Di salah satu pavilion di istana utama Hua.
Putri Yanye terlihat duduk di depan cermin dengan beberapa pelayan yang melayaninya mulai dari menyisir rambutnya hingga memberikan beberapa hiasan kepala yang menarik, terlihat salah satunya adalah LeNing,
LeNing ternyata melarikan diri dari Tang setelah dibebasakan bersyarat oleh pengadilan, harusnya ia mendapat hukuman tahanan Kota dan tidak boleh kemana-mana selama beberapa tahun, tapi LeNing yang keras kepala melarikan diri hingga ke Hua dan menjadi salah seorang pelayan kecil putri YanYe, entah bagaimana caranya ia bisa melakukan hal itu tapi itu prestasi yang sangat dibanggakan olehnya.
YanYe mengelus rambut panjangnya yang sudah disisir LeNing.
"Apa kau yakin kalau Pangeran Muda itu adalah Tuan Muda Jie? Pangeran Muda dari negara Tang?" tanya YanYe lagi, LeNing mengangguk.
"Hamba yakin Tuan Putri, cara bicara dan senyum yang sama, ia juga memiliki mata yang sangat menggoda, hamba yakin itu adalah HongYuan tuan muda kedua lemba Jie, tapi sangat aneh, tuan muda Hong adalah anak kesayangan semua orang, sangat tidak mungkin kalau ia berjalan sendiri sejauh ini ke negeri Hua, hamba curiga ehh.." LeNing menghentikan ucapannya. YanYe melirik LeNing seakan bisa menebak apa yang membuat gadis muda itu menghentikan ucapannya.
"Maksudmu kalau Putra Mahkota mungkin sudah membawa tuan muda Jie dengan paksa?"
LeNing menurunkan lututnya cepat.
"Hamba tidak berani berpikiran seperti itu Tuan putri, maafkan hamba!"
YanYe mengibaskan tangannya mengijinkan LeNing bangun.
"Bangunlah, aku tidak akan menyalahkanmu" YanYe melihat pantulan wajahnya yang sangat sempurna di depan cermin, merapihkan rambut depannya yang terurai panjang.
"Putra Mahkota memang penuh misteri, kita tidak tahu apa yang dipikirkannya membawa seorang anak yang begitu manis ke istananya, dan ia sudah memiliki tunangan, seharusnya sebelum menikah ia belum bisa mencari selir, aku akui, anak itu memang sangat manis, wajahnya bagai anak gadis, kulit putih lembut, rambut yang Panjang dan indah, heh Putra Mahkota tidak salah kalau sampai menyukainya, LeNing hal ini jangan sampai terdengar orang luar, aku tidak mau ada rumor jelek di sekeliling putra Mahkota dan orang akan berpikir aku yang menyebarkannya, lagipula, aku memiliki rencanaku sendiri akan hal ini"
LeNing mengangguk.
"Siap Tuan Putri"
YanYe membalikkan tubuhnya tepat saat seorang pria muda bertubuh besar dan tegap masuk, wajah yang tegas, mata tajam bagai elang dengan tatapan sangat dalam, bahkan bibirnya datar tanpa ekspresi, sesuai dengan julukan yang kerap diberikan padanya, Jendral bertangan dingin Xialo, jendral muda yang dalam usianya yang menginjak tiga puluh sudah berhasil menaklukan banyak bawahan yang tak ragu untuk berada di bawah kepemimpinannya, selalu menang dalam setiap pertempuran dengan julah korban paling sedikit, ahli strategi yang sudah diakui beberaap Menteri menjadi suami andalan untuk putri Kaisar satu-satunya YanYe.
YanYe mengibaskan tangannya memerintahkan pelayan kecilnya termasuk LeNing untuk keluar meninggalkan kamarnya, segera setelah LeNing dan lainnya keluar Jenderal muda itu mendekati ranjang dan mearih jemari lentik YanYe, mengecupnya dengan lembut.
"Hemmh tuan putri, anda terlihat sangat menawan hari ini, apa karena sudah berapa hari ini tidak berjumpa dengan anda, entah kenapa wajah anda terlihat sangat bersinar"
YanYe menepuk tangan Xia yang memegang jemarinya.
"Tuan Xia jangan terlalu gombal, anda ingin mengatakan secara langsung kalau kemarin aku tidak menarik?"
XiaLo tersenyum.
"Hehehe wanita memang susah sekali untuk dipuji, anda harus bersiap sebentar lagi Yang Mulia Putra Mahkota akan tiba, kita harus menyambut beliau khan"
YanYe merapihkan rambut depan Xia yang turun tidak beraturan, Jenderal itu pasti datang langsung dari lapangan berlatih karena wajahnya terlihat agak sedikit berkeringat.
"Jenderal Xia anda tidak menyiapkan diri, aku ingin semua orang melihat bagaimana wajah tampan dan mempesona jendral Xia tunangan putri YanYe"
Xia meraih tangan YanYe dan mengecupnya.
"Tuan Putri tidak takut kalau ada yang menyukai hamba, kalau hamba memakai pakaian atau menghias diri dengan terlalu baik?"
YanYe tersenyum.
"Hehehe haruskah aku takut? Jenderal Xia boleh melirik siapa saja, itu terserah jendral"
Jendral itu merasa mendengar nada sedikit cemburu dari mulut cantik putri YanYe, dengan gemas ia meraih pinggang belakang YanYe dan menariknya makin mendekat padanya hingga bisa mencium bau tubuh dan merasakan lembutnya kulit wajah putri YanYe yang mulus tanpa sedikitpun noda yang menempel.
"Jenderal Xia jaga kelakuanmu"
Jenderal Xia mengendus leher Panjang dan mulus putru YanYe, menghirup bau tubuhnya yang sangat harum dan mempesona.
"Lagipula, siapa yang bisa mengalahkan kecantikan putri YanYe yang terhormat di dunia ini, Jenderal Xia adalah orang yang paling beruntung"
......................
Aula depan bangunan rumah tahanan sementara istana,
YangLe duduk di kursi yang sudah disediakan, BuAn berdiri di belakangnya dengan siaga, pangeran Kai duduk tak jauh di sampingnya, sementara Jenderal Xia berjalan mendekat dan memberi hormat.
"Selamat datang Yang Mulia Putra mahkota, Pangeran Kai, terima kasih karena sudah bersedia menyempatkan datang untuk menyaksikan penyelidikan pertama kami"
YangLe mengibaskan tangannya, melihat wajah Xia yang terlihat arogan seperti biasanya di mata YangLe.
"Heh Jendral Xia, semua orang tahu kehebatan Jendral Xia terhormat, tapi apa perlu mengundang aku dan Kai untuk datang, ini sangat menyita waktu, lebih baik dipercepat saja"
Jenderal Xia mengangkat kepalanya, tersenyum tipis, ia menegakkan tubuhnya dan memerintahkan anak buahnya untuk membawa tahanan keluar.
Tak berapa lama saat YangLe menikmati tehnya beberapa petugas penjara membawa dua orang yang diduga pemberontak keluar, pakaian berwarna putih dengan tulisan besar tersangka di bagian depan dengan beberepa noda darah yang terlihat masih segar, wajah yang dipenuhi lebam di beberapa tempat hingga jalan yang agak tertatih, seorang pria yang terlihat sudah agak berumur, dari rambutnya yang sudah beruban seluruhnya hingga kulitnya yang keriput, wajah dengan mata yang menurun karena usianya dan pandangan yang cahayanya sudah agak memudar, sekilas bertemu mata dengan YangLe tapi dengan cepat menurunkan kepalanya, seorang lagi terlihat masih cukup muda, mungkin usianya sekitar empat puluhan dengan tubuh masih kekar dengan bahu yang lebar dan berotot, walau matanya terlihat masih berapi-api tapi dua tangan dan kaki yang dibelenggu membuat ia tidak bisa berbuat banyak, petugas mendorong keduanya hingga jatuh di depan Jenderal Xia.
"Berlutut!"
YangLe meletakkan cangkir tehnya.
"Jenderal Xia, anda tidak sembarang menangkap orang di jalan dan menuduh mereka pemberontak bukan? Mereka lebih menyerupai para petani dibanding pemberontak, anda tidak terlalu cepat menyimpulkan secara sepihak?"
Jenderal Xia membalikkan tubuhnya ke arah YangLe yang terlihat tidak begitu antusias melihat dua orang di depannya.
######################