webnovel

The Dangerous Love Zone - 22

Joe yang saat ini sedang membaca sebuah majalah fashion diruang tunggu agency tempatnya bekerja, mengerutkan dahi heran saat melihat foto salah seorang model pria yang berbalutkan pakaian glamor dari brand ternama.

Melihat ekspresi wajah angkuh yang dinampakan oleh model pria tersebut, membuat Joe merasa cukup kesal. Karena model pria itu berhasil menggeser namanya dari urutan pertama menjadi urutan nomor dua sebagai model pria yang paling diinginkan para perempuan untuk diajak berkencan ditahun ini.

Joe melirikan matanya pada bagian atas halaman majalah fashion tersebut dan terlihat jelas nama dari model pria yang menjadi rivalnya tersebut. Kenosuke Hyodo. Seorang pria yang lebih dulu terjun di dunia modeling sebelum dirinya.

Namun yang Joe ketahui, sejak awal debutnya, model pria itu belum terkenal sama sekali namanya seperti ditahun ini. Bahkan sampai mampu menggeser posisinya dari urutan pertama sebagai model pria terkenal di Jepang yang selalu bertahan selama empat tahun ini.

Ya meski Joe sempat mendengar kabar jika pria itu cukup sangat terkenal di negeri tirai bambu sana.

"Joe-kun."

Joe yang merasa namanya dipanggil pun menolehkan kepalanya dan mendapati sosok Hori yang baru saja masuk kedalam ruang tunggu.

"Ya, Hori-san?"

Hori mengulurkan sebuah dokumen kepada Joe yang menerimanya dengan tatapan heran bercampur penasaran.

"Ken-sama memberikan ku dokumen kerja sama baru untuk mu."

Joe melayangkan tatapan heran kepada Hori. Hori yang menyadarinya pun menjelaskan lebih lanjut kepada modelnya tersebut.

"Ken-sama memberikan kita kontrak kerja tambahan untuk pemotretan minggu depan bersama dengan Kenosuke Hyodo dari B.I agency."

Kedua bola mata Joe membulat terkejut mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Hori. "T-tunggu. Apa? Aku pasti salah dengar. Siapa tadi yang akan menjadi rekan pemotretan terbaruku minggu depan?"

Hori yang melihat ekspresi tidakpercaya dari Joe, menghela nafasnya panjang. "Minggu depan, kau akan melakukan pemotretan bersama dengan Kenosuke Hyodo."

Dengan spontanitas, Joe melemparkan dokumen yang tadi di pegangnya keatas meja.

"Apa?? Kau pasti salah Hori-san! Aku tidak mungkin akan melakukan pemotretan bersama dengan pria itu!"

Helaan nafas panjang kembali Hori hembuskan. "Aku sudah menduga jika kau akan bereaksi seperti ini."

Joe pun berdecak kesal. "Apa yang di pikirkan paman Ken? Kenapa dia bisa membuat ku harus melakukan pemotretan bersama dengannya?? Kau tahu bukan Hori-san, jika aku sangat tidak menyukasi pria itu karena berhasil menggeser namaku dari posisi pertama!"

Hori menganggukan kepalanya pelan. "Aku sangat tahu Joe-kun. Tapi kita harus bagaimana? Ken-sama sudah terlanjur menyetujui permintaan pihak brand pakaian yang ingin kau melakukan pemotretan bersama dengan Kenosuke. Katanya untuk menaikan tingkat pemasaran mereka."

Joe menghela nafas dalam dan menyandarkan punggungnya pada kursi. "Seandainya paman Yusuke masih ada. Dia pasti akan membicarakan perihal ini terlebih dulu dengan ku."

"Mau bagaimana lagi. Kontrak kerja sama sudah ditandatangani. Sekarang yang harus kau lakukan hanyalah melakuakan pemotretan bersama pria itu."

Hori mengulurkan sebelah tangannya untuk mengambil dokumen kerjasama yang tadi dilempar Joe keatas meja dan memasukannya kedalam tas.

"Lagi pula aku dengar dari Ken-sama, jika Kenosuke saat masih berkuliah berada di satu universitas yang sama dengan mu, Ren dan Azami. "

Joe menolehkan kepalanya cepat kearah Hori dengan ekspresi heran tercetak jelas diwajahnya.

"Pria itu berada di universitas yang sama dengan kami bertiga? Yang benar saja. Aku tidak pernah melihat ada mahasiswa yang memiliki wajah angkuh sepertinya."

Hori berdeham sesaat. "Mungkin dia berada ditahun yang berbeda dengan kalian. Bisa saja kan dia itu kakak tingkat mu, dulu?"

Joe mengangkat kedua bahunya acuh. "Aku tidak perduli."

"Ya, terserah mu saja. Yang terpenting minggu depan saat kita melakukan pemotretan, kau sudah bisa sedikit menghilangkan perasaan tidak suka kepada Kenosuke." Ujar Hori dan hanya di respon dengan kibasan tangan oleh Joe.

"Apa aku harus memberitahu Ren dan Azami perihal ini ya?" Gumam Joe pada dirinya sendiri sambil memainkan posel yang berada ditangannya.

"Ah, sepertinya tidak perlu. Mereka pasti tidak akan tertarik juga dengan hal ini." Lanjut Joe bergumam pada dirinya sendiri namun masih dapat di dengar oleh Hori yang kini sedang mengulaskan senyum kecil diwajahnya.

***

Azami yang sedang berada di dalam minimarket untuk menemani Masaki berbelanja camilan malam, melangkahkan kakinya menuju rak majalah yang berada didekat pintu masuk minimarket.

Azami tertarik untuk membuka sebuah majalah fashion yang baru dikeluarkan minggu ini. Dirinya mendapatkan informasi dari Renji, jika didalam majalah fashion tersebut terdapat foto pemotretan terbaru Joe bersama dengan salah seorang model pria yang sedang naik daun saat ini.

Azami menghentikan tangannya untuk mengganti halaman majalah fashion saat dirinya sudah menemukan halaman dimana terdapat foto Joe bersama dengan model pria yang sedang naik daun tersebut.

"Hmm, tidak buruk juga." Gumam Azami mengomentari bagaimana pose yang dilakukan oleh Joe.

Kini tatapan mata Azami beralih pada model pria yang menjadi pasangan Joe.

"Pria ini juga tidak buruk. Meski gayanya terihat sangat angkuh." Gumam Azami dan kembali melihat-lihat hasil pemotretan Joe dan pasangan model prianya.

Masaki yang sudah selesai memasukan beberapa jenis camilan malam kedalam keranjang belanja pun, menolehkan kepalanya kesetiap sudut minimarket untuk mencari keberadaan Azami.

Tatapan mata Masaki terhenti saat dirinya sudah menemukan sosok Azami sedang berdiri didepan rak berisikan kumpulan majalah dan dirinya pun segera melangkahkan kaki untuk menghampiri Azami.

"Oi, Azami. Apa yang sedang kau lihat?" Tanya Masaki saat dirinya sudah berada tepat di samping Azami yang sedang melihat sebuah majalah.

"Ah, Masaki. Aku hanya sedang melihat-lihat majalah fashion saja." Jawab Azami sambil menunjukan sampul depan majalah yang sedang dilihatnya.

"Hmm, majalah fashion." Gumam Masaki yang direspon anggukan kepala oleh Azami.

"Oh ya, jika aku tidak salah ingat. Tenma-san bilang, hasil pemotretan teman semasa sekolahnya dulu yang menjadi model, minggu ini sudah resmi dirilis di majalah fashion."

Azami berdecak kagum mendengar perkataan Masaki. "Wah benarkah? Apa kau mengenal teman dari Tenma-san itu?"

Masaki terdiam sesaat, sebelum dirinya mengulurkan sebelah tangannya untuk mengambil majalah fashion yang sama seperti sedang dibaca oleh Azami, lalu membuka perlahan setiap halamannya.

"Jika tidak salah, namanya itu Keno, Kenoku, hmmm sebentar, aku cari dulu dimajalah ini."

Azami mengulaskan senyum kecil diwajahnya, melihat Masaki yang sedang serius memperhatikan setiap lembaran isi majalah fashion.

"Aku juga dengar dari Tenma-san, jika temannya itu kini berhasil menggeser posisi model bernama Joe dari urutan pertama, menjadi urutan nomor dua." Ujar Masaki sambil tetap fokus melihat-lihat isi majalah fashion.

Sedangkan itu, Azami yang mendengar perkataan Masaki membulatkan matanya terkejut. Karena baru kali ini dirinya mendengar jika ada model lain yang berhasil menggeser posisi bertahan Joe diurutan nomor pertama selama empat tahun belakangan ini.

"Wah, benarkah? Aku tidak menyangka jika Tenma-san, memiliki teman seorang model."

Masaki yang mendengar perkataan Azami langsung menganggukan kepalanya. "Kau benar. Awalnya aku dan yang lain sempat tidak percaya, tapi setelah Tenma-san memberikan bukti sebuah foto. Kami baru mulai percaya."

Azami terkekeh pelan. "Ah, begitu rupanya."

"Nah! Azami, ini orangnya! Dia teman Tenma-san yang seorang model itu."

Azami kini menolehkan kepalanya mengikuti kemana jari telunjuk Masaki mengarah.

Sebuah kerutan tercetak didahi Azami, saat dirinya melihat kembali hasil pemotretan Joe bersama model pria pasangannya.

"Namanya Kenosuke Hyodo. Tenma-san bilang, sejak awal debutnya enam tahun lalu, temannya ini tidak terlalu terkenal di Jepang. Tetapi justru, Kenosuke ini sangat terkenal di China. Maka dari itu, Tenma-san tidak merasa heran, jika temannya itu dapat menggeser posisi Joe diurutan pertama." Ucap Masaki menjelaskan kepada Azami.

"Em, tapi. Tenma-san bilang, temannya ini memiliki sebuah obsesi yang aneh setelah memasuki bangku perkuliahan dan sebelum debut menjadi seorang model terkenal di China."

Sebelah alis Azami terangkat keatas, mendengar lanjutan perkataan Masaki. "Maksudnya?"

"Kata Tenma-san, Kenosuke ini memiliki obsesi kepada adik tingkatnya di Universitas.Dan yang Tenma-san tahu, temannya ini tidak pernah menunjukan obsesinya itu secara terang-terangan kepada adik tingkatnya."

Azami menatap Masaki heran. "Jika temannya ini tidak pernah menunjukan obsesinya secara terang-terangan, lalu bagaimana Tenma-san bisa mengetetahui jika temannya ini terobsesi pada adik tingkatnya?"

Masaki menolehkan kepalanya kekanan dan kekiri, untuk memastikan tidak ada orang yang akan menguping pembicaraan antara dirinya dan Azami.

"Tenma-san bilang, dia pernah menangkap basah jika temannya itu menyimpan banyak foto adik tingkatnya tersebut dan menempelkannya di didinding kamar." Bisik Masaki dengan suara sepelan mungkin, agar tidak ada yang bisa mendengar perkataanya.

Azami yang mendengar perkataan Masaki, meringis ngeri. Dirinya tidak pernah menduga jika ada orang yang memiliki obsesi seperti itu.

"Itu pasti akan langsung menghancurkan karirnya, jika para media mengetahui hal kelam itu."

Masaki menganggukan kepalanya, menyetujui perkataan Azami. "Maka dari itu, Tenma-san bilang agar cerita ini tidak boleh sampai diketahui oleh para media."

Azami menganggukan kepalanya. "Baiklah, aku akan menjaga baik-baik percakapan kita ini."

Masaki mengulurkan ibu jarinya kepada Azami. "Bagus! Kalau begitu aku akan membayar semua camilan ini kekasir. Kau tunggu lah disini."

Azami kembali menganggukan kepalanya dan Masaki pun melangkahkan kakinya menuju kasir untuk membayar semua camilan yang sudah dibelinya.

Sedangkan itu, didalam kamar di sebuah apartemen yang diterangi cahaya temaram lampu, terlihat seorang pria bertubuh tinggi atletis tengah mengulaskan seringai diwajahnya sambil menghadap sebuah foto berukuran cukup besar tertempel pada dinding kamar tersebut.

"Sudah telau lama aku membuat mu menunggu. Mulai saat ini, aku tidak akan melepaskan mu lagi, Furuichi-kun."

下一章