Felix Angelo baru saja menyelesaikan tugasnya untuk membawakan sebuah seminar di mana anak perempuannya bersekolah. Hal itu adalah sebuah tugas diberikan oleh pihak rumah sakit. Mengingat rumah sakit tempatnya bekerja menjadi donatur tetap di Sekolah Menengah Atas itu.
Dokter tampan itu langsung pergi dari tempat seminar begitu acara ditutup. Ia pun masuk ke dalam mobil yang tadi dibawanya lalu melaju ke arah pintu keluar sekolahan itu.
Belum juga melewati gerbang sekolah, Felix Angelo melihat dua orang yang sangat dikenalnya. Ia pun memperlambat laju mobilnya lalu menghentikannya tak jauh dari mereka.
"Apa yang kalian lakukan berdua di sini?" Suara dingin seorang Felix Angelo berhasil membuat pasangan adik kakak itu menjadi sangat terkejut.
"Papa!" sahut Felicia dan Alvaro dalam waktu yang hampir bersamaan. Sontak saja mereka berdua langsung berdiri dalam wajah yang sangat terkejut. Tak pernah diduga jika acara seminar itu sudah selesai.
Pria tinggi dan tampan itu memandang kedua anaknya cukup tajam. Membuat pasangan adik kakak itu sampai kehilangan kata-katanya. Felix Angelo sangat yakin jika anak gadisnya itu baru saja kabur dari seminar yang baru saja selesai dibawakan.
"Cepatlah pulang! Papa menunggu kalian berdua untuk makan siang bersama," ucap Felix Angelo dalam tatapan dingin tanpa senyuman sedikit pun. Pria itu benar-benar sangat tegas dalam bersikap kepada anak-anaknya.
Dalam hitungan detik, mobil mewah warna hitam itu sudah membawa Felix Angelo meninggalkan mereka berdua. Pasangan adik kakak itu saling melempar pandangan melihat kepergian ayahnya.
Felicia langsung terkekeh melihat wajah terkejut yang ditunjukkan oleh kakaknya. Lelaki itu terlihat sangat menggemaskan berada dalam situasi terkejut bercampur dengan rasa takut.
"Lihatlah wajah Kak Varo di kaca!" oceh Felicia sembari menarik lelaki yang berdiri di dekatnya itu ke arah kaca mobilnya.
"Ada apa dengan wajahku? Bukankah cukup tampan?" sahut Alvaro dengan kepercayaan dirinya yang sedikit berlebihan.
"Cihhh ... dasar!" gerutu Felicia sebelum masuk lalu duduk di dalam mobil.
Menyadari kekesalan adiknya, Alvaro bergegas menyusul Felicia yang sudah berada di dalam mobil. Ia pun menyalakan mesin mobil lalu melaju kencang menuju ke alamat rumahnya.
"Tidak biasanya Papa makan siang di rumah. Mungkin karena ada anak laki-laki kesayangannya, Papa tentunya masih sangat merindukan Kak Varo," ucap Felicia sembari melirik seseorang yang duduk di kursi kemudi.
"Ini hanya kebetulan saja karena Papa baru selesai seminar di sekolahmu." Alvaro tak yakin jika Felix Angelo ingin makan siang di rumah gara-gara dirinya. Jelas-jelas pria tua itu tak pernah peduli dengannya. Bahkan Alvaro pernah merasa terbuang saat dirinya dikirim ke Singapura untuk melanjutkan kuliahnya.
Dengan sengaja, Felicia tak menanggapi ucapan kakaknya. Ia tak ingin membuka kenangan buruk antara kakak kesayangannya dengan ayahnya sendiri. Gadis itu sangat tahu jika hubungan yang terjalin di antara mereka tidak begitu baik.
Tanpa melanjutkan pembicaraan mereka berdua, akhirnya sampai juga di halaman depan rumah keluarga Angelo. Felicia berdiri di teras depan untuk menunggu Alvaro yang masih memasukkan mobilnya ke dalam garasi.
"Buruan, Kak!" teriak Felicia dalam senyuman cerah yang menghiasi wajahnya. Perempuan itu begitu senang akan kehadiran Alvaro yang sudah cukup lama dinantikannya.
Alvaro hanya mengulum senyuman tipis di sudut bibirnya. Ia merasa tak nyaman saat harus bertatap muka dengan ayahnya secara langsung. Ada sebuah perasaan yang membuat jarak antara dirinya dan juga Felix Angelo. Entah itu kekecewaan, sakit hati atau rasa bersalah ... Alvaro masih tak yakin dengan perasaannya itu.
Begitu sampai di teras, Alvaro langsung menyambar tangan adiknya lalu menggandengnya masuk ke dalam rumah besar dengan gaya Eropa. Mereka berdua menuju ke ruang makan di mana Amelia dan juga Felix Angelo sudah menunggu.
"Cuci tangan kalian dan segera duduk bersama kami," ujar Amelia pada dua orang anak kesayangannya. Ia merasa kebahagiaan telah lengkap sudah. Setelah sekian lama menunggu kedatangan Alvaro, akhirnya suaminya itu benar-benar membawa anak laki-lakinya kembali.
Alvaro dan Felicia langsung pergi untuk mencuci tangannya. Mereka sengaja melakukannya dengan cepat, takut ayahnya menjadi marah karena harus menunggu terlalu lama. Begitu selesai, pasangan adik kakak itu lalu duduk di kursi masing-masing. Menikmati suasana hening dalam siang yang cukup menggerahkan hati.
"Makanlah dulu! Selesai makan siang, Papa ingin berbicara dengan kalian berdua." Tanpa ekspresi apapun, Felix Angelo mengatakan hal itu dengan santai dan tanpa beban apapun.
"Apa yang ingin Papa bicarakan dengan kami?" Felicia menjadi sangat penasaran pada sesuatu yang ingin dibicarakan oleh ayahnya. Rasanya terlalu lama jika harus menunggu lagi.
"Nanti kamu juga akan tahu." Pria tua yang masih sangat tampan itu kembali melanjutkan makan siangnya.
Suasana kembali hening untuk beberapa saat. Hanya suara benturan pelan dari alat makan mereka saja yang terdengar memenuhi ruangan itu. Hingga akhirnya, mereka semua telah menyelesaikan makan siangnya.
Felix Angelo terlihat meneguk air putih yang sudah tersaji di dalam gelas, sebelum ia mengatakan sesuatu yang sejak tadi sudah sangat ditunggu oleh kedua anaknya.
"Nanti malam, Papa akan mengajak kalian berdua untuk makan malam dengan sahabat Papa dan keluarganya. Semoga kalian tak keberatan untuk datang bersama kami," ajak Felix Angelo pada dua anaknya yang langsung menatapnya saat mendengar hal itu.
"Bisakah aku di rumah saja?" sahut Alvaro tanpa berpikir panjang. Ia paling tidak suka jika harus berbasa-basi pada orang lain. Lelaki itu sama sekali tak bisa berakting ataupun berpura-pura senang terhadap orang lain.
Felix Angelo sudah menduga jika Alvaro akan menolak. Sayangnya, ia tak akan membiarkan anak laki-lakinya itu menjadi tidak patuh terhadap dirinya.
"Sayangnya, kamu tidak bisa menolak ajakan Papa kali ini. Kalian berdua harus ikut bersama kami." Pria itu lalu bangkit dari kursinya lalu beranjak masuk ke dalam kamar. Tak butuh waktu lama, Amelia langsung menyusul suaminya yang tampak kesal atas penolakan anak laki-lakinya.
Amelia ikut masuk ke dalam kamar dan terlihat suaminya sedang berdiri di dekat jendela kaca di samping kamar tidur mereka.
"Jangan terlalu keras berbicara dengan mereka, Mas." Sebuah ucapan yang cukup lembut dan juga menenangkan hati terdengar begitu jelas di telinga Felix Angelo. Ia sangat tahu jika Amelia baru saja menyusulnya ke kamar.
"Kamu tau sendiri, Ma. Aku selalu berusaha untuk bersikap sebaik mungkin pada anak-anak kita. Lagi-lagi sikap kerasku ini selalu saja membuat mereka tak nyaman. Padahal aku sudah mencoba untuk bersikap selembut mungkin." Felix Angelo terlihat sangat menyesal telah membangun jarak di antara dirinya dan juga anak-anaknya. Sejujurnya, ia juga tak suka jika Alvaro atau Felicia sampai membencinya.
Happy Reading