webnovel

Masa Lalu James

Begitu James meninggalkan mereka berdua, Felicia langsung menajamkan tatapannya pada lelaki yang berdiri di sebelahnya. Ia masih saja penasaran dengan perbincangan singkat antara mereka dan juga James baru saja.

"Apa maksud dari ucapan Pak James, Kak? Kekasih siapa yang sudah Kakak rebut? Mengapa Pak James terlihat sangat membenci Kak Alvaro?" Beberapa pertanyaan sekaligus dilontarkan Felicia pada saudara laki-lakinya itu. Ia sangat penasaran dengan hubungan wali kelasnya dan juga kakak kandungnya.

Felicia menyakinkan jika ada yang tidak beres di antara mereka berdua. Ia merasa harus mengetahui kemelut hubungan dua lelaki yang berada di hatinya itu.

"Kenapa masih diam saja, Kak?" Felicia semakin tidak sabar saat mendapati Alvaro hanya terdiam tanpa mengatakan apapun kepadanya.

Lelaki itu justru tersenyum penuh arti pada adik kesayangannya. Alvaro merasa jika semua kisah cintanya akan lebih baik jika Felicia tak mengetahuinya. Meskipun ia adalah seorang kakak yang baik, lelaki itu tak terlalu baik dengan beberapa wanita yang pernah dekat dengannya.

"Masuklah ke mobil. Kakak akan mengajakmu jalan-jalan keliling kota," bujuk Alvaro pada seorang gadis yang memperlihatkan wajah kesal karena ia tak kunjung memberikan penjelasan apapun padanya.

"Tidak! Jika Kak Varo tak mau menjelaskan semuanya ... lebih baik aku pulang sendiri," ancam Felicia dalam tatapan tajam namun masih saja terlihat sangat cantik bagi kakaknya. Ia pun berjalan cepat menjauhi mobil kakaknya. Gadis itu merasa jika Alvaro sama sekali tak menganggapnya sebagai keluarga.

Melihat Felicia yang berjalan kaki dengan langkah yang cukup cepat, Alvaro pun berlari mengejarnya. Ia tak mungkin membiarkan adik kesayangannya itu sampai jalan kaki untuk pulang ke rumahnya. Meskipun tak terlalu jauh, teriknya matahari seolah mampu membakar kepala. Lelaki itu jelas tak tega melihat Felicia kepanasan.

Begitu sudah dekat dengan adiknya, Alvaro langsung menarik Felicia dan mengajaknya duduk di bawah pohon yang cukup rindang. Ia melihat kekesalan yang bercampur kekecewaan dalam setiap sorot mata gadis itu. Rasanya tak rela jika adik kesayangannya itu harus bersedih untuk sesuatu yang tidak penting.

"Apa yang ingin kamu dengar dari Kakak?" tanya Alvaro pada adik kesayangannya. Lelaki itu memilih untuk pasrah, daripada didiamkan oleh Felicia.

Masih dalam wajah cemberut, Felicia memandang lelaki yang duduk di sebelahnya. Ada banyak hal yang ingin ditanyakan pada kakak laki-lakinya itu. Sudah bertahun-tahun gadis itu harus menahan diri untuk berjumpa dengan Alvaro. Kerasnya hati Felix Angelo telah membuat pasangan adik dan kakak itu harus terpisah cukup lama. Namun Felicia tak pernah berani melawan keputusan ayahnya itu.

"Apa yang membuat Pak James sangat tidak menyukai Kakak? Kesalahan apa yang sudah Kak Varo lakukan padanya?" Felicia melemparkan dua pertanyaan sekaligus. Ia harus mengetahui rumitnya hubungan sang wali kelas dan juga kakaknya itu.

"Kuharap kamu tidak membenci Kakak karena jawaban ini. Dalam bayanganmu, mungkin aku adalah seorang lelaki yang baik dan penuh kasih sayang." Alvaro sengaja memberikan jeda dalam ucapannya. Ia ingin melihat apakah Felicia mau menerima segalanya.

Gadis itu masih mencoba untuk menelaah perkataan dari Alvaro. Rasanya perkataan lelaki itu seperti sebuah teka-teki yang membutuhkan beberapa jawaban. Felicia mencoba untuk memahami apapun yang akan dikatakan oleh saudara laki-lakinya itu.

"Katakan saja, Kak. Apapun itu, aku akan tetap menyayangi Kak Varo," pungkas Felicia pada kakaknya. Seburuk apapun saudara laki-lakinya itu, ia kan tetap sayang dan juga menghargai semua keputusan yang telah dipilihnya.

"Pertunangan James hancur gara-gara hubunganku dan juga tunangannya. Gurumu itu pernah mendatangi apartemen tunangannya di saat aku bermalam di sana," ungkap Alvaro dalam sebuah perasaan ragu dan juga sangat malu mengatakan hal itu pada adiknya.

Seketika itu juga, Felicia seolah telah kehilangan kata-katanya. Ia membungkam mulutnya dengan kedua jemari. Gadis itu tak pernah membayangkan jika kakaknya bisa melakukan hal sekeji itu. Terlebih ... ia tak bisa membayangkan bagaimana perasaan James saat itu. Hatinya pasti hancur melihat tunangannya menghabiskan malam dengan lelaki lain.

"Lalu ... bagaimana tunangan Pak James?" tanya Felicia dengan hati yang seolah ikut hancur mendengar pengkhianatan yang dilakukan oleh perempuan yang telah bertunangan dengan James.

"Helen bukan seorang perempuan yang baik. Bahkan saat kami menghabiskan malam bersama, aku bukan lelaki pertamanya .... " Alvaro tersenyum kecut membayangkan bagaimana Helen menggodanya mati-matian. Ia mengingat sangat jelas, bagaimana perempuan itu memaki James yang terlalu naif tak mau menyentuhnya sebelum mereka resmi menikah.

Wajah terkejut kembali diperlihatkan Felicia atas ucapan Kakaknya. Ia tak menyangka jika tunangan wali kelasnya bukan seorang perempuan yang menjaga harga dirinya sebelum mereka menikah.

"Jadi ... Pak James adalah lelaki pertama untuk yang merenggut kesucian tunangannya?" Gadis itu menjadi sangat penasaran dengan jawaban dari Alvaro.

Alvaro merasa geli melihat adiknya begitu penasaran pada seseorang. Ia pun sengaja menyentil kening Felicia lalu membelai lembut kepalanya.

"Untuk apa kamu ingin mengetahui masa lalu gurumu sendiri? Sepertinya aku tak pantas mengatakan hal itu pada murid James Sebastian. Kamu juga harus bisa menjaga aib dari gurumu!" Alvaro tak ingin mengatakan hal buruk tentang wali kelas Felicia itu. Ia tak mau jika mantan tunangan dari perempuan yang selalu mengejarnya itu memiliki citra yang buruk. Toh selama ini, James hanyalah seorang korban dari seorang wanita murahan seperti Helen Wiguna.

"Aku hanya ingin tahu saja, Kak," sahut Felicia tanpa mampu menatap kakaknya. Ia merasa sangat malu jika Alvaro sampai mengetahui jika dirinya telah jatuh hati pada adiknya sendiri.

Tanpa Felicia mengatakan apapun, Alvaro bisa melihat jika ada benih cinta yang mulai bersemi di mata adiknya. Ia bisa merasakan kegelisahan gadis itu saat dirinya menceritakan tentang masa lalu James.

"Adakah sesuatu yang ingin kamu katakan pada kakakmu ini?" Alvaro sengaja memancing adiknya agar mengatakan tentang perasaannya terhadap sang wali kelas.

"Apa maksud Kak Varo?" Entah Felicia berpura-pura bodoh atau gimana, ia sama sekali tak ingin mengatakan apapun pada kakaknya.

Tak mendapatkan jawaban apapun dari adiknya, Alvaro bangkit dari bangku itu dan berjalan ke arah mobilnya. Bukan karena marah, ia tak ingin memaksa Felicia untuk mengatakan perasaannya itu.

"Apa Kak Varo marah?" Felicia berteriak sembari berlari kecil mengejar kakaknya.

"Kenapa aku harus marah padamu? Aku ingin segera meninggalkan sekolah sebelum Papa melihatku." Baru selesai mengatakan hal itu, sebuah mobil warna hitam yang terlihat cukup mahal berhenti di depan mobil Alvaro.

Begitu pintu terbuka, seorang pria tampan tinggi berkulit putih keluar dari mobil itu. Ia langsung berjalan ke arah pasangan adik dan kakak itu.

Happy Reading

下一章