webnovel

13. Kamu Yang Berharga

Delice membuang pakaian yang di pakainya saat menghajar Maria di hadapan semua pekerja di mansion miliknya. Delice murka, tapi Delice tidak membunuh atau memecat Maria begitu saja.

Tidak ada yang berani memungut tubuh Maria yang sudah tergeletak di atas lantai dengan bersimbah darah sebelum ada perintah dari Delice.

"Kau harus merasakan akibat dari mengkhianatiku!" ucap Delice sembari menendang kepala Maria.

"Olin, mana bubur dan obat Nyonya?" tanya Delice.

Sebelum menghajar Maria hingga tubuhnya remuk, Delice sudah meminta Olin untuk membuatkan bubur.

"Ini, Tuan!"

"Kalian semua, awasi wanita sialan ini. Tanpa ijinku, dia tidak boleh meninggalkan mansion ini!" teriak Delice, sembari menerima nampan yang berisi makanan dari Olin.

Delice menghisap obat penenangnya yang di buat menyerupai rokok. Emosi yang belum terlampiaskan sepenuhnya, membuat Delice khawatir kalau-kalau, kegilaannya akan kambuh saat dirinya bersamanya dengan Naura.

"Naura, apa aku membuatmu menunggu terlalu lama?" tanya Delice setelah masuk ke dalam kamar, di mana Naura sudah menunggunya.

"Apa yang di lakukannya? Kenapa dia tidak menjawabku?" batin Delice.

Hati Delice terenyuh, melihat Naura yang tersenyum dengan menatap bunga-bunga di taman dengan berbagai jenis dan warna tengah bermekaran di musim semi.

"Apa kau menyukainya? Bunga mana yang paling kau sukai?" tanya Delice setelah meletakkan makanan dan juga obat di atas meja.

Naura tidak bisa menggerakkan kakinya, sehingga hanya bisa berbaring ataupun duduk di tempat Delice menidurkannya.

"Aku menyukai semuanya! Tapi, aku sangat menyukai mawar merah yang ada di ujung sana!" Naura menunjuk ke arah taman yang berada di ujung jalan.

Tanpa berfikir panjang, Delice lompat ke bawah. Posisi kamar, berada di lantai tiga dan Naura hanya asal menjawab soal bunga yang di bicarakannya. Bagi Naura, semua bunga sama saja indahnya.

"Delice, jangan konyol!" teriak Naura.

Bagi Naura, lantai setinggi ini bisa membahayakan Delice, tapi bagi Delice, lantai tiga bukan apa-apa baginya. Hidup yang di lalui Delice, sudah terbiasa dengan hal-hal yang membahayakan sehingga ketinggian hambatan.

Naura menunggu dan menatap bunga yang di tunjuknya, tapi Delice tidak juga terlihat oleh mata. Naura berusaha untuk turun dari pear rotan dengan cara merangkak.

"Delice, kamu harus baik-baik saja. Jangan membuatku merasa bersalah,," gumam Naura.

Naura merayap di atas lantai, setelah sengaja menjatuhkan diri ke lantai supaya bisa lebih dekat ke pinggir balkon dan melihat Delice kembali untuknya.

DUKKKKKK...

Delice sudah kembali ke lantai atas dengan melompat dengan melompat sehingga menimbulkan suara yang mengagetkan Naura.

"Delice, apa yang kau lakukan?" tanya Naura setelah melihat lantai terkena darah.

"Aku yang seharusnya bertanya padamu!" Delice membiarkan bunga mawar yang ada di tangannya tergeletak di atas lantai, dan memilih untuk menggendong Naura dan membaringkannya di atas ranjang.

"Kau terluka?" tanya Naura setelah merasakan bajunya basah setelah di sentuh Delice.

"Hanya luka sedikit!" jawab Delice. "Aku tidak akan mati dengan luka seperti ini," Delice menunjukkan telapak tangannya yang penuh dengan tusukan kecil.

"Dasar bodoh! Apa yang kau lakukan dengan tanganmu? Cepat ambil kotak obat, basuh tanganmu dengan air hangat. Aku akan membantu untuk mengobatimu," ucap Naura dengan gugup setelah melihat luka di telapak tangan Delice.

"Aku hanya mengambil bunga yang kau sukai, beserta pohonnya. Aku hanya menggenggam pohon mawar itu lalu mencabutnya dan membawanya padamu."

"Delice, apa kau tidak tahu kalau pohon mawar itu berduri?" ucap Naura dengan kesal.

"Apa kau sedang mengkhawatirkan aku sekarang?" goda Delice.

"Cepat bersihkan lukanya sebelum infeksi," pinta Naura untuk mengalihkan perhatian Delice.

Delice menyentuh pipi Naura dengan satu tangannya yang tidak terluka. Delice juga memberikan senyum terindah dari bibirnya sebelum akhirnya pergi sesuai perintah Naura.

"Jika kau menurut seperti ini, aku semakin takut," batin Naura.

"Aku berusaha untuk menjadi pria yang bisa kamu andalkan," batin Delice.

Setelah membasuh lukanya dengan air hangat, Delice kembali mendatangi Naura dengan kotak obat yang di tentengnya.

"Apa kau akan mengobatiku?" tanya Delice.

"Duduklah dengan patuh!"

Delice seperti seekor kucing yang terlatih, sehingga bisa menurut oleh Tuannya. Airmata Naura menetes begitu saja, melihat Delice yang terluka demi mengambilkan bunga untuknya.

Olin masuk bersamaan dengan Delice datang. Olin mengisi vas bunga dengan air, lalu memotong bunga mawar yang di petik Delice dan menghiasnya sangat cantik. Olin juga membersihkan lantai ayng sudah kotor.

"Jangan menangis!" pinta Delice.

Naura mengoleskan obat, lalu memperban tangan Delice dengan rapi. Delice memegang tangan Naura yang sedikit bengkak karena jarum infus tercabut dengan paksa saat Naura menjatuhkan diri ke atas lantai.

"Kau mengkhawatirkanku, tapi kau sendiri tidak memikirkan dirimu?" tanya Delice.

"Bukan begitu..."

"Bawa ini kemanapun aku bersamamu atau di manapun kamu sedang seorang diri," tangan Naura gemetaran saat melihat Delice memberikan sebuah pistol padanya.

"Untuk apa?" tanya Naura.

"Kau bisa menembakku sampai mati kalau aku menyiksamu lagi," jawab Delice.

Naura mencium bibir Delice dengan lembut. Delice juga membalasnya dengan lembut. Ciuman yang terasa berbeda, tanpa sebuah amarah ataupun kekesalan. Ciuman yang bisa di nikmati dengan tenang karena mengandung cinta di dalamnya.

"Jangan di lanjutkan. Aku tidak akan bisa menahan diriku kalau di lakukan lebih lama," ujar Delice setelah melepaskan pagutan bibirnya. "Kau harus makan!" Delice mengambil bubur yang sudah hampir dingin.

"Iya!" jawab Naura dengan wajah memerah seperti sebuah tomat.

Suapan demi suapan, Delice lakukan dengan sabar. Dengan cara merawat Naura dengan baik, Delice melatih diri untuk bisa menekan emosinya yang berlebihan.

"Ciuman tadi, belum pernah aku rasakan sebelumnya. Karena aku hanya berciuman dengan Naura. Apa bibirnya memang semanis ini?" batin Delice sembari menyuapi Naura.

***

Tengah malam, Delice keluar mansion bersama Loid dan Ken karena Delice akan melakukan transaksi ilegal. Transaksi yang akan di lakukan di pinggiran kota. Loid sudah mengatur jalan transaksi supaya tidak ada yang curiga saat barang di tukarkan dengan uang.

"Kita bertemu kembali, Tuan Kaleid!" ucap Tuan Harco.

"Senang bekerjasama dengan Anda!" jawab Delice.

Delice melemparkan barang pada Tuan Harco dan Ken menerima sejumlah uang dengan jumlah yang besar dari Tuan Harco.

"Kerjasama kita sudah selesai. Transaksi sudah selesai!" seru Loid.

Suara peluit terdengar, segerombolan orang tiba-tiba datang dan mengepung Delice dan orang-orangnya.

"Apa ini cara Anda dalam menyambut rekan bisnis?" tanya Delice.

Tuan Harco menodongkan pistol ke arah Delice, seperti ada sebuah amarah yang menggebu-gebu pada tatapan matanya.

"Aku tidak akan membuatmu kembali hidup-hidup kali ini!"

"Oh ya?" respon Delice begitu santai dalam menyikapi musuh.

BOOOOOMMMMMMMMM...

下一章