bel itu bisa sampai terdengar ke luar sekolah.

Kadang kadang bel itu berubah suaranya menjadi KRIIIING yang awalnya Teng Teng Teng.

Ya suara juga informasi tidak penting sih.

Yang sekarang aku perhatikan adalah...

Kenapa Makoto selalu mengikuti ku?!

Makoto mengikuti ku dari belakang ku menuju ke kantin. Dia memegang dagunya dengan jari telunjuk dan jempol:

"Bel berbunyi dengan keras. Bel itu bisa sampai terdengar ke luar sekolah. Kadang kadang bel itu berubah suaranya menjadi KRIIIING yang awalnya Teng Teng Teng. Ya suara juga informasi tidak penting sih."

Dia seakan akan bisa mendengar apa yang telah kuucapkan tadi.

Kok bisa dia mengucapkan kata kata yang telah kuucapkan di dalam hati ku dengan akurat.

Orang ini memang harus lebih diselidiki lagi.

Aku menghela nafas setelah memikirkan Makoto lebih jauh.

"huh? Ada apa kanata?"

"Tidak ada apa apa. Ngomong ngomong, tadi kan sudah kukasih 1000 yen, kenapa tidak segera menjauh dari ku sih?!"

Dia mengulurkan tangan kanan nya ke aku:

"Tambah dong kalau mau aku menjauh dari mu."

"Lu kira gw orang tua lu?!"

Aku melanjutkan jalannya menuju kantin.

"hei, kanata."

"hm?"

"Apa aku mengganggu mu~~?" ucap makoto dengan wajah sok imut dan pipi memerah.

Aku sedikit terkejut.

Aku langsung berbalik badan dan menyentuh pundak makoto sambil tersenyum:

"Ya, sangat mengganggu sampai aku mau mati :)"

"Jangan ucapkan itu sambil tersenyum!"

Aku menghela nafas lagi dan berkata:

"Gini ya...aku mau bicara."

"Kamu sudah bicara tuh."

"Ini serius woy! Aku akan membicarakan tentang masa muda ku."

"kalau mau curhat jangan ke aku."

"Tapi ini masalah mu!"

"maksudnya? Aku dapet surat cinta dari cewek kah?"

"Kalau kamu tetap berpakaian seperti itu, kamu tidak akan di dekati cewek 1 pun bahkan adik atau kakakmu."

Kancing baju makoto semuanya terbuka hingga terlihat jelas kaos dalam yang bergambar karakter anime ceweknya.

Tentu saja aku akan malu.

Makanya sejak awal aku tidak ingin jalan berdampingan dengan orang ini.

"Ada apa? Ini biasa loh."

"Biasa gundulmu!"

"hei, kanata."

"APAAN?!"

"Aku....ga gundul loh."

"BODOAMAT"

Makoto meletakkan kedua tangannya dibelakang kepala sambil berjalan dan berkata:

"Ya, sekarang panas sih. Jadi aku melepas kancing baju ku."

"Makoto, sekarang memang musim panas. Orang orang juga kepanasan. Tapi kok bisa ya? Panas itu sampai membakar akal sehat mu dan urat malu mu."

"hei kanata, aku mau curhat."

"curhat ama tembok aja sana."

"kenapa ya?"

"karena otak lu bego."

"Belum juga gw ngomong!"

"jadi, ada apa?"

"Daritadi kita jalan lama pisan tapi kok ga sampe sampe kantin?"

"Ya karena ada lu pasti nyasar lah."

"Tidak kok, tadi kita udah ngelewatin kantin tapi bukannya ke kantin lu malah lanjut jalan."

Aku langsung membeku.

Oh iya ya? Perasaan tadi udah lewat kantin?

Aku langsung melihat ke arah makoto yang berada di belakang ku.

Dia tampak menyeringai ke aku:

"Pffft, bodoh."

"Berisik! Kamu yang bodoh malah ngikutin aku!"

"Aku cuma pengen nanya jalan ke kantin doang tapi kamu ga bisa diajak bicara."

"Kamu anak kelas 1 ya? Lagian daritadi juga kita bicara."

Aku langsung berbalik badan dan pergi ke kantin.

Tapi tetap saja makoto mengikuti ku dari belakang.

"Bilang kek daritadi nape ngikutin aku mulu?!"

Namun makoto diam saja. Dia seperti tidak mendengar apa yang aku ucapkan.

Aku langsung mempercepat jalan ku.

Makoto juga ikut mempercepat jalannya.

Aku semakin mempercepat jalan ku.

Dan dia tetap saja mengikuti ku.

Dan akhirnya aku berlari.

Dia juga ikut berlari.

"SUDAH CUKUP! HENTIKAN INI!"

Di kantin...

"Makoto....Aku tidak ingin makan bersama mu loh. Lagian, Jangan menatap ku woy!!"

"eh oi, kanata, aku mau bicara."

"BICARA AJA SAMA AYAM SANA!"

"Aku melihat adegan yuri*."

Makanan di sumpitku jatuh ke pangkuan ku.

Aku langsung berdiri dan mendekat ke makoto.

"Ada apa?" makoto keheranan.

Aku langsung memukul makoto dan menarik kerahnya.

"JANGAN NGOMONG SESUATU YANG MENJIJIKAN SEPERTI ITU KETIKA AKU MAKAN!!!"

"Aku juga lagi makan."

"Bodo amat ama lu!"

"Aku lihat Hinoto memasukan surat ke loker sepatu cewek."

"JANGAN DILANJUTIN! Eh? Bentar..."

"kenapa kanata?"

".....aku juga melihatnya."

Aku langsung melepaskan kerah makoto dari genggaman ku.

"bentar... bukannya tadi kamu telat ya? Kok bisa melihat sesuatu yang sama?"

"sebenarnya aku tidak telat. Aku berlari mengejarmu. Tapi saat aku melihat Hinoto berbincang dengan gadis lain aku langsung berhenti mengejarmu dan melihat kejadian tersebut."

"Jadi kenapa lu telat?"

"Aku cuma nyari kesempatan untuk membuka dan melihat isi surat."

"jadi... dapet?"

"kagak."

"TRS NGAPAIN LU NUNGGUIN AMPE TELAT BEGO?!"

"Tenang. Aku punya ide."

"Apa?"

"kita....."

Makoto langsung berdiri. Dan memperbaiki dasinya yang sudah dirusakku barusan.

"...akan melihat langsung apakah kejadian itu benar."

"oi tungguin gw bego!"

Hinoto Asuka berada di kelas 2-2. sebelah kelas ku. Dan dia juga termasuk murid yang terkenal dengan nilainya yang besar, sifatnya yang cool, dll.

Jadi kita lebih gampang menemukannya.

"Jadi saat tadi pagi kamu liat apa katou?"

"Aku liat ada perempuan yang bilang, 'kamu sudah memendam perasaaan itu bertahun tahun kan? Ayo ungkapkan.' begitu."

"Ok bukti pertama udah ketemu."

"ngapain lu tulis bego!"

"Apa yang kalian berdua lakukan? Kalian stalker?"

Kita yang sedang menunduk sambil bertengkar ketawan oleh Hinoto.

"bu- bukan! Kami bukan stalker!"

"Jadi? Kenapa sembunyi sembunyi begitu?"

Terpaksa kita harus memberitahu yang telah terjadi.

"Jadi, si anak bernama makoto ini mengira aku disukai oleh murid perempuan lain? Dan akhirnya makoto ini memaksa anak bernama katou ini untuk sembunyi sembunyi memerhatikan ku?"

"BENAR SEKALI!" teriakku.

"Mana bisa gitu woy! Katou juga sama! Tadi dia bilang kalau sebelum murid perempuan itu memberi surat ke Hinoto, dia bilang tentang perasaan yang telah lama dipendam!"

"Berisiki lu kecoa!"

"hah? Surat? Oh maksud kalian surat undangan club basket tadi pagi ya?"

"ha? Surat undangan?" ucap kita serentak.

"ya surat undangan. Bentar ya." dia masuk ke kelas untuk mengambil surat itu.

Lalu dia keluar kelas lagi dengan membawa selembar kertas dan memberinya ke kita.

Isinya adalah:

'Untuk Hinoto Asuka.

Sebenarnya aku sudah tertarik dengan kegesitan mu dalam bermain basket sejak 1 tahun yang lalu. Aku ingin kamu masuk ke club basket tahun ini dan membantu kita untuk lomba tahun depan. Aku hanya berfikir kalau Hinoto ikut, club kita akan menang.'

Setelah membacanya, Makoto membeku.

Aku menyeringai ke makoto. Urat di dahi ku mulai keliatan.

"Oi makoto. Gara gara elu manjang manjangin masalah ini."

"Salah lu lah ngapain ikutan gw?!"

"Berisik lu kelabang!"

"Gw bukan serangga bego!"

"Dasar dua anak ini. Ganggu aja." ucap Hinoto dengan menyimpan tangan kanan diatas tangan kiri

"Hinoto aku mau bertanya." ucap Makoto dengan serius.

"Apa?"

"Kenapa dia tidak memberi surat ini secara terang terangan? Lebih bagus lagi kalau memintamu langsung berbicara tanpa lewat surat?"

"Jangan bertanya ke aku. Aku juga heran kenapa orang orang menjauhi ku dan selalu tertutup kepadaku. Sepertinya orang orang membenci ku."

Padahal dia itu siswi terkenal keren di sekolah ini. Dia hanya tidak menyadarinya.

"Ok! Terimakasih banyak!" setelah mengatakan itu, makoto memberi surat itu ke Hinoto dengan paksa dan langsung lari terbirit birit.

"OI SIALAN TU...."

"...terimakasih info nya Hinoto. Dah ya...."

"....MAKOTO SINI LU!"

"Dasar orang orang itu."

Hinoto pun kembali masuk ke kelas.