webnovel

Chapter 9

Mata sayu bulat itu balas menatap dari dalam layar ponselnya yang mati. Sambil masih bersandar ke bantal sofa dan dengan penerangan redup dari lampu meja, Kyungsoo melamunkan peristiwa yang menjadi sejarah baru dalam hidupnya.

Untuk pertama kalinya dirinya berciuman malam ini, dalam arti antara bibir dan bibir. Meski ciuman tersebut dari orang yang tak pernah ia duga, dan sangat mengejutkannya tanpa disadari kalau Chanyeol-lah yang akan menjadi orang pertama yang mencium bibirnya. Sedikit mengecewakan bagi Kyungsoo, karena dia lebih mengharapkan orang lain yang menciumnya pertama kali.

Di sisi lain, ciuman itu berasal dari seorang laki-laki, dimana hal tersebut adalah sesuatu yang sangat dianggap 'tak wajar' oleh Kyungsoo dulu. Bagaimana tidak, bukan seorang perempuan yang menjadi orang pertama merasakan bibirnya, tapi seorang laki-laki. Ada sedikit sebuah penyesalan bagi dirinya memang, karena kenapa orang yang pertama kali menciumnya bukan laki-laki yang selama ini selalu menghantui pikirannya.

Satu lagi hal yang melengkapi semua hal mengejutkan malam ini, dia juga dicium oleh orang yang sudah menyampaikan perasaan jika dia menyukai Kyungsoo. Sekali lagi bukan orang selalu menyita perhatiannya dikala sedang melamun. Orang tersebut adalah orang yang selama ini selalu dianggap orang aneh oleh Kyungsoo. Orang yang dingin, pedas, terkadang tidak menunjukkan kepedulian kepada sekitar, dan tak pernah bisa diprediksi keinginannya.

Dengan jari telunjuk menempel di bibirnya dan mata terpejam, Kyungsoo kembali mengingat kejadian dua jam lalu saat Kai menciumnya. Itu ciuman yang berbeda dengan yang ia rasakan saat Chanyeol mencuri ciuman pertamanya beberapa saat sebelumnya. Rasanya hangat dan menyejukkan, pikir Kyungsoo. Dan entah bagaimana dia sangat menikmati kenyamanan saat berciuman dengan Kai.

Kyungsoo menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya sambil sedikit menggeleng. Dalam hati dia bertanya, bagaimana bisa dia menikmati ciuman dengan Kai. Orang itu bukan orang yang selalu diharapkan Kyungsoo, dalam hal ini, memberikan ciuman manis untuknya.

Dan bayangan saat adegan itu terjadi pun terulang lagi dalam benaknya.

Ciuman itu hanya berlangsung beberapa detik saja, namun entah kenapa bagi Kyungsoo terasa lama sekali. Selesai mencium Kyungsoo, Kai lalu memandangnya yang masih memejamkan mata dengan nafas yang tak beraturan membuat Kai tersenyum.

"Kau menikmatinya?" tanya Kai dalam bisikan.

Dengan perlahan Kyungsoo membuka matanya dan balas menatap mata Kai. Semburat kemerahan muncul di wajahnya tiba-tiba membuat Kai mendengus tertawa pelan. Nampaknya Kai tidak membutuhkan jawaban dari lelaki mungil yang menunduk malu itu, karena setelah itu dia menariknya ke motor dan berkata akan mengantarnya pulang malam itu, tapi Kyungsoo menghentikan langkahnya saat sudah berada dekat motor Kai.

"Aku tak bisa pulang denganmu," kata Kyungsoo.

"Kenapa?" tanya Kai heran, kemudian ekspresinya berubah dan tampak mengerti sesuatu, "kau mau kembali pada Chanyeol dan pulang dengannya?"

"Seharusnya aku memang kembali kesana. Tak enak jika aku datang kemari dengan Chanyeol tapi pulang tiba-tiba tanpa sepengetahuannya."

Melihat wajah Kai yang tiba-tiba berkerut, Kyungsoo pun menambahkan, "aku hanya mau pamit pada Chanyeol. Lagipula, aku harus ke rumah Baekhyun dahulu, dia ingin menginap di apartemenku, aku bisa pakai taksi dari sini."

"Aku tunggu disini, aku yang akan mengantarmu ke rumah Baekhyun," kata Kai.

Karena tak ingin membantah, Kyungsoo mengangguk singkat, lalu berjalan kembali ke rumah. Dia kembali ke balkon lantai dua tempat tadi terakhir dia meninggalkan Chanyeol, tapi ia tak ada disana. Lalu Kyungsoo berpikir mungkin Chanyeol ada di halaman belakang tempat pesta ulang tahun masih berlangsung. Dan benar saja, saat Kyungsoo mengintip dari pintu belakang yang menghubungkan rumah dengan halaman belakang, terlihat Chanyeol sedang tertawa-tawa sambil mengobrol dengan Jongdae. Ada gelas wine di tangannya saat Chanyeol nampak seru terlibat obrolan dengan Jongdae dan yang lain.

Merasa semua baik-baik saja, Kyungsoo memilih pamit pada Chanyeol melalui Line, yang setelah ditunggu kira-kira lima menit tak ada balasan dari Chanyeol. Mungkin Chanyeol masih terlalu asyik dengan teman-temannya, pikir Kyungsoo.

Kemudian Kyungsoo memutuskan untuk pergi dari sana dan kembali keluar dimana Kai sedang merokok sambil bersandar di dinding pagar. Melihat Kyungsoo muncul keluar gerbang, dengan cepat Kai mematikan rokoknya dan membuang puntungnya sembarangan.

"Awas saja kau jika membuang sisa rokokmu lagi seenaknya begitu," kata Kyungsoo dengan tatapan galak, yang diikuti Kai dengan terkekeh sambil mengangguk.

Setelah memberikan helm pada Kyungsoo, Kai naik terlebih dahulu dan mengenakan helmnya juga. Kyungsoo lalu menyusul naik ke belakang Kai setelah mesin motor dihidupkan. Tak lama setelah itu, motorpun meluncur pergi meninggalkan rumah mewah kawasan elit.

Sepanjang perjalanan, biasanya jika menggunakan motor dengan Kai, Kyungsoo selalu berpegangan pada pinggang Kai. Tapi sekarang saat ia melakukan itu, Kai menarik tangannya pada posisi memeluk perutnya, membuat Kyungsoo bisa merasakan pipinya memanas lagi. Bukan tanpa alasan, karena Kai langsung memacu motornya lebih cepat setelah itu membuat Kyungsoo mengencangkan pelukannya pada Kai.

Kai mengantarkan Kyungsoo kerumah Baekhyun persis seperti yang dikatakannya. Sesampainya di rumah Baekhyun, Kyungsoo turun dari motor.

"Gomawo, Kai," bisik Kyungsoo.

"Jangan memanggilku dengan nama itu lagi. Itu hanya nama panggungku. Kau boleh memanggilku dengan nama asli," kata Kai, mengambil helm yang diberikan Kyungsoo.

"Nama panggung?" tanya Kyungsoo bingung.

"Kau akan tahu nanti," Kai mengedipkan sebelah matanya, "panggil aku Kim Jongin."

"Baiklah. Jongin," kata Kyungsoo mengulangi.

"Kabari jika kau sudah sampai di apartemen," kata Kai, lalu Kyungsoo mengangguk sambil tersenyum singkat.

"Hati-hati," katanya, dan setelah memberi lambaian tangan Kai pun pergi.

Dan kemudian Kyungsoo bersama Baekhyun dengan menggunakan taksi menuju apartemennya. Tak banyak pertanyaan dari Baekhyun karena dia terlihat sudah mengantuk saat Kyungsoo sampai. Bahkan Baekhyun pun belum menceritakan alasan mengapa dia kesal dan memilih untuk menginap di apartemen Kyungsoo.

Kyungsoo membuka kembali matanya dan mengakhiri lamunan yang merupakan kejadian yang terjadi beberapa jam sebelumnya itu. Setelah sampai di apartemen, Kyungsoo memang mengabari Kai sesuai pesan yang disampaikannya sebelum berpisah. Kai baru membalasnya sekitar satu jam setelahnya karena dia sedang bekerja.

Terdengar gerakan di tempat tidur di sampingnya. Baekhyun mengucek kedua matanya sambil bertanya dengan suara serak.

"Kenapa kau belum tidur, Kyung?"

"Entahlah, aku hanya belum mengantuk, Baek," jawab Kyungsoo.

Baekhyun menoleh ke jam dinding, "ini sudah jam dua pagi. Bukankah jam lima kau sudah harus di kampus untuk persiapan Campus Solidarity?"

Sejujurnya Kyungsoo lupa kalau dia memang harus bangun pagi sekali dan harus sudah berada di kampus jam lima pagi untuk mempersiapkan acara Campus Solidarity. Semua yang terjadi malam ini benar-benar membuat dia lupa akan hal itu.

"Mungkin aku akan tidur sebentar lagi. Rasanya tidur dua jam cukup," kata Kyungsoo.

"Kau yakin? Kau membutuhkan banyak energi untuk menjadi panitia. Kau seharusnya tidur sejak tadi."

"Aku tak akan apa-apa, Baekhyun. Kau tidurlah kembali."

Tapi Baekhyun tidak menunjukkan akan melanjutkan tidur, karena ia menyingkap selimutnya dan bangun.

"Aku jadi tidak mengantuk," katanya duduk bersandar, "aku sudah banyak tidur sejak menunggumu dirumah tadi."

"Ngomong-ngomong kau kesal kenapa dirumah?" tanya Kyungsoo, yang memang penasaran sekali dengan yang akan diceritakan oleh Baekhyun.

"Aku kesal karena Kris," kata Baekhyun yang memasang ekspresi mengerut sebal.

"Memang kenapa dengannya?" tanya Kyungsoo.

Baekhyun diam. Dia terlihat seperti sedang mencari kata yang tepat untuk diucapkan.

"Aku ingin menceritakan sesuatu padamu tentang Kris," kata Baekhyun, yang nadanya mendadak sangat serius.

Kyungsoo sudah menduga apa yang akan diceritakan oleh Baekhyun, apalagi yang akan disampaikan adalah tentang kakaknya yang menurut Kyungsoo aneh.

"Aku tahu kau mau cerita apa tentang Kris," kata Kyungsoo menegakkan tubuhnya di sofa.

"Benarkah?" tanya Baekhyun heran.

"Boleh aku menebaknya? Kalau kau mau bilang kalau Kris itu menyukai, hmmm...itu...maksudku..." kali ini Kyungsoo yang bingung mencari istilah tepat. Didepannya Baekhyun masih menunjukkan tampang tak mengerti.

"Kris menyukai, yeah.... sesama laki-laki," kata Kyungsoo menambahkan dengan ragu-ragu.

Baekhyun sedikit terkejut mendengar yang baru saja dikatakan Kyungsoo.

"Darimana kau tahu?" Baekhyun bertanya dengan terheran-heran, "apa dia pernah mencoba mendekatimu?"

Pertanyaan Baekhyun itu membuat Kyungsoo berpikir kalau selama ini Baekhyun sebenarnya tahu jika Kris sering mendekati seseorang, khususnya sesama laki-laki. Padahal pengakuan Kris, adiknya itu tak pernah mengetahui kelakuannya menyimpangnya itu.

"Aku tak akan membantah yang kau tanyakan barusan. Karena memang begitulah ceritanya," kata Kyungsoo.

"Lalu? Apa yang dia lakukan padamu?"

"Tak ada apa-apa, Baek. Kau tak perlu khawatir."

Baekhyun mendengus. Kembali dia seperti mencari sebuah kata yang cocok untuk disampaikan. Sebelum Baekhyun sempat mengatakan sesuatu, Kyungsoo bertanya terlebih dulu.

"Kau kesal kenapa dengan Kris?"

"Kau tahu laki-laki yang ada dirumah tempo hari saat kau menginap dirumahku?" Tanya Baekhyun.

Kyungsoo memutar matanya, mencoba mengingat kembali orang yang Baekhyun maksud. Setelah tahu siapa, Kyungsoo pun mengangguk.

"Ada apa dengannya?" tanya Kyungsoo.

"Malam ini laki-laki itu menginap dirumah. Memang sudah sering, tapi aku semakin tak suka dengan hal itu," kata Baekhyun menggerutu.

"Lalu?"

"Aku ingin bertanya padamu, bagaimana perasaanmu jika kakakmu mempunyai kelainan seperti itu?" Baekhyun balas bertanya.

"Kelainan?" bisik Kyungsoo, nampak terkejut dengan yang baru saja ditanyakan sahabatnya itu. Ada sebuah entakan ganjil di dasar perutnya mendengar itu, "maksudmu menyukai sesama laki-laki begitu?" tambahnya.

"Ne. Dan bagaimana perasaanmu jika kakakmu yang kelainan itu membawa kekasih laki-lakinya setiap malam ke rumahmu? Dan bahkan, walau dia memiliki kelainan seperti itu, dia bahkan tak setia dengan kekasihnya. Dia kadang membawa laki-laki berbeda ke rumah," kata Baekhyun yang terlihat jelas sekali gusar.

Kyungsoo hanya diam tak menjawab. Bukan tak ingin memberi tanggapan tentang kegelisahan Baekhyun, tapi sejujurnya Kyungsoo sendiri benar-benar tak tahu harus menyampaikan apa, sementara dia sendiri bisa dikatakan persis seperti apa yang Baekhyun benci pada kakaknya.

Dalam hal ini, Kyungsoo sekarang adalah laki-laki yang dianggap Baekhyun adalah 'kelainan'. Di sisi lain, Kyungsoo tak punya kakak hingga dia sendiri tak tahu harus menanggapi apa.

Baekhyun tahu kebingunan di wajah Kyungsoo, lalu dia pun melanjutkan.

"Aku mengerti kau tak tahu harus berpendapat apa karena kau tak punya saudara kandung laki-laki, khususnya yang kelainan seperti Kris," kata Baekhyun sengit.

"Aku memang tak punya saudara kandung, tapi aku mencoba mengerti yang kau rasakan," kata Kyungsoo, yang bisa merasakan sesuatu seperti menelan pil pahit ke tenggorokannya saat berkata demikian.

"Ngomong-ngomong, aku boleh tertanya sesuatu padamu?" tanya Baekhyun tiba-tiba.

"Bertanya apa?" Kyungsoo mengernyitkan keningnya, tak mengerti.

Baekhyun merangkak dari tempat tidur dan duduk di sisinya, persis di depan Kyungsoo. Melihat tatapan aneh di mata sipit itu, Kyungsoo sedikit menelan ludah dan menjadi sedikit gelisah.

"Apa ada sesuatu padamu dan Sehun?" tanya Baekhyun dalam bisikan. Ada tatapan penasaran di wajahnya ketika bertanya itu.

"Aku...aku tak mengerti maksud pertanyaanmu," kata Kyungsoo tersenyum tipis. Dia berharap Baekhyun tidak menyadari ada satu bulir keringat menetes di pelipisnya.

"Iya, maksudku, kau dekat sekali dengan Sehun, aku hanya ingin tahu apa ada sesuatu diantara kalian?"

"Tentu saja tidak ada. Apa yang kau bicarakan, sih," kata Kyungsoo tertawa. Dia sendiri bisa merasakan tawaan nya itu ganjil, dan Baekhyun tampaknya menyadari juga kalau tawa itu tidak normal, alias seperti menyembunyikan sesuatu.

"Hey Do Kyungsoo, apa kau suka pada Oh Sehun?" tanya Baekhyun menyipitkan matanya.

Senyum memudar di wajah Kyungsoo. Pertanyaan yang diajukan Baekhyun rasanya menohok sekali ke dadanya dan tanpa basa basi. Kyungsoo bisa merasakan panas di pipinya saat Baekhyun dengan pandangan penasaran mengamatinya dengan teliti seolah menunggu pertanyaannya untuk dijawab.

"Kenapa kau berpikir aku menyukai Sehun?" Kyungsoo balas bertanya.

"Karena aku berpikir kalau Sehun menyukaimu, dan kukira sebaliknya juga demikian."

Kyungsoo sedikit terperanjat mendengar yang baru diungkapkan Baekhyun, tapi berusaha tidak menunjukkan keterkejutannya dengan jelas. Rupanya Baekhyun mungkin bisa melihat kalau selama ini Sehun ada perasaan suka pada Kyungsoo. Tapi entah kenapa Kyungsoo sendiri tidak menyadari hal itu segera setelah banyak hal sudah Sehun lakukan untuknya.

Butuh waktu bagi Kyungsoo untuk menyadari jika dia menyukai Sehun, dan waktu lebih untuk Sehun menyatakan kalau dia juga menyukai Kyungsoo ternyata. Sayangnya, waktu itu terlalu terlambat, karena sudah ada orang lain yang terlebih dulu menyatakan perasaannya pada Kyungsoo.

Dengan tatapan penuh tanda tanya Baekhyun yang terlihat semakin penasaran, Kyungsoo tak tahu harus menjawab apa. Dia memang bukan orang yang pandai berbohong, tapi apa dia harus mengatakan yang sebenarnya pada Baekhyun?

Walau tak ingin ada yang disembunyikan lagi, dan Kyungsoo masih bingung dengan apa yang harus dikatakan, tapi Baekhyun tampak mengerti dengan kebingungan di wajah Kyungsoo.

"Oke," katanya singkat, sambil mengangguk, "oke," dia mengulangi.

"Wae?" tanya Kyungsoo tak mengerti.

"Kau tak perlu menjawabnya. Wajahmu sudah mengatakan semuanya," kata Baekhyun tajam.

Kyungsoo menutup matanya, lalu menghela nafas panjang.

"Kau pasti menganggapku aneh. Aku mengerti," kata Kyungsoo menunduk, "wajar jika kau merasa aneh, atau mungkin jijik padaku. Aku sendiri membenci diriku saat menyadari hal itu, Baek. Tapi aku tak bisa membohongi diriku sendiri. Yeah, aku memang menyukai Sehun," jelasnya dengan senyum getir.

"Kenapa kau bisa suka padanya?" tanya Baekhyun dengan mata yang melebar.

"Aku tak tahu. Mungkin terdengar aneh, tentunya. Tapi entah mengapa aku menyukai Sehun karena aku selalu merasa nyaman didekatnya. Terlebih lagi dengan semua yang sudah dia lakukan untuk ku. Aku memang belum pernah menyukai seseorang sebelumnya. Aku sendiri heran, bagaimana mungkin ketika aku mulai ada rasa suka pada orang lain, kenapa orang tersebut harus laki-laki juga."

Mendengar itu, Baekhyun hanya diam dan menatap Kyungsoo dengan tatapan kosong. Kyungsoo memaklumi jika sahabatnya itu pasti akan merasa tak suka dengan apa yang baru saja diungkapkannya. Tapi sebagai sahabat, Kyungsoo berpendapat tak perlu ada yang dia sembunyikan lagi dari Baekhyun. Urusan belakangan bila ternyata Baekhyun akan sama membencinya seperti dia membenci yang dilakukan Kris selama ini, pikir Kyungsoo.

"Mungkin perasaan ini yang kau sebut tadi kelainan, Baekhyun. Tapi ini berbeda dengan yang Kris sudah lakukan. Dia mungkin seperti ini karena untuk bersenang-senang, tapi aku tidak. Aku seperti ini karena aku benar-benar memiliki perasaan yang berbeda pada orang yang aku suka. Karena aku menyayanginya," Kyungsoo tiba-tiba dapat melihat bayangan Sehun dalam benaknya setelah mengucapkan itu. Dia tak bisa berbohong, meski bukan Sehun yang menjadi orang pertama menciumnya, meski bukan dia pula yang bisa membuat Kyungsoo menikmati ciuman hangat, tapi dia tak bisa menutup perasaan kalau Sehun masih menghantui pikirannya.

"Kau boleh membenciku, atau tak suka padaku, karena kelainan pada diriku seperti yang kau sebut tadi," kata Kyungsoo melanjutkan, "wajar kau tak suka hal seperti ini," dia semakin menundukan kepala.

Meskipun Baekhyun tampak belum memberikan respon apa-apa, hanya duduk termenung memandanginya mengungkapkan semua hal rahasia yang ia pendam sendiri, tapi Kyungsoo yakin setelah ini mungkin Baekhyun akan pergi meninggalkannya begitu saja dan akan menjauhinya.

Tapi dugaan Kyungsoo salah, karena tak lama setelah itu, Baekhyun mendekat dan memegang kedua bahu Kyungsoo, membuat ia mendongak memandang Baekhyun.

"Sejujurnya aku memang tak begitu suka dengan hal seperti itu. Tapi jika memang yang terjadi padamu adalah demikian, tak ada alasan untukku untuk membencimu. Kau tetap sahabatku," katanya sambil tersenyum.

Mata Kyungsoo membulat tak percaya mendengar apa yang baru saja dikatakan Baekhyun, "kau, tak membenciku?" tanyanya dalam bisikan.

"Hak seseorang memang untuk menyukai orang lain, baik itu perempuan, atau sesama laki-laki. Tak ada yang bisa melarang kita untuk bisa menyayangi orang yang kita suka, sekalipun itu hal yang tak wajar. Menyayangi dan menyukai seseorang adalah pilihan, dan tentu kau sudah punya pilihanmu sendiri," ucap Baekhyun, dan menyunggingkan senyum manis di bibir tipisnya.

Entah kenapa Kyungsoo merasa terharu sekali mendengar Baekhyun berkata seperti itu. Tanpa dipandu, Kyungsoo langsung memeluk Baekhyun sambil berbisik, "Gomawo, Baek."

"Aku percaya kau tak akan melakukan hal berlebihan seperti Kris," kata Baekhyun mengusap punggung sahabatnya itu, "sekarang tak ada yang perlu kau sembunyikan lagi, oke? Kau boleh bercerita apapun padaku. Tak perlu khawatir, bisa atau tidak aku membantu, tapi setidaknya kau punya sahabatmu untuk mendengarkan."

Airmata bergulir begitu saja dari mata Kyungsoo saking terharunya dia, dan mengeratkan pelukannya sambil bersyukur kalau Baekhyun memang adalah sahabat terbaik yang pernah dia miliki.

*

Untuk kesekian kalinya Kyungsoo menutup mulutnya karena menguap. Dugaan Baekhyun benar, dia akan mengantuk sekali hari ini karena hanya sempat tidur kurang dari dua jam saja. Apalagi hari ini di acara Campus Solidarity Kyungsoo menjadi panitia di bagian administrasi perlombaan olahraga basket dan sepakbola, dimana banyak hal harus dicatat dan disiapkan setiap sesi pertandingan akan dimulai. Baekhyun sendiri menjadi salah satu pemain tim sepakbola kampus.

Ada sekitar delapan kampus di seluruh Korea Selatan yang ikut bergabung di acara tahunan SM Seoul University ini, dan sebagian besar berasal dari kota ini. Acara pembukaan sudah berlangsung tadi pagi, dengan pimpinan Dewan Kampus dan presiden Yeonhab yang memberikan sambutan. Campus Solidarity ini akan berlangsung selama sepuluh hari dengan banyak cabang olahraga yang akan dipertandingkan. Selama acara ini berlangsung semua kegiatan perkuliahan akan ditunda, namun demikian tugas-tugas kuliah akan menyusul setiap harinya sebagai ganti dari penundaan.

"Selanjutnya kampus kita akan bertanding dengan Yonsei University di pertandingan basket," kata Suga, seorang laki-laki kurus dengan rambut gimbal yang juga anggota Yeonhab.

"Kelihatannya akan seru," kata Kyungsoo, merapikan kertas-kertas di meja di hadapannya.

"Jam sebelas aku akan bertanding sepakbola, kau tak apa mengurusi ini sendirian selama aku tak ada?" tanya Suga mengedik beberapa tumpukan kertas di meja.

"Tak apa, nanti aku bisa minta yang lain membantu jika mereka sedang tak sibuk. Oh ya, Baekhyun sudah bersiap di ruang ganti sejak pagi."

"Seharusnya aku pun demikian, tapi kau tahu sendiri kesibukan kita seperti apa. Untung saja Suho sunbae sangat berbaik hati mengizinkan anggota Yeonhab ikut terlibat dalam pertandingan. Kudengar presiden Yeonhab sebelumnya tak pernah memberikan izin, dan semua panitia harus fokus dengan pekerjaan mereka."

"Benarkah?" tanya Kyungsoo, yang menuliskan sesuatu disebuah kertas, "darimana kau tahu?"

"Kakak temanku yang sudah lulus dua tahun lalu. Dia koordinator Supervisi Keuangan Yeonhab saat itu."

Saat Kyungsoo dan Suga membahas sebuah percakapan tentang Yeonhab jaman dulu, dimana Suga terlihat sekali mengetahui banyak hal, seorang laki-laki berjalan menghampiri meja tempat mereka berdua duduk. Kyungsoo mendongak dan senyum mengembang di wajahnya setelah itu.

"Kai," kata Kyungsoo berseri-seri, "maksudku, Jongin," tambahnya mengoreksi, yang langsung disambut senyum simpul dari Kai.

"Anyeong haseyo," sapa Kai pada mereka berdua.

"Anyeong haseyo, Kai sunbae. Kau akan bertanding sebentar lagi, kan?" tanya Suga.

"Bertanding?" Kyungsoo mengernyitkan keningnya, "pertandingan basket berikutnya?" tanyanya heran pada Kai yang hanya mengangkat kedua alisnya.

"Kau tak pernah bilang kalau kau atlet basket kampus," kata Kyungsoo.

"Rasanya kau pernah dengar cerita saat aku dan Chanyeol bermain basket di kampus sebelah, dimana berakhir dengan perkelahian dengan Jiyong?" Jelas Kai.

"Err..." Kyungsoo memutar matanya mencoba mengingat, sambil menggigit bibir bawahnya.

"Sudahlah, tak perlu coba mengingatnya. Jam berapa aku bertanding?" tanya Kai.

"Sebentar lagi, sekitar tiga puluh menit lagi. Kukira kapten-mu sudah memberi tahu padamu, sunbae," kata Suga mengecek sebuah catatan di meja.

"Oh, aku hanya ingin memastikan saja agar tak lupa," kata Kai, yang lalu mengerling pada Kyungsoo.

Entah kenapa Kyungsoo merasa sebenarnya Kai sudah tahu waktu pertandingan, tapi tujuan dia kemari adalah untuk menemuinya. Menyadari hal itu, dia bisa merasa rona merah kembali menghiasi wajahnya.

"Sebentar, aku akan ke ruangan Yeonhab dahulu, ada yang harus aku ambil, kau tak apa ditinggal?" tanya Suga pada Kyungsoo, bangkit dari kursinya.

"Tentu saja," jawab Kyungsoo.

"Aku bisa menemaninya sementara," kata Kai, membuat rona merah semakin jelas di wajah Kyungsoo.

Kemudian Suga pun pergi, sementara Kai berjalan memutari meja dan duduk di kursi tempat tadi Suga duduk.

"Wajahmu nampak semakin sayu. Kau tidak tidur semalam?" tanya Kai mengamati wajah Kyungsoo.

"Aku hanya tidur kurang dari dua jam. Ini saja aku mengantuk sekali sebenarnya," kata Kyungsoo, yang dengan malas-malas memasukan tumpukan kertas lain ke dalam sebuah map.

"Memang kenapa kau tidak tidur? Apa kau memikirkanku?" tanya Kai dengan tatapan menggoda.

"Kenapa aku harus memikirkanmu?" kata Kyungsoo, yang terlihat jelas tak bisa menyembunyikan salah tingkahnya.

Kai hanya tertawa melihat Kyungsoo seperti itu. Mendengar Kai tertawa begitu sungguh merupakan hal yang agak ganjil bagi Kyungsoo. Selama ini Kai, tampak tak mungkin untuk bersosialiasi dengan baik dengan dirinya, atau bahkan tertawa lepas seperti itu. Pandangan Kyungsoo tentang Kai selama ini benar-benar berubah. Dia bisa merasa Kai adalah orang yang berbeda dan mengasyikan, terlebih setelah dia menyatakan perasaannya pada Kyungsoo.

"Ngomong-ngomong, apa yang kau rasakan setelah malam kemarin?" tanya Kai.

"Apa yang aku rasakan?" Kyungsoo balik bertanya, yang diberi anggukan cepat oleh Kai, "aku tak tahu harus mengatakan apa," kata Kyungsoo dengan wajah kembali merona.

"Aku bisa melakukannya lagi disini sekarang jika kau mau."

"Ya! Kau gila!" sergah Kyungsoo menatap galak, dan Kai langsung tertawa lagi melihat ekspresi kaget dan panik Kyungsoo.

"Aku hanya bercanda," katanya terkikik geli, "dan bagaimana kelanjutannya?"

"Kelanjutan apa?" tanya Kyungsoo tak mengerti.

Kai lalu mendekatkan kepalanya dan berbisik di telinga Kyungsoo, "kelanjutan kita."

Kyungsoo mengerungkan keningnya, tak mengerti. Wajah bingungnya membuat Kai terkekeh gemas. Melihat kebingungan Kyungsoo itu, Kai hanya berdecak dan menggelengkan kepalanya. Dia berpikir kalau laki-laki bermata bulat disampingnya ini kelewat polos sekali kelihatannya, dan mencoba menganggap wajar karena dia tahu kalau laki-laki mungil ini belum pernah menjalin hubungan apapun dengan siapapun.

"Sudahlah, tak usah kau pikirkan," kata Kai.

"Aku memang tak mengerti maksudmu. Bisakah kau berkata hal yang mudah kumengerti saja?" Kyungsoo menggaruk sisi dahinya dengan mata membulat.

Kai melirik dengan tatapan mencela, "kau ini memang tak mengerti maksudku tadi?" tanyanya, yang dijawab Kyungsoo dengan gelengan kepala.

"Ya sudah, nanti saja kita lanjutkan tentang itu," kata Kai, terlihat agak kecewa.

"Kenapa kau tidak menjelaskan saja maksud pertanyaanmu itu? Kau membuat aku nampak bodoh sekali," cela Kyungsoo kesal.

Sekali lagi ekspresi Kyungsoo itu membuat Kai tertawa. Belum sempat memberi respon apa-apa, seorang laki-laki jangkung dengan pakaian jersey basket lengkap, berjalan menghampiri meja dimana mereka berdua berada. Melihat orang yang datang membuat Kyungsoo sedikit terperangah, sementara senyum memudar di wajah Kai, yang langsung kembali ekspresinya berubah dingin.

"Apa lapangan sudah disiapkan?" tanya Sehun dengan ekspresi datar.

"Sudah, sunbae, dan kalian boleh langsung masuk ke ruang ganti sekarang," kata Kyungsoo, yang mendadak menjadi seperti orang yang tidak fokus, sambil mengecek kertas-kertas di depannya.

Sehun kemudian mengambil kertas yang berisi daftar pemain yang ada di meja di hadapan Kyungsoo dan mengamati isinya. Namun ia juga terlihat tidak sepenuhnya fokus membacanya, karena sesekali matanya terlihat mengerling pada Kyungsoo.

Kyungsoo sendiri jadi merasa canggung dengan situasi saat itu, karena tepat disebelahnya juga Kai dengan tampang dinginnya membuang muka dan memilih mengamati spanduk di atas pintu masuk disamping meja.

"Aku sejak tadi mencari Park Chanyeol. Bisakah kau mencarinya? Sejak pagi aku tak bisa menghubunginya," kata Sehun, yang tentunya berkata pada Kai.

Kai tak bergeming. Melihat tak ada respon apapun, Sehun memalingkan wajahnya pada Kai sambil berkata pendek, "Kim Jongin?" dengan nada yang dalam.

Karena tak bisa membantah, ditambah Sehun-lah kapten tim basketnya, Kai sambil mendengus pelan bangkit dari kursinya, "mungkin dia ada di ruang musik, aku akan mencarinya."

Kemudian Kai menoleh pada Kyungsoo, yang sejak tadi hanya diam membeku, "sampai jumpa," katanya, yang tanpa menunggu jawaban dari Kyungsoo atau respon lain dari Sehun, langsung berbalik dan berjalan pergi. Kyungsoo bisa melihat ada ekspresi seperti tak rela di wajah Kai ketika pergi.

Kini hanya tinggal Kyungsoo dan Sehun. Kyungsoo hanya menunduk diam tak berani menatap wajah Sehun yang, sejak Kai pergi, kini memandang pada laki-laki bermata bulat di hadapannya. Kyungsoo bingung dan tak tahu harus mengajak ngobrol atau apa. Pertemuan terakhirnya dengan Sehun bukanlah sesuatu yang bagus menurutnya.

Memang pada malam terakhir pertemuan mereka berdua Sehun sudah menyatakan perasaan sukanya pada Kyungsoo. Tapi Kyungsoo tidak memberi respon dan lebih memilih pergi meninggalkan Sehun setelah memintanya untuk tidak meninggalkan Sulli.

Mengingat yang terjadi malam itu, membuat Kyungsoo tiba-tiba merasa gundah sekarang, apalagi Sehun tepat berada didepannya. Biasanya kenyamanan yang ia rasakan ketika bersama Sehun, dan membuatnya bahkan tak bisa berhenti bergelut dengan perasaan aneh dalam hatinya, rasa senang ketika bisa mengobrol dengannya. Namun kali ini berbeda. Saat ini Kyungsoo tak tahu harus bagaimana, ditambah jantungnya mendadak berdegup tak karuan lagi.

"Bagaimana kabarmu?" tanya Sehun, memulai pembicaraan.

"Baik, sunbae," jawab Kyungsoo singkat, "dan bagaimana kabarmu?"

"Tidak begitu baik," jawab Sehun. Mendengar itu Kyungsoo merasa ada sentilan kecil di perutnya.

"Kenapa? Kau sedang sakit, sunbae?"

"Ani. Hanya perasaanku saja yang kurang baik."

Jawaban Sehun yang datar dan terkesan sedikit dingin membuat Kyungsoo semakin canggung. Dia merasa seperti bukan bicara pada Sehun yang ia kenal.

"Aku...aku tak tahu kalau kau captain basket," Kyungsoo mencoba bertanya untuk mengalihkan kecanggungan, "semoga sukses untuk kalian semua," katanya.

Tak ada jawaban dari Sehun membuat Kyungsoo merasa malah semakin salah tingkah. Saat ia memilih mencari kesibukan dengan membereskan beberapa kertas di meja yang sebenarnya sudah rapi, tiba-tiba Sehun berkata dalam bisikan.

"Aku merindukanmu."

Kyungsoo mendadak menghentikan apa yang sedang dikerjakannya. Sebuah bulir keringat mengalir di pelipisnya mendengar itu. Lalu ia dengan perlahan mencoba memberanikan diri memalingkan wajahnya ke arah Sehun, dan dia tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Seorang Oh Sehun menundukkan kepalanya dan ekspresinya terlihat sedih. Ini kali pertama Kyungsoo melihat wajah laki-laki jangkung berkulit pucat yang biasanya berseri-seri, tampan dan penuh dengan kharisma, namun saat ini laki-laki yang dikaguminya ini terlihat semrawut sekali.

"Aku merindukanmu, Do Kyungsoo," perlahan Sehun mengangkat kepalanya, "kumohon, jangan lakukan ini padaku."

Kyungsoo tak tahu harus berkata apa. Mulutnya memang membuka, tapi tak ada sepatah katapun keluar. Memang ia tak menyangka jika Sehun akan berkata seperti itu. Sesungguhnya ada perasaan istimewa tersendiri untuk Kyungsoo mendengar hal itu dari orang yang dia suka. Tapi, ada perasaan lain, yang mulai berkecamuk di dadanya, membuat ia hanya bisa diam tanpa memberi respon apapun menanggapi kalimat yang baru diucapkan Sehun. Meski begitu, tak lama setelahnya, Kyungsoo tahu harus mengatakan apa.

"Gomawo, sunbae. Tapi aku sudah pernah mengatakan padamu. Mianhae, aku belum merubah apa yang pernah aku sampaikan," kata Kyungsoo. Dia bisa merasakan ada sentilan ringan di perut saat berkata itu.

"Kenapa?" tanya Sehun dalam bisikan, "kenapa harus Sulli?"

"Seharusnya kau bertanya pada dirimu sendiri, kenapa kau bisa suka dan rindu padaku, disaat hubunganmu dengan kekasihmu begitu indah. Kau tak harus memilihku, karena itu tidak wajar," kata Kyungsoo, yang sudah tak perlu berjengit lagi saat harus mengatakan 'tak wajar' seperti biasanya.

Dia sudah memahami kalau perasaannya pada Sehun ini jelas diluar sebuah hubungan yang wajar. Namun demikian, dia tak ingin lebih sering bergelut dengan perasaannya yang memihak atau berontak terhadap perasaannya yang aneh ini. Entah kenapa, walau membencinya, tapi Kyungsoo setuju dengan yang pernah dikatakan Kris saat tempo hari mereka berdua bertemu di taman kota.

"Kenapa kau bisa beranggapan jika hubunganku begitu indah dengannya?" tanya Sehun lagi.

"Aku tidak beranggapan. Tapi aku tahu, kalau Sulli sangat mencintaimu," jawab Kyungsoo pelan, nyaris seperti dalam bisikan.

Sehun menghela nafas panjang.

"Apa ada orang selain Sulli?" tanyanya.

Kyungsoo tidak menjawab. Kepalanya tertunduk sedikit saat mencerna pertanyaan Sehun. Dia bukan tidak mengerti maksud pertanyaan itu, tapi memikirkan apa jawaban tepat untuk menjawabnya.

"Kalian harus segera bertanding sebentar lagi. Lebih baik bersiap-siap. Aku tak mau apa yang kita bicarakan ini menganggu konsentrasimu, sunbae," kata Kyungsoo.

Mungkin bukan itu jawaban yang Sehun harapkan, tapi ekspresinya berkata kalau yang baru saja diucapkan Kyungsoo benar.

"Aku tidak akan lupa. Aku menunggu jawabanmu," katanya singkat. Saat akan berbalik, Kyungsoo berkata sesuatu yang membuatnya kembali berpaling.

"Haeng-un-eul bibnida, sunbae."

Sehun nampak sedikit terkejut mendengar Kyungsoo memberi kalimat penyemangat untuknya. Senyum mengembang di wajahnya sambil berkata, "Gomawo, Kyungsoo-ya."

Kemudian Sehun pergi ke pintu masuk dan menghilang. Sementara itu, Kyungsoo hanya berdiri terpaku, kembali dengan wajah tertunduk. Ada sesuatu dalam pikirannya yang mendadak membuatnya gundah.

Saat masih sibuk dengan pikirannya, ponselnya yang berada di atas meja berbunyi. Ada nama Baekhyun disana.

"Yeoboseyo," sapa Kyungsoo lemah.

"Kau sedang dimana?" terdengar suara Baekhyun tergesa-gesa diujung telepon, "kau harus segera kemari, Kai dan Chanyeol sedang berkelahi."

"Berkelahi dimana?" tanya Kyungsoo yang mendadak panik.

"Halaman belakang Gedung Picasso. Tak jauh dari lapangan sepakbola."

Tanpa berkata apa-apa lagi, Kyungsoo segera berlari meninggalkan meja.

"Aku titip sebentar," katanya saat berpapasan dengan Suga tak jauh dari meja, dan tak menjawab saat Suga bertanya kemana dia mau pergi.

Langsung saja Kyungsoo panik dan cemas sekali mendengar apa yang baru disampaikan Baekhyun. Apa lagi sekarang yang menyebabkan mereka berdua berkelahi, katanya dalam hati, saat berlari melewati lorong-lorong kelas, ke arah gedung paling belakang kampus.

Setelah berbelok di lorong terakhir, Kyungsoo bisa melihat ada kerumunan orang berkumpul dekat dengan sebuah pohon besar. Ketika sudah dekat, Kyungsoo menyeruak diantara kerumunan dan bisa melihat beberapa orang sedang mencoba memisahkan dua orang yang memang terlihat masih berusaha memukul satu sama lain.

Kai, yang ujung bibirnya berdarah, berusaha dipisahkan oleh dua orang dengan jersey basket, dan Chanyeol yang masih mencoba berontak saat dipegangi dua orang lain. Ada beberapa luka lebam juga di wajahnya.

"Minggir! Urusanku belum selesai dengannya," kata Chanyeol keras, "kau pengkhianat!" teriaknya.

"Lepaskan aku! Biar aku menghajarnya lagi," kata Kai memberontak namun pegangan kedua temannya terlalu ketat.

Chanyeol berhasil melepaskan diri dan langsung berlari menghambur ke arah Kai. Dia mendorong Kai hingga terjatuh bersama dengan orang-orang yang memeganginya tadi. Chanyeol yang berada diatas Kai, berusaha melayangkan pukulan, yang berhasil dihindari Kai, sementara itu Kai berhasil meninju wajah Chanyeol membuatnya tersungkur. Kini Kai yang berada diatas Chanyeol dan bersiap dengan ancang-ancang untuk kembali memukul.

"Kau harus disadarkan. Kau gila!" teriak Kai. Kyungsoo segera berlari menghampiri dan menahan tangan Kai saat akan mendaratkan lagi pukulan ke wajah Chanyeol yang sudah memar-memar penuh luka.

"Jongin, sudah hentikan!" kata Kyungsoo, "jangan pukul dia lagi," dia dan dua orang tadi menarik Kai kembali.

Sementara kali ini tiga orang yang membantu mengangkat Chanyeol dan memeganginya. Wajah keduanya sudah penuh luka lebam, dengan dada naik turun dan nafas tersengal. Mata mereka memancarkan ekspresi kebencian.

Tak lama, beberapa orang datang lagi menghampiri kerumunan. Diantara orang-orang yang baru datang ada Suho disana. Dia mengamati satu persatu mulai dari Chanyeol lalu beralih pada Kai. Suasana ramai pun mendadak berubah menjadi hening.

"Memalukan," kata Suho dengan wajah murka.

Kyungsoo yang sudah terbiasa dengan wajah dan tatapan mata menyejukkan dari seorang penuh wibawa seperti Suho, dibuat terkejut dan agak takut melihat kali ini presiden Yeonhab itu menatap lekat-lekat kedua orang yang terlibat perkelahian dengan tatapan mengerikan, "apa yang ada dalam pikiran kalian? Bagaimana kalau mahasiswa kampus lain melihat hal memalukan seperti ini?" tambahnya.

Baik Chanyeol maupun Kai sudah tidak berusaha berontak lagi. Namun begitu, mereka berdua masih terengah-engah saat melihat ke arah Suho dan beberapa orang yang baru datang.

"Kalian berdua diskors dan tidak akan bisa mengikuti semua pertandingan apapun selama Campus Solidarity. Sekarang kalian berdua ikut aku," kata Suho, dengan nada tajam, "dan semua orang bubar!" tambahnya pada kerumunan orang.

Suho lalu memberi isyarat pada Kai dan Chanyeol untuk mengikutinya. Chanyeol melirik sekilas pada Kai dan Kyungsoo, lalu dengan langkah enggan berjalan mendekat pada Suho. Kai mengelap bekas darah di ujung bibirnya, lalu berbisik pada Kyungsoo.

"Tunggu aku," kemudian dia pun berjalan mengikuti Suho dan Chanyeol yang sudah berjalan terlebih dulu, diikuti beberapa orang yang sepertinya panitia bagian keamanan dan anggota lain Yeonhab.

Orang-orang pun menuruti perintah Suho dengan segera membubarkan diri. Baekhyun yang sejak tadi berada di bagian lain kerumunan, berjalan menghampiri Kyungsoo.

"Bagaimana mereka berdua bisa berkelahi?" tanya Kyungsoo tampak tak sabar ingin bertanya pada Baekhyun.

"Aku tak tahu apa persis penyebab perkelahian mereka. Aku dan tim sepakbola sedang berjalan ke lapangan, saat tak sengaja dari jauh melihat mereka berdua. Tak lama setelah itu mereka saling memukul dan mulai berkelahi," jelas Baekhyun, "orang-orang yang melihatpun segera berlari datang mencoba melerai."

Kyungsoo lalu memandang ke arah Kai tadi berjalan pergi. Ada ekspresi cemas dan khawatir di wajahnya seketika.

"Hey," Baekhyun memegang bahu Kyungsoo, "apa ini ada hubungannya denganmu?"

Mendengar pertanyaan Baekhyun membuat Kyungsoo sedikit terkejut. Dia tak menjawab, hanya kembali berpaling ke arah tadi kerumunan orang, termasuk Kai dan Chanyeol, menghilang di belokan lorong diujung.

*

Menurut Kai, setelah ia dan Chanyeol selesai mendapat berbagai luapan amarah Suho di ruangan Yeonhab, Chanyeol segera meninggalkan ruangan tanpa bicara apapun pada Kai. Kyungsoo, yang menunggu di depan ruang Yeonhab bersama Baekhyun saat Chanyeol keluar, pun tidak sempat berkata apa-apa karena Chanyeol seolah tak melihatnya dan buru-buru segera pergi.

Melihat itu, Kyungsoo merasa sedikit cemas dengan kondisi Chanyeol yang masih harus mengkonsumsi obat anti depresan karena ketidakstabilan emosinya. Dia hendak berlari mengejar Chanyeol, namun Baekhyun menahannya.

"Biarkan dia sendiri," katanya singkat.

Kyungsoo pun menuruti perkataan sahabatnya. Dan Kai menyusul keluar dari ruangan tak lama setelah itu. Kyungsoo lalu mengantar Kai ke ruang kesehatan sementara Baekhyun karena harus segera bertanding, berpisah dengan mereka berdua di lantai satu Gedung Einstein dan berlari ke arah lapangan sepakbola dan meminta Kyungsoo mengabarinya jika ada apa-apa.

"Dasar anak muda zaman sekarang. Emosi kalian begitu tidak stabil," kata Mrs Yoona, seorang perawat cantik di klinik kesehatan kampus, ketika mengobati luka-luka di wajah Kai.

"Ouch!" ringis Kai saat Mrs Yoona terlalu keras menekan kapas ke bagian yang terluka.

"Sakit, hah? Lain kali berpikir dahulu sebelum berkelahi," kata Mrs Yoona menyimpan kapas ketiga ke dalam sebuah wadah.

Kyungsoo hanya bisa tersenyum melihat Kai yang mendelik sebal kepada Mrs Yoona karena terus mengomelinya. Lalu Mrs Yoona menyodorkan sebuah gelas berisi cairan berwarna hijau. Kai mengira itu teh hijau seperti yang pernah diberikan Kyungsoo tempo hari saat ia luka-luka juga. Ketika mencerupnya sedikit, langsung saja dia menyemburkan minuman itu lagi setelahnya dan memasang wajah masam, membuat Kyungsoo terkejut.

"Apa ini?" tanya Kai menjauhkan gelasnya, dengan ekspresi seperti habis menelan sesuatu yang sangat pahit.

"Apa yang kau pikirkan? Jus mangga? Ini ramuan agar lukamu cepat pulih," kata Mrs Yoona mendorong gelas itu kembali ke arah Kai.

"Ini tidak enak."

"Sejak kapan ramuan obat itu enak?"

Karena tak mau berdebat lebih lanjut, dengan terpaksa Kai meminum ramuan itu pelan-pelan sambil menutup matanya. Ekpresi Kai itu sukses membuat Kyungsoo mendengus menahan tawa.

"Jika sudah merasa lebih baik, kalian boleh pergi," kata Mrs Yoona berjalan ke ruangan lain di samping.

Kai meletakkan gelas yang sudah habis ke meja disampingnya, masih dengan wajah masam. Kyungsoo lalu berjalan menghampiri. Banyak sekali pertanyaan di kepalanya yang ingin segera ia ajukan. Kai sadar saat melihat wajah Kyungsoo yang penasaran dan penuh tanda tanya.

"Kau pasti mau bertanya kenapa aku dan Chanyeol berkelahi," kata Kai menebak.

"Kau setengah cenayang rupanya. Dan sekarang aku memang ingin menanyakan hal itu," kata Kyungsoo.

Kai menghela nafad sesaat, dan mulai bercerita.

"Aku sendiri sebenarnya tak hapal persis. Saat aku menemuinya di halaman belakang, belum sempat aku mengatakan apa-apa, tiba-tiba dia mendekat dan langsung menyerangku."

"Tak mungkin," kata Kyungsoo tak percaya.

"Iya tapi begitulah keadaannya. Aku bahkan tak sempat menanyakan kenapa tiba-tiba dia menyerangku. Tapi dia terus-terusan mengatakan kalau aku pengkhianat, aku sendiri tak tahu apa maksudnya," tandas Kai, "aku tentu tak bisa diam saja dipukulinya, maka aku melawan dan berbalik menyerang."

"Pengkhianat? Apa maksudnya itu?" Bisik Kyungsoo tak mengerti.

Kai menggeleng dan mengangkat bahunya, "mungkin karena kau."

"Aku? Kenapa aku?" tanya Kyungsoo heran.

"Entahlah. Mungkin dia tak suka saat tahu aku suka padamu."

Mulut Kyungsoo menganga tak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan Kai.

"Darimana Chanyeol tahu kalau kau..."

"Suka padamu?" potong Kai, "tadi pagi dia mengirim pesan Line padaku dan menanyakan apa aku yang mengantarmu pulang tadi malam. Dan aku mengatakan benar. Lalu tak ada balasan lain dari Chanyeol."

"Tapi bagaimana bisa hanya dengan begitu Chanyeol bisa tahu?"

"Dia sudah pernah menebak saat aku mengantarmu pulang tempo hari. Malam dimana aku mengajakmu ke Namsan Tower."

"Benarkah?" tanya Kyungsoo dalam bisikan. Jika benar demikian, sebenarnya Chanyeol sudah tahu lebih dulu kalau Kai suka padanya. Hanya dia tidak pernah menyampaikan sendiri kepada Kyungsoo tentang hal itu.

"Apa kau tidak menyadari kalau Chanyeol juga suka padamu?" tanya Kai, membuat Kyungsoo kembali terkejut mendengarnya.

"Apa? Itu... Tak mungkin," kata Kyungsoo terperangah.

Kai mendengus sambil tersenyum dan sedikit menggelang lagi. Dia lalu mengusap puncak kepala Kyungsoo, "kau memang tak peka ya jika ada orang yang suka padamu. Kau tak bisa merasakannya," katanya. Yang dilakukan Kai membuat wajah Kyungsoo merah padam.

"Terbukti orang harus berkata suka dulu padamu baru kau tahu apa yang mereka rasakan."

"Mereka?" tanya Kyungoo bingung, "kau berkata demikian seolah banyak sekali orang yang suka padaku."

"Benar kan ucapanku," Kai mengangkat kedua alisnya, "Sehun, Chanyeol, aku, apa ada yang lain lagi?" katanya.

Kyungsoo hanya diam. Dalam hati dia bertanya, benarkah dia tidak peka dan sensitif terhadap yang orang lain rasakan padanya. Apa yang disampaikan Kai barusan memang menyadarkan dia sendiri kalau dirinya mungkin memang tidak ada kepekaan terhadap perasaan orang lain. Tapi terkadang dia sendiri yang akhirnya harus bergulat dengan perasaannya sendiri ketika ingin mengetahui bagaimana perasaan orang lain kepadanya.

"Sudahlah. Tak usah kau ambil pusing," kata Kai, bisa membaca wajah kebingungan Kyungsoo, "kau masih harus bekerja kan?"

Kyungsoo menjawab dengan mengangguk singkat.

"Aku akan menunggu di kantin kalau begitu," kata Kai turun dari tempat tidur.

"Kau mau menungguku?" tanya Kyungsoo, "aku mungkin baru akan beres sore atau malam hari. Dan ngomong-ngomong, kau..." tiba-tiba Kyungsoo menghentikan ucapannya. Ada suatu hal yang ingin ia sampaikan, tapi entah kenapa sulit sekali untuk dikatakan, seolah mendadak tenggorokannya terasa kering sekali membuatnya kesulitan bicara.

Kai mengangat sebelah alisnya, "ya?".

Rona merah kembali menghiasi pipi Kyungsoo dan ia memilih menunduk saat menyadari rasa panas di wajahnya, "aniyo, tidak apa-apa."

Menyadari ada yang disembunyikan, Kai meraih dagu Kyungsoo dan mengangkatnya membuat wajahnya kini menengadah pada wajah Kai.

"Ada yang ingin kau katakan?" tanya Kai. Matanya yang tajam menatap dalam ke mata bulat Kyungsoo.

"Err...aku ..." Kyungsoo memutar matanya, mencoba mencari kata yang cocok untuk diucapkan, "kenapa kau mau menungguku? Aku...kan...bukan siapa-siapa," katanya dengan nada sedikit ragu-ragu.

Meski tampak sedikit terkejut dengan yang baru saja Kyungsoo katakan, namun Kai tersenyum setelah mendengar itu. Dia lalu melingkarkan tangannya ke pinggang Kyungsoo membuat matanya membulat kaget, menarik tubuh mungil itu lalu mendekatkan wajahnya dan mencium bibir berbentuk love-nya.

Kyungsoo yang terkejut menerima perlakuan tiba-tiba Kai, sedikit meronta saat dengan lembut Kai menciumnya.

"Hmmpph...Jong....in..le...lepass...." gumam Kyungsoo, namun pegangan Kai terlalu ketat membuat usaha melepaskan dirinya terasa sia-sia.

Tak lama, Kai pun melepas ciumannya, dan dengan seringai puas memandang wajah Kyungsoo yang sudah merah padam itu.

"Kau gila! Bagaimana kalau Mrs Yoona melihatnya," kata Kyungsoo marah dalam bisikan.

"Aku tak peduli. Yang penting sekarang aku sudah membuktikan kalau kau adalah siapa-siapa sekarang," kata Kai.

"Maksudmu? Aku tak mengerti?"

Kai menghela nafas panjang. Belum lima menit lalu laki-laki mungil bermata bulat di depannya ini mengatakan sesuatu tentang dirinya yang bukan siapa-siapa. Setelah mendapatkan jawaban, kini laki-laki itu sendiri yang tidak mengerti maksudnya. Rasanya Kai menyadari kalau dirinya masih harus banyak memaklumi anak ini yang memang polos sekali.

"Sudah, ayo pergi dari sini. Kau kembali lah ke meja mu, nanti kau menjadi korban kemarahan Suho selanjutnya jika meninggalkan pos-mu. Aku akan menunggu di kantin, oke?"

"Daripada kau menunggu di kantin, kau boleh menunggu di apartemen-ku jika kau mau," kata Kyungsoo.

Ide ini memang agak aneh. Orang yang Kyungsoo percaya selama ini untuk masuk ke apartemennya jika dia sedang tak ada hanya Baekhyun dan Bibi Ann saja. Tapi baru saja Kyungsoo berpikir jika Kai memang ingin menunggunya hingga beres mengerjakan pekerjaan sebagai panitia Campus Solidarity, dia merasa kasihan pada Kai jika harus menunggu di kantin. Rasanya tidak masalah jika mengizinkan lelaki berkulit tan ini menunggu di apartemen.

"Memang tak apa-apa?" tanya Kai ragu.

"Tak apa. Setidaknya kau bisa tidur di kamarku, atau menonton TV. Tapi jangan kau membuat berantakan kamarku," kata Kyungsoo galak, sukses membuat Kai terkekeh.

"Baiklah, jika kau tidak keberatan. Gomawo."

Mereka berdua pun berjalan beriringan ke ruangan samping tempat tadi Mrs Yoona masuk, meminta diri sambil mengangguk sopan dan mengucapkan terima kasih, lalu berjalan keluar dari klinik kesehatan.

[TBC...]

*

下一章