Tuan Harco belum mengenal Delice sepenuhnya, sehingga gegabah hanya dengan membawa orang sekitar 120, sudah berani menyerang Delice.
BOOOOMMMM... BOOOOMMMM... BOOOOMMMM...
Suara ledakan terdengar bertubi-tubi dari luar. Tuan Harco terlihat sedikit panik saat atap dan juga tanah yang di pijaknya menjadi bergetar. Asap mulai masuk dan memenuhi ruangan yang di pakai Delice untuk bertransaksi.
Saat kabut itu hilang, pistol yang ada di tangan Delice sudah berada di kepala Tuan Harco. Pisau yang di pegang oleh Ken, sudah menggores kulit lehernya.
"Apa kau berfikir, hanya dengan membawa beberapa ratus orang, kau bisa membunuhku? Kau terlalu meninggikan nyalimu!" ucap Delice dengan penuh penekanan.
"Aku sudah siap untuk mati sebelum melakukan hal gila ini!" jawab Tuan Harco.
Tuan Harco merasakan darahnya berdesir ngilu karena hanya dengan kehadiran tiga orang, bisa megalahkan dan membuat ratusan orang di bawanya menjadi tunduk.
"Kau mau tahu siapa aku yang sebenarnya sebelum mati?" tanya Delice.
"Aku tidak perduli siapa dirimu!"
"Apa kau tidak penasaran, ledakan yang bisa membuat mereka tunduk datang dari mana?" bisik Deice.
"Ledakan? Tunduk? Bukankah itu adalah ciri khas Sindikat Naga hitam?" batin Tuan Harco.
Delice tersenyum dengan sinis saat melihat wajah terkejut Tuan Harco.
HAHAHAHA....
HAHAHAHA...
HAHAHAHA...
Gelak tawa Delice menggelegar memenuhi ruangan. Delice membuka kemeja yang di pakainya, lalu terlihatlah tanda lahir besar di punggung Delice berbentuk naga. Tanda lahir itu turun temurun dan hanya keturunan dari Delice yang akan memilikinya.
Tuan Harco menelan ludahnya. Karena menurut apa yang di ketahuinya, Naga Hitam tidak bisa di lawan dan tidak memiliki tandingan. Selama ini, Naga Hitam hanya bermain di balik layar karena memiliki tangan kanan yang hebat di sampingnya.
"Apa kau sudah ingat siapa aku?" tanya Delice dengan tangan yang sudah mencekik leher Tuan Harco.
"Uhuk... Uhuk... Uhuk... Jadi, kau adalah Naga Hitam yang selama ini di segani dan hanya bermain di balik layar?" tanya Tuan Harco dengan berterus terang meskipun tubuhnya sudah tergeletak di atas lantai.
AAAAARRRRRRHHHHHHHHH
AAAAARRRRRHHHHHHH
AAAAAARRRRRRHHHHHHH
Loid menginjak kepala Tuan Harco, sedangkan Ken menjadikan telapak Tuan Harco sebagai asbak untuk mematikan rokoknya yang menyala.
"Jangan terlalu kejam, kawan! Bukankah Tuan Harco adalah tamu terhormat kita?" seru Delice dengan 1001 rencana yang tersirat dalam senyumnya.
"Baiklah!" Ken dan Loid melepaskan Tuan Harco dan mengikat tangannya.
"Apa yang akan kau lakukan? Bukankah Tuan Delice sudah mengatakan aku adalah tamu terhormat?" teriak Tuan Harco sembari meronta-ronta.
Di mana orang-orang Tuan Harco? Mereka sudah tunduk dan berlutut di bawah pengaruh obat yang Delice ledakkan di luar ruangan. Delice bukanlah pria bodoh yang melakukan semuanya tanpa semua persiapan yang matang.
Sebagai ketua Mafia yang menguasai kota New York, sudah pasti Delice tidak akan melakukan transaksi yang akan merugikan dirinya sendiri. Berulang kali, nyawanya hampir saja melayang oleh serangan musuh yang mendadak menyerangnya dari belakang, tapi Delice bisa melewati semua itu karena kepandaian otaknya.
"Inilah cara Tuanku dalam menyambut tamu terhormat, Tuan Harco!" jawab Loid.
"Apa kalian sudah menangkap Istri dan juga Putrinya yang cantik jelita?" tanya Delice.
"Apa? Mereka tidak ada hubungannya dengan ini semua!" teriak Tuan Harco.
BUKKKKK...
Kaki Delice sudah melayang di kepala Tuan Harco. Tuan Harco yang sudah terikat, tidak bisa melawan lagi. Tuan Harco hanya bersujud di bawah kaki Delice.
"Aku mohon padamu, jangan libatkan Istri dan Anakku. Anakku masih 16 tahun. Istriku juga sedang mengandung. Mereka harus memiliki masa depan!" ucap Tuan Harco dengan permohonan yang menohok.
"16 tahun? Bukankah sudah bisa ku pakai? Wajahnya itu, bisa membangkitkan gairah dalam diriku! Atau, aku bisa juga bermain dengan Istri dan juga Putrimu!" bisik Delice.
"Apa? Kau bajingan! Bagimana bisa kau berbicara pada Ayah yang membesarkan putrinya?" teriak Tuan Harco.
"Tutup mulutnya! Aku sangat tidak menyukai baunya!" seru Delice dengan meludahi wajah Tuan Harco. "Bawa dia ke mansion, bersama dengan Istri dan Putrinya!" imbuhnya.
Orang-orang Tuan Harco, di biarkan begitu saja hingga pasukan yang Delice perintahkan datang untuk membereskan semua kekacauan. Loid dan Ken mengurus Tuan Harco dan keluarganya sesuai perintah dari Delice.
Delice sudah tidak sabar untuk kembali ke mansion dan menemui Naura. Saat pagi hari, semuanya sudah beres. Delice sudah berada di mansion sebelum Naura bangun.
Naura menunggu Delice kembali hingga subuh datang. Sehingga saat Delice kembali, Naura tengah tertidur pulas.
"Cantik! Kau sangat cantik kalau sedang seperti ini," gumam Delice dengan lirih.
Delice menyentuh pipi Naura dan mencium keningnya. Tiba-tiba saja, emosi yang sudah di tekannya, menyerang tiba-tiba. Delice berlari menjauhi Naura seperti orang gila.
"Dia kenapa?" batin Naura yang terbangun karena suara kaki Delice yang berlari dengan cepat dan suara pintu yang tertutup dengan kasar.
Naura berusaha meraih kursi roda yang ada di sebelah ranjang yang di tidurinya. Setelah berhasil duduk, meskipun kakinya terasa begitu ngilu, Naura lalu masuk ke dalam kamar mandi dan membasuh wajahnya.
AAAAAAAAAAARRRRRRRRRRRHHHHHHHHHHH
Naura terkejut mendengar suara teriakan yang begitu keras di lantai bawah. Naura diam-diam keluar dari kamar dan melihat apa yang terjadi. Delice hanya duduk sembari merokok obat penenang yang di konsumsinya.
Dua orang wanita, seperti Ibu dan Anak, sedang menangis dan memohon pada Delice. Meskipun suaranya tidak terdengar, tapi Naura bisa membaca dari mimik wajahnya.
Naura masuk kembali ke dalam kamar dan memandangi pemandangan pagi melalui balkon.
"Di bawah bukan urusanku! Delice pasti memiliki alasan tersendiri. Aku sama sekali tidak boleh ikut campur," batin Naura.
"Apa tidak dingin?" tanya Delice yang sudah berada di belakang Naura.
"Sedikit!" jawab Naura.
"Kau sudah melihatnya, bukan?"
"Apa? Aku tidak melihat appaun!" jawab Naura.
"Kalau ada yang ingin kau tanyakan, katakan saja!"
"Kenapa tadi kau berlari? Apa untuk menemui dua wanita yang ada di bawah?" tanya Naura.
"Tidak! Karena aku lupa dengan obat penenangku!" jawab Delice.
Delice merangkul Naura dari belakang. Tangannya menggenggam erat tangan Naura yang dingin untuk memberikan sedikit kehangat untuk Naura.
"Ada apa?" tanya Naura.
"Aku mau mengajakmu untuk membeli gaun. Nanti malam, ikutlah aku ke acara dansa."
"Aku tidak bisa berdansa."
"Kita hanya cukup hadir. Aku hanya ingin datang bersamamu!"
"Kenapa harus denganku?"
"Karena aku hanya ingin kau yang menjadi wanitaku!"
"Aku?" tanya Naura dengan terkejut.
"Iya! Aku bantu kau untuk bersiap!" ucap Delice sembari mendorong kursi roda yang di pakai Naura masuk ke dalam kamar.
"Aku akan bersiap sendiri!" ucap Naura dengan gugup.
"Naura, siapa wanita yang ingin menikah denganku? Kalau kau saja menolakku?"
***
Hai... Jangan Lupa Follow Sabrina_Angelitta
Jangan Lupa Untuk Mampir Ke "JANDA MUDA" written by MAITRA_TARA
Happy Reading...