webnovel

The Dangerous Love Zone - 23

"Hei, Azami-kun!"

Azami yang baru saja menginjak anak tangga bagian terakhir, menolehkan kepalanya kearah dimana Toshiro berada yang tengah melambaikan tangan kearahnya.

"Ya, ada apa Shiro-san?" Tanya Azami sambil berjalan menghampiri Toshiro yang sedang terduduk di sofa ruang bersantai bersama dengan anggota gangster yang lain.

"Apa hari ini kau memiliki rencana?" Jawab Toshiro kembali bertanya kepada Azami.

Azami terdiam sesaat, sebelum menggelengkan kepalanya. "Tidak. Goshi-san menyuruhku untuk libur hari ini dan besok."

Daichi yang mendengar jawaban Azami, langsung menjentikan jarinya. "Bagus! Hari ini ikutlah dengan kami. Kami akan pergi kesalon untuk merawat rambut kami."

"Benar itu! Ayo Azami-kun, ikutlah dengan kami. Kau bisa juga mewarnai rambut mu, jika tidak ingin memotongnya." Sahut Bokuto dan disetujui oleh Daichi, Toshiro dan Haruko.

Azami melirikan matanya kearah Bokuto, Daichi, Toshiro dan Haruko bergantian. "Baiklah, aku akan ikut dengan kalian."

Suara seruan senang pun mengudara di ruang bersantai. Terlihat Bokuto dan Haruko sudah melakukan highfive. Tidak terkecuali Daichi dan Toshiro yang mengacungkan ibu jari mereka kepada Azami.

"Hari ini siapa saja yang akan pergi ke salon?" Tanya Azami menatap keempat anggota gangster itu bergantian.

"Tentu saja kami semua yang hari ini sedang libur. Kami sudah menjadwalkan rencana ini sejak minggu lalu." Jawab Bokuto dan disetujui oleh Toshiro, Daichi dan Haruko.

"Nanti setelah kita selesai dari salon, kita bisa langsung menjemput Yu-chan disekolah dan mengajaknya berkeliling bersama." Ujar Daichi memberikan saran dan sangat di setujui oleh Toshiro, Bokuto dan Haruko.

"Itu benar! Yuta-kun dan Juza-kun akan ikut datang menyusul jika urusan mereka sudah selesai." Sambung Toshiro yang direspon seruan heboh oleh Bokuto.

"Wahh! Akan semakin seru rencana kita hari ini!"

"Kau benar Bokuto-kun." Sahut Daichi sambil terkekeh dan mengacak-ngacak puncak kepala Bokuto.

"Shiro-san, kapan kita semua berangkat?" Tanya Azami yang membuat Toshiro menolehkan kepalanya kearah jam dinding.

"Setelah Julian-kun, Tenma-kun, Kuroo-kun dan Reki-kun kembali mengisi bahan bakar mobil. Mungkin sebentar lagi mereka akan datang."

Azami menganggukan kepalanya pelan dan kini tatapan matanya beralih kearah pintu utama saat mendengar suara Tenma yang sedang berbicara. Begitu juga dengan Toshiro, Daichi, Bokuto dan Haruko yang kini sudah beranjak dari tempat mereka.

"Ayo! Kita bisa pergi sekarang." Seru Reki sangat bersemangat.

"Baiklah, baiklah! Hari ini kita akan mengendarai mobil bergantian ya." Ucap Toshiro dan disetujui oleh anggota gangster yang lain.

Kini tatapan Tenma, Julian, Kuroo dan Reki beralih kepada Azami.

"Wah! Azami, kau akan ikut dengan kami pergi bukan?" Tanya Julian yang membuat Daichi mengalungkan sebelah tangan pada lehernya.

"Tentu saja Julian-kun. Kau tidak perlu bertanya lagi." Jawab Daichi yang kini sebelah tangannya yang lain terulur untuk mengacak-ngacak puncak kepala Julian.

"Yosh! Semakin ramai, semakin seru!" Seru Reki dengan cengiran cerah diwajahnya.

Azami menganggukan kepalanya, menyetujui apa yang dikatakan oleh Reki.

Kini mereka semua pun berjalan menuju dua buah mobil yang sudah terparkir di halaman. Toshiro dan Daichi yang belum masuk kedalam mobil pun pergi menghampiri beberapa anggota gangster lain yang sedang berjaga diluar rumah.

Sedangkan itu, Azami memilih untuk memasuki mobil yang berisikan Julian, Kuroo dan Reki. Didalam mobil yang dirinya gunakan, Julian lah yang akan menyetir terlebih dulu.

Setelah memastikan Daichi dan Toshiro masuk kedalam mobil yang lain. Julian langsung memacu mobil yang dikendarainya menyusul mobil yang di kendarai, Daichi, Toshiro, Tenma, Haruko dan Bokuto membelah jalan kota Yokohama.

***

Azami yang baru saja turun dari mobil, menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri. Dirinya merasa tidak asing dengan bangunan-bangunan gedung yang berdiri disekelilingnya saat ini.

Puk.

"Hei, kenapa kau hanya diam saja Azami?" Tanya Julian sambil menepuk sebelah pundak Azami, membuat Azami tersentak kaget.

"Ah, tidak."

Julian mengulaskan senyum diwajahnya. "Kau pasti tidak asing bukan, dengan bangunan-bangunan yang berada disekeliling kita saat ini? Yap, benar! Sekarang ini kita sedang berada di Tokyo. Selamat pulang kerumah Azami!"

Azami yang mendengar seruan Julian, tidak bisa berkata-kata. Dirinya bingung ingin bereaksi seperti apa saat ini. Senang, kesal, atau justru takut. Merasa takut jika dirinya bertemu dengan teman-teman lamanya dan para anggota gangster akan mengetahui jati dirinya yang sebenarnya.

"Aku tahu, kau saat ini sedang merasa terharu bukan? Makanya kau tidak bisa berkata-kata membalas perkataanku!" Ucap Julian dengan penuh percaya diri.

Kuroo dan Reki yang mendengar perkatakaan penuh percaya diri Julian pun terbahak.

Tenma, Daichi, Toshiro, Haruko dan Bokuto yang baru saja keluar dari mobil mengerutkan dahi mereka heran melihat Kuroo dan Reki yang tengah terbahak.

"Hei ada apa? Kenapa kalian berdua terbahak seperti itu?" Tanya Daichi yang membuat Kuroo dan Reki mencoba untuk menghentikan tawa mereka.

"Tidak, kami hanya merasa geli mendengar perkataan Julian-san yang begitu sangat percaya diri sekali." Jawab Reki mencoba menghentikan tawanya.

Tenma menaikan sebelah alisnya menatap Kuroo. "Memang apa yang dikatakan oleh Julian-kun, sampai kalian terbahak begitu puas."

Kuroo dan Reki kini saling melemparkan tatapan pada satu sama lain, sebelum mereka menirukan apa yang dikatakan Julian kepada Azami.

Tenma, Daichi, Toshiro, Haruko dan Bokuto terkekeh melihat bagaimana Kuroo dan Reki yang memperagakan suara serta tingkah laku Julian dan Azami.

Azami dan Julian hanya bisa menggelengkan kepala mereka miris.

"Sudah, sudah. Dari pada kita terus berbicara disini, lebih baik kita langsung pergi menuju salon. Jika semakin siang, pasti akan semakin banyak pelanggan yang datang." Ucap Daichi menyudahi dan disetujui oleh yang lain.

Kini mereka bersembilan pun melangkahkan kaki menuju salon yang akan mereka datangi.

Azami yang merasa kurang yakin salon mana yang akan dikunjungi oleh mereka pun, memilih untuk berjalan dibelakang sambil menghela nafas panjang. Dirinya berharap tidak akan bertemu dengan salah satu teman lamanya sepanjang hari ini.

***

Azami kembali menghela nafas panjang , entah untuk yang keberapa kalinya di hari ini.

Kini Azami tengah terduduk disalah satu kursi yang disediakan didalam salon bersama dengan anggota gangster lain, untuk menunggu Reki yang masih dilayani oleh pegawai salon.

"Ah, Azami-kun. Jika kamu mewarnai rambut mu dengan warna ini, kami jadi percaya jika kamu adalah kakak kandung Yuri-chan." Ujar Daichi yang mengundang gelak tawa dari anggota gangster yang lain.

"Maksudmu, selama ini kalian tidak mempercayai jika aku adalah kakak kandung Yuri?" Tanya Azami sambil memutar kedua bolamatanya.

Daichi yang melihat respon Azami tergelak, lalu sebelah tangannya terulur untuk mengusap-ngusap puncak kepala Azami. Membuat tatanan rambut Azami yang sudah rapih menjadi tidak beraturan.

"Ya bisa dikatakan begitu. Potongan rambut mu saat ini juga terlihat lebih fresh."

Azami menolehkan kepalanya kearah cermin, lalu kembali menoleh kembali kearah Daichi.

"Aku hanya ingin mencoba kembali potongan rambut saat aku masih menjadi seorang mahasiswa."

Tenma yang sedari tadi memperhatikan warna dan potongan rambut Azami yang baru ini, entah kenapa membuat dirinya teringat dengan seseorang. Namun dirinya tidak begitu mengingat jelas siapa orang yang memiliki warna dan potongan rambut telihat sama seperti Azami.

Setelah Reki selesai dengan potongan rambutnya, Azami dan kedelapan anggota gangster pun berjalan keluar dari salon.

"Kita akan kemana setelah ini?" Tanya Bokuto memandang satu persatu anggota gangster dan Azami.

"Yuta-kun bilang, dirinya, Juza-kun dan Yuri-chan sedang dalam perjalan kesini. Mungkin membutuhkan waktu sekitar satu jam." Jawab Toshiro dan direspon beoan oleh rekan-rekannya.

"Ah, bagaimana selama satu jam itu kita pergi berkeliling terlebih dulu. Mungkin ada yang ingin kalian beli, selagi kita berada disini?" Tanya Daichi memberikan saran kepada rekan-rekannya.

"Setuju! Kita pergi berkeliling saja, sampai mereka tiba disni. Bagaimana?" Jawab Tenma dan disetujui oleh yang lainnya.

Daichi pun menganggukan kepala. "Baiklah, kalau begitu kita akan pergi berkeliling sampai mereka tiba disini."

Azami, Daichi dan anggota gangster yang lain pun mulai berjalan meninggalkan bangunan salon untuk berkeliling menghabiskan waktu sampai Juza, Yuta dan Yuri tiba di Tokyo.

Mereka bersembilan pun memasuki beberapa toko untuk melihat-lihat barang yang dijual dan membeli beberapa barang untuk mereka bawa pulang kerumah. Tidak jarang mereka saling bercengkrama dan tertawa karena beberapa hal yang mereka lihat sepanjang perjalanan.

Tidak terasa waktu satu jam pun sudah berakhir dan Toshiro sudah mendapatkan kabar dari Yuta jika dirinya bersama Juza dan Yuri sudah berada didalam salah satu restoran keluarga, dikarenakan Yuri yang sudah merasa lapar sejak dalam perjalanan.

Tanpa menunggu waktu lagi, setelah mendapatkan informasi mengenai restoran tersebut, mereka bersembilan segera melangkahkan kaki menuju restoran tersebut. Karena mereka pun kini juga sudah mulai merasakan lapar setelah berkeliling.

Sesampainya di restoran yang dimaksud oleh Yuta. Reki dan Bokuto yang masuk terlebih dulu kedalam restoran berseru heboh. Membuat beberapa pelanggan yang sedang makan didalam restoran itu menolehkan kepala kearah mereka.

Daichi yang merasa tidak enak dengan para pelanggan restoran tersebut pun membungkukan badan meminta maaf. Sedangkan itu Toshiro dan Tenma sudah mengapit leher Reki dan Bokuto agar kedua pemuda itu tidak berbuat ulah lagi yang akan mempermalukan mereka.Terutama akan sangat mempermalukan Juza yang merupakan bos mereka.

Mereka bersembilan pun berjalan mengikuti salah seorang waiters yang memandu mereka menuju meja yang sudah dipesan oleh Juza.

"Waah, Yu-chan, kau sudah makan terlebih dulu." Seru Reki yang melihat Yuri tengah memakan chicken katsu tepat disebelah Juza.

"Aku sudah sangat lapar paman. Makanya aku memesan makanan terlebih dulu dan memakannya." Balas Yuri setelah dirinya berhasil mencerna makanan didalam mulutnya.

Juza dan Yuta yang memperhatikan satu persatu para anggota gangster duduk di kursi mereka masing-masing, mengerutkan dahi heran saat tidak menemukan sosok Azami ikut duduk bersama mereka.

"Kemana Azami-kun? Bukankah dia tadi ikut bersama kalian?" Tanya Yuta pada kedelapan anggota gangster yang sudah terduduk di hadapannya.

"Ah, dia bilang ingin pergi ke toilet terlebih dulu." Jawab Daichi mewakili rekan-rekannya yang baru menyadari tidak menemukan keberadaan Azami, bersama mereka.

Yuta dan Juza mendengar jawaban Daichi pun menganggukan kepala mereka.

Kini kedelapan anggota gangster, bersama Yuta dan Juza menyebutkan satu persatu menu makanan yang akan mereka pesan kepada seorang waiters.

"Tunggu, untuk Azami-kun, kita pesankan apa?" Tanya Haruko yang membuat rekan-rekannya melemparkan tatapan pada satu sama lain.

"Daichi-san, apa kau yakin Azami-kun sedang pergi ke toilet? Kenapa sampai sekarang belum kembali juga?" Kali ini Bokuto yang bertanya kepada Daichi.

Daichi yang saat ini menjadi pusat perhatian rekan-rekannya pun berdeham sebentar. "Ya, tadi dia bilang seperti itu kepadaku. Tetapi aku tidak melihat secara langsung jika dia memasuki toilet."

"Ah, atau mungkin dia lupa jika kita berada dimeja ini?" Tanya Tenma yang membuat rekan-rekannya terdiam.

"Mungkin kau benar Tenma-kun. Kalau begitu biar aku yang akan menyusulnya." Jawab Toshiro yang sudah bersiap ingin beranjak dari duduknya.

"Tidak perlu Shiro-san."

Toshiro mengurungkan dirinya yang ingin beranjak saat mendengar perkataan Juza.

Kini semua tatapan para anggota gangster mengarah kepada Juza. Tidak terkecuali Yuri yang sedang menyantap menu makanannya.

"Biar aku saja yang menyusul Azami-kun. Kalian tetaplah disini sampai makanan pesanan kalian tiba." Ucap Juza yang memberikan isarat kepada sang waiters untuk langsung membuatkan menu pesanan.

"Ehm, Juza-san. Aku hanya ingat memberi tahu. Jika Azami sudah merubah warna rambutnya jadi seperti Yuri-chan. Takut kamu tidak menemukan Azami karena warna rambutnya berubah." Ujar Julian dan disetujui oleh rekan-rekannya.

"Benar, hari ini Azami-kun baru saja merubah warna rambutnya. Hanya sekedar memberi informasi kepadamu saja Juza-kun."

Juza menganggukan kepalanya mendengar perkataan Toshiro. "Baiklah Shiro-san, Julian-kun. Terimakasih untuk informasinya."

Setelahnya Juza pun berjalan menuju toilet terlebih dulu, siapa tahu Azami memang masih berada di dalam sana.

Sesampainya didalam toilet, Juza mengerutkan dahi heran saat melihat semua bilik di dalam kamar mandi terbuka dan dirinya tidak menemukan seorang pun yang berada didalam kamar mandi selain dirinya.

Degan masih meresa heran, Juza pun berjalan keluar dari kamar mandi dan menolehkan kepalanya untuk menyusuri setiap sudut restoran.

"Azami-kun, apa kau yakin tidak akan menyesal menyerahkan perusahaan kepada paman mu?"

Juza yang baru saja ingin berjalan menuju pintu masuk restoran, langsung menghentikan langkahnya saat mendengar seseorang menyebut nama Azami.

"Aku mencoba untuk mempercayai nya. Ini juga agar mereka tidak mengganggu ku dan Yuri."

"Tapi Azami-kun."

Juza yang mendengar nama Azami disebut lagi pun, melangkahkan kakinya untuk mendekati salah satu pintu pembatas. Dirinya tidak bermaksud untuk mencuri dengar apa yang sedang dibicarakan oleh orang-orang dibalik pintu tersebut. Hanya saja Juza merasa penasaran, apakah nama Azami yang disebut orang tadi adalah Azami yang sedang dirinya cari saat ini atau bukan.

"Kau tidak perlu khawatir Tomoya-san. Aku rasa cukup sampai disini pembicaraan kita. Aku tidak ingin membuat teman-teman ku dan Yuri menunggu lama."

Grek...

Juza yang melihat pintu pembatas didepannya bergeserpun, melangkahkan kakinya untuk mundur. Dirinya begitu terkejut melihat orang yang baru saja akan keluar dari dalam ruangan tersebut. Begitupun orang tersebut yang juga tidak kalah terkejutnya melihat sosok Juza berdiri didepannya.

"J-juza-san."

Juza yang namanya dipanggil oleh orang itu pun berdeham sesaat.

"Ah, Azami-kun. Akhirnya aku menemukanmu. Yang lain sedang menunggu mu untuk makan bersama."

Orang yang berdiri didekat pintu, yang tidak lain adalah Azami, menganggukan kepalanya pelan.

"Azami-kun, ada apa?"

Azami yang namanya kembali dipanggil pun cukup tersentak. Karena yang memanggil namanya adalah orang yang sedari tadi berbicara dengannya diruangan ini.

Juza mengerutkan keningnya saat melihat seorang pria paruh baya dari dalam ruangan itu menghampiri Azami dan kini tatapannya dengan pria paruh baya itu saling bertemu.

"Tidak ada apa-apa. Kalau begitu aku pergi dulu, profesor. Sampai bertemu lain waktu." Ucap Azami sambil membungkukan badan, lalu setelahnya dia mencengkram sebelah pergelangan tangan Juza agar segera menjauh dari ruangan itu.

Juza kembali mengerutkan dahinya heran saat melihat Azami membawanya keluar dari restoran. Bukan keruangan dimana rekan-rekannya yang lain sedang menunggu.

Azami menghentikan langkah kakinya saat dirinya merasa sudah berada ditempat yang cukup jauh dari restoran dan tidak terlalu banyak orang yang berlalu lalang dan kini Azami membalikan tubuhnya dan berhadapan dengan Juza.

"Sudah berapa lama kau berdiri didepan pintu ruangan itu?" Tanya Azami sambil melirikan matanya kearah lain.

Juza yang melihat Azami bertanya, tetapi tidak melihat kearahnya pun, mengulurkan sebelah tangannya untuk mengangkat dagu Azami ,agar pemuda dihadapannya itu terfokus melihat kearahnya.

Azami yang merasakan jari-jemari Juza berada di dagunya pun tersentak kaget. Karena saat ini Juza mengarahkan kepalanya untuk berfokus melihat kearah pria itu.

"Aku menganggap tidak mendengar perkataan apaan pun, selain kau yang mengatakannya langsung."

Kedua bola mata Azami membulat mendengar perkataan Juza. Azami pun kembali melirikan matanya kearah lain.

"Setiap orang memiliki rahasia bukan? Jika aku tidak mendengarnya langsung dari mu, maka aku akan menganggap aku tidak pernah mendengar apapun."

Azami langsung melirikan kembali matanya kearah Juza dan kini kedua bola matanya sukses membulat terkejut saat menyadari jika kini jarak wajahnya dengan wajah Juza begitu dekat.

"Warna dan potongan rambutmu yang baru ini sangat cocok dengan mu." Ucap Juza dengan sebuah senyum terulas diwajahnya.

Azami yang mendengar pujian yang dikatakan oleh Juza entah kenapa membuat wajahnya kini merasa sedikit memanas, belum lagi seulas senyum yang terulas diwajah Juza.

Juza semakin mendekatkan wajahnya dengan wajah Azami. Azami yang menyadari jika Juza semakin mendekatkan wajahnya pun merasakan jika wajahnya kini benar-benar terasa memanas.

"H-hei, Juza-s-

Cup.

Kedua bola mata Azami membulat terkejut saat merasakan benda kenyal menempel pada bibirnya. Belum lagi kini Azami merasakan tengkuk belakangnya semakin terdorong kedepan.

Azami yang merasakan jika Juza perlahan mulai melumat bibirnya pun, mengarahkan kedua tangannya untuk mendorong tubuh Juza agar menjauh darinya.

Lalu Juza yang menyadari jika Azami mencoba mendorong tubuhnya agar menjauh pun, mengulaskan seringai kecil dan menggigit kecil sudut bibir Azami sebelum dirinya menjauhkan badan dari Azami.

Sebelah tangan Azami langsung terulur untuk menutupi bagian bibirnya, sedangkan sebelah tangannya yang lain masih berada didepan dada bidang milik Juza.

Juza yang melihat Azami sedang menutupi bibirnya dengan sebelah tangan dan raut wajah yang sudah bener-benar memerah pun, mengulurkan sebelah tangannya untuk mendarat di puncak kepala Azami dan mengusapnya pelan.

"Aku tidak akan memaksamu untuk mengatakan rahasia yang sedang kau sembunyikan saat ini. Katakanlah pada ku jika kau memang sudah ingin mengatakannya."

Azami melirikan matanya kearah Juza. Saat ini dirinya sedang diselubungi oleh perasaan malu dan juga kesal atas sikap yang Juza tujukan kepadanya saat ini. Dan terlebih, Azami sama sekali tidak menduga jika degup jantungnya saat ini akan berdetak begitu cepat. Karena sejak masih bersekolah, dirinya tidak pernah merasakan degup jantungnya berdetak cepat seperti ini saat teman-teman semasa sekolah dan kuliah sedang menggodanya.

"Ayo kita kembali kerestoran, yang lain sudah menunggu kita sedari tadi." Ucap Juza yang kini sudah mencengkram sebelah tangan Azami untuk mengikutinya berjalan kembali ke restoran.

Sorot mata Azami terfokus pada telapak tangan Juza yang sedang mencengkram sebelah tangannya. Azami dapat merasakan betapa hangatnya telapak tangan Juza yang sedang mencengkram pergelangan tangannya saat ini.

Dump.. Dump.. Dump..

Kedua bola mata Azami membulat terkejut saat lagi-lagi merasakan degup jantungnya kembali berdetak begitu cepat dan juga dirinya dapat merasakan hawa panas kembali menjalar di seluruh wajahnya.

Azami dengan cepat menggelengkan kepalanya dan mengenyahkan segala macam pemikiran aneh yang saat ini memenuhi isi kepalanya.

'Itu tidak mungkin, tidak mungkin terjadi Azami!'

下一章