webnovel

Jejak Pemberontak

Tao melirik sekitarnya sebelum bicara lebih lanjut.

"Menurut Yang Mulia, apa, kemungkinan ada mata-mata di FaHua?" bisik Tao.

KaiLe naik ke atas kudanya, ia menganggukkan kepalanya.

"Yah itu bisa jadi Tao, di divisi kita, dan mungkin juga, di sekitar kak Yang, tapi denga kepintaran kak Yang sepertinya siapapun mata-mata itu pasti akan sudah diketahui olehnya sejak awal, tidak akan mudah menjadi orang yang berada di sekeliling kak Yang karena beliau begitu waspada"

KaiLe menghentak kekang kudanya.

"Ayo kita kembali ke istana Tao, kita pikirkan apa yang akan kita lakukan besok saat menemui pemberontak itu"

Tao mengangguk, keduanya hendak menghentak kekang kuda ke arah gerbang pavilion saat melihat beberapa orang yang berjalan dalam remang cahaya di jalan setapak pinggir kolam di depan pavilion.

"Hati hati dik, kau masih tidak sehat harusnya tidak banyak bergerak dulu"

Mata KaiLe membelalak lebar, wajah itu dalam remang, dan terlebih suara tawanya, ia tidak akan pernah melupakannya walau dalam tidur sekalipun.

"Eh Adik, Hong?" kuda KaiLe berhenti tak jauh di depan Fei yang menggandeng tangan Hong yang berjalan di sampingnya, ia benar adik Hong, pikir KaiLe yang tanpa pikir Panjang segera meluncur turun dari kudanya, ia tersenyum lebar melihat Hong di samping FeiEr.

"Adik Hong! Kau di sini?" tangan KaiLe terulur hendak menyentuh HongEr tapi Hong dengan reflex langsung berdiri di belakang FeiEr, menatap KaiLe bingung.

KaiLe gagap, tatapan Hong padanya, adik Hong yang sangat dirindukannya, kenapa, tatapan itu begitu asing? Ia melihatnya seolah ia adalah orang asing, bahkan bersembunyi di balik tubuh FeiEr.

"Tuan muda Jie, anda, juga di sini?"

FeiEr melihat KaiLe yang tidak bisa berhenti tersenyum, walau perlahan senyum itu mendatar melihat situasi di depannya.

"Yang Mulia Pangeran Kai, senang berjumpa dengan anda di sini" sapa FeiEr memberi hormat pada KaiLe, KaiLe menunjuk pada Hong yang berdiri di belakang Fei.

"Ah adik Hong, kenapa juga bisa berada di sini? Eh, adik Hong, kenapa bersembunyi di sana? Apa tidak merindukan kakak Kai lagi? He, ini sangat mengejutkan, kalian, kenapa bisa berada di sini?"

FeiEr menarik napasnya, tangannya berada di belakang pinggangnya di mana Hong mencengkram lengannya kuat dan menyembunyikan kepalanya di lengan FeiEr.

"Eh ini, ceritanya, agak rumit"

......................

Klek.

Suara pintu dibuka dan ditutup.

YangLe masih duduk menikmati tehnya walau langit di luar sudah terlihat mulai kehilanga cahaya alaminya, beberapa pelayah rumah sudah menyalakan lentera untuk menerangi sekitar pavilion.

BuAn mendekat dan menurunkan tubuhnya di depan YangLe.

"Yang Mulia"

YangLe duduk dengan tenang, tapi matanya awas bagai elang yang siap mencari mangsanya.

"Kau sudah dengar khan Bu, divisi Lotus Merah sudah menemukan pemberontak, kau pikir pemberontak mana yang berhasil mereka tangkap? Bukankah semua pemberontak yang masih hidup sudah berpindah ke negeri lain? Apa kau bisa mencari informasinya untukku?"

BuAn menurunkan kepalanya.

"Siap Yang Mulia, hamba akan selidiki"

"Dan Bu, hmh, untuk beberapa waktu ini tetap waspada, aku yakin ada mata-mata di sekitar kita, saat ini siapapun bisa dicurigai, aku, tidak akan mentolerir siapapun orang itu, kau, bukan salah satunya khan Bu?"

Mendengar itu BuAn langsung menjatuhkan tubuhnya berlutut di depan junjungannya.

"Hamba berani mati untuk Yang Mulia, Yang Mulia tolong jangan pernah ragukan hamba"

YangLe menarik tepi bibirnya, meneguk tehnya kembali sedikit, ia tahu tidak mungkin BuAn karena pengawal itu sudah mengikutinya sejak ia masih remaja dan belum dilantik menjadi putra mahkota, BuAn mungkin satu-satunya orang yang bisa dipercayainya saat ini di istana ini, bahkan mungkin di seluruh tempat.

"He aku tahu Bu, kalau benar kau sampai mengkhianatiku aku sendiri yang akan memenggal kepalamu, bangunlah"

BuAn berdiri dan mundur selangkah.

"Yang Mulia, besok, akan pergi ke istana utama? Apa, ini mungkin salah satu jebakan yang sudah dipersiapkan Baginda Kaisar?"

Kaisar PoHai adalah paman dari YangLe, sebagai putra satu-satunya dari Kaisar terdahulu yakni kakak sepupu dari Kaisar PoHai, tidak ada yang lebih berhak menjadi Putra Mahkota selain dirinya, bahkan Ibunda Ratunya tetap harus menduduki posisinya demi keamanan YangLe sebagai pemimpin negara berikutnya, tapi, semua tidak pernah berjalan lancer, sejak kejadian pembunuhan Kaisar enam belas tahun lalu hidup Yangle sudah bagai di neraka, setiap kali ada saja pembunuh yang diutus untuk menghabisi nyawanya, semua orang istana berkata itu adalah pemberontak yang masih tidak puas hingga keturunan Kaisar YangKai, ayahanda kandung Yangle menghilang dari muka bumi.

Tapi, menjadi seorang putra mahkota sejak kecil membuat Yangle belajar banyak hal, apapun dipelajarinya hingga tidak ada yang lebih menguasai ilmu negara atau taktik melebih Yangle saat ini, dan menjadi sedikit lebih dewasa juga membuat Yangle berpikir, ada banyak hal janggal yang terjadi enam belas tahun lalu saat pembunuhan Kaisar terjadi, tidak ada seorangpun pemberontak yang ditangkap hidup-hidup, semua dalam keadaan tewas hingga semua tuduhan terhadap mereka hanya berjalan sepihak, sejak itu YangLe mulai ragu, semua tidak semudah yang dikatakan semua orang disekitarnya, dan percobaan pembunuhan terhadap dirinya, juga bukan hal yang direncanakan oleh kaum pemberontak.

"Aku tidak cemas kalau aka nada yang menjebakku di sana, aku hanya cemas pada HongEr, entah apa yang sudah kubawa pada dirinya hingga bahaya juga ikut mengancam dirinya, ini juga yang tidak ku mengerti hingga kini, kenapa orang-orang- itu, entah siapapun mereka Bernita menghabisi seorang anak berusia tujuh belas tahun yang polos, mereka mengikuti Hong sejak berada di Tang hingga kemari, apa mereka juga mengetahui soal rahasia HongEr?"

"Hamba pikir juga demikian Yang Mulia, keberadaan Yang Mulia Hong mungkin membuat orang-orang itu cemas, kalau ramalan itu benar akan terwujud dan Yang Mulia bisa menjadi penguasa jagat raya"

YangLe berdiri dari duduknya, mengangkat lengan bajunya yang lebar dan berpikir dengan dahi berkerut dalam.

"Bahkan Guru masih ragu apakah ramalan itu bisa terwujud atau tidak, tapi siapapun mereka sangat meyakininya, para pembunuh sudah mengincar adik Hong sejak di lembah perbatasan kota LiuYi, sesaat sebelum ulang tahun adik yang ke tujuh belas hingga meracuninya, walau ternyata racun Yin jauh lebih kuat dari racun mereka dan hampir benar membuat adik kehilangan nyawanya, saat adik Hong pulih mereka melakukan rencana berikutnya dengan menculiknya dari lembah Jie, entah apa tujuan mereka tapi semua ini sudah terlalu jelas, kalau adik Hong, sudah menjadi target mereka sejak di Tang"

"Lalu, apa yang akan kita lakukan Yang Mulia, kalau benar Yang Mulia Hong adalah target mereka kemungkinan kepergian kita besok mereka akan datang menyerang istana?"

YangLe membalikkan tubuhnya melihat BuAn sejenak.

"He itulah sebabnya aku sangat lega saat tuan muda Jie dan pengawalnya bisa tiba ke sini tepat waktu, bagaimanapun kita memang membutuhkan bantuan mereka Bu"

BuAn menurunkan kepalanya memberi hormat.

"Yang Mulia Bijaksana, sudah memikirkan semua sejak lama"

YangLe menarik napasnya Panjang.

"He tapi ini juga sangat beresiko Bu, kalau sampai, adik Hong mendapatkan semua ingatannya kembali, ia pasti akan segera pergi meninggalkan istana ini tanpa berpikir dua kali, bagaimanapun, aku sudah melukainya"

######################

下一章