webnovel

Love Uncle

作者: Biru_Blerina
青春言情
連載 · 11.8K 流覽
  • 2 章
    內容
  • 評分
  • N/A
    鼎力相助
摘要

Rhesa Alana Hanggini, gadis yang terkenal dengan sikap buruknya dan juga dengan berbagai macam jenis kenakalannya. Hidupnya selalu berporos pada seorang pemuda bernama Aksara Kalandra, mantan terindah yang kini menjadi kekasih saudari kembarnya sendiri. Tapi, disisi lain dia memiliki seorang sahabat yang begitu peduli dengannya. Zora Anindita, dan Jonathan Satria Bigantara. Pemuda yang memiliki pangkat yang sama dengan Alana disekolah, jika dilihat mereka berdua sangat cocok sebagai pasangan kekasih. Terlalu mesra untuk dikatakan sebagai sahabat. Sampai suatu hari, Jonathan ketua geng terkenal di angkatan SMA satu kotamadya tersebut menyatakan perasaannya pada Alana. Semuanya menjadi lebih rumit dalam hidup gadis berdarah blasteran Swedia tersebut, Alana harus menerima jika pada kenyataannya dia juga jatuh cinta dengan sahabatnya sendiri. Berkat dukungan dari Zora, dan Aluna. Gadis tersebut menerima Jonathan sebagai kekasihnya, menghapus bayang-bayang Aksara yang terlalu membekas.

標籤
6 標籤
Chapter 1Prolog

Bagi mereka, aku seperti sebuah kenangan

Terlalu indah untuk dilupakan

Terlalu sakit untuk dikenangan

~Rhesa Alana Hanggini

______________________________

Aku melihatnya sedang melamun disalah satu bangku taman sekolah yang mulai lapuk, telinganya tersumpal oleh sebuah earphone putih yang sepertinya mengalunkan lagu yang indah. Jangan salahkan aku, jika saat ini aku terpesona akan senyuman tipis yang kebetulan terpatri disana.

Aksara Kalandra, aku tahu nama lengkapnya dari mading sekolah yang selalu up to date tentang cerita-cerita di SMA Persada. Dia teman satu angkatan ku, kekasih saudari kembarku, dan juga mantan terindah yang masih belum berhasil ku lupakan.

"Aksa!" begitulah dia disapa oleh gadis berambut panjang berwarna pirang sepunggung yang selalu dibiarkan tergerai itu, dia berjalan menghampirinya sambil menerbitkan sebuah senyuman. Lengkungan bibirnya indah seperti mentari, begitu menghangatkan dan mungkin saja senyuman itu yang mampu mencairkan bongkahan es batu dalam diri Aksara. 

Lihatlah! Bagaimana pemuda tampan itu bisa membalas senyuman lebarnya, lalu tangan hangat miliknya yang saat ini tengah mengelus rambut panjang nan halus milik gadis itu. Sungguh, aku ingin menjadi Aluna. Sekalipun, sejak pertama kali aku menghembuskan napas pertama kalinya, aku memang telah menjadi dirinya yang lain. Gadis itu, saudari kembarku.

Aku sama sekali tidak mengalihkan pandangan mata kenari ini, mata yang sering mengeluarkan lelehan kristal dan mata yang menjadi saksi semua tentang cerita tentang hubungan masa lalu yang kandas diujung jalan.

"Alana! Gila lo ya, gue cariin lo kemana-mana ternyata disini" Yah, namaku Alana. Lebih tepatnya, Rhesa Alana Hanggini.

Aku nyengir kuda, merasa tidak bersalah telah merepotkan Zora. Sahabatku di SMA Persada, dia tampak kesal denganku. Gadis cantik berkacamata namun, dia bukanlah seorang nerd seperti didalam sebuah cerita novel. Zora lebih dari seorang most wanted, salah satu gadis populer yang sering mendapatkan prestasi luar biasa. Pengecualian dalam pertemanan, dia lebih memilih gadis biasa sepertiku.

"Sorry deh, jadi ikutan ekskul modelling?"

Tanyaku padanya, Zora mengangguk antusias. Sesuai dengan wajah, dan body goals nya. Sangat disayangkan jika Zora tidak bergabung dalam ekskul modelling, yang menjadi lahan prestasi gadis cantik di SMA Persada. Tidak sepertiku yang malas, jika bukan karena menuruti keinginan mama tidak akan pernah ku sentuh lembaran formulir pendaftaran ekskul modelling. "Lo sendiri gimana, Al?"

"Gue ikutlah, tapi jujur males banget" kataku sambil menarik tangannya pergi dari taman belakang sekolah, kami berjalan melewati koridor kelas yang sudah sepi. Maklum, jam pulang sekolah seperti ini apalagi hari jum'at ketika kelas dibubarkan lebih awal dan hanya ada ekskul modelling dan ekskul pramuka wajib untuk kelas sepuluh.

"Lo tadi ngintipin Aksara sama Aluna lagi?"

Aku menggedikan bahu santai, tapi senyuman dibibirku tidak pernah luntur. Bisa dibayangkan bukan? Bagaimana perasaanku melihat orang yang ku suka, bahagia tentu saja. Walaupun, dia adalah kekasih dari Aluna–saudari kembarku yang lahir lebih dulu dan mengambil semua gen baik dari papa dan mama, kecuali mata indah ber-iris hazel yang mirip sekali dengan sepasang mata mama.

Sekalipun wajah kami seperti sebuah benda yang sama, namun aku berbeda dengan Aluna yang mendapatkan segalanya. Aluna seperti sebuah magnet yang mampu menarik apapun didekatnya, dan seakan memiliki medan yang bertolak belakang dariku. Jika Aluna menjadi siswi terbaik, tercantik, aku sebaliknya.

"Yang dulu sok-sokan mutusin dia, terus sekarang gagal move on dong. Udah deh, entar bintitan mata lo. Tiap hari ngintipin orang pacaran mulu"

"Lo salah makan ya? Gila aja, Aksara itu cintanya sama Luna dan begitupun sebaliknya. Kalo gue masih keras kepala buat pertahanin Aksara, yang ada ngesek tiap hari lah"

Zora tertawa, "Makanya lo sama Nathan aja sih" Aku memutar bola mataku malas, selalu saja Nathan atau pemuda yang kerap ku sapa Jonah. Pemuda yang sering menjadi sorotan disekolah, karena kenakalannya. Apalagi Jonah, adalah seorang ketua geng terkenal yang para anggotanya rata-rata bertubuh tinggi dan atletis. Namun, berkelakuan seperti Jonah kecuali, Aksara tentunya. Membolos kelas, tidak mengerjakan tugas, merokok didalam bilik toilet ataupun di rooftop sekolah susah seperti sebuah tugas utama Jonah dan gengnya.

"Kalo gue sama Jonah, keturunan gue auto jadi badchildren semua! Apalagi kayak dia semuanya, gue mati muda Zora!" Sudut mataku menangkap jika orang yang sedang kami bicarakan sudah muncul dari belokan koridor.

"Jonah lagi, Jonah lagi"

"Kenapa manggil nama gue? Kangen ya?"

Kami terkekeh geli, dia sudah seperti setan, tiba-tiba sudah berada dibelakang kami. Begitu dia datang, dan merangkul pundak kecilku, bau asap rokok seketika menguar dihidungku.

"Ish, lo habis ngerokok ya?"

Aku langsung menjauh, bukan karena aku benci dengan rokok. Hanya saja, sedang malas berurusan dengan guru BP atau ajudannya disetiap kelas. "Slow aja kali Lan, nanti gue kasih parfum import deh" 

Jonah kembali meraih tubuhku, pada akhirnya aku menyerah. Membiarkan tubuh jangkung tersebut merangkul bahuku, kami bertiga berjalan bersama memenuhi koridor-koridor sekolah yang sudah sepi.

"Gak sudi gue, habis ini lo latihan gak?" Jonah bergeleng kecil, lalu menuntunku ketempat ekskul modelling.

"Kenapa? Mau ngajakin gue jalan?"

Disampingku, Zora terkikik geli. Apalagi, jika bukan khayalan tingkat dewa otaknya. Tentang Jonah yang jatuh cinta denganku, itu adalah opini yang paling aku tolak. Kenapa? Ya karena aku hanya menyukai Aksara.

" Gak kok cuma nanya!"

"Kirain mau ajak gue jalan, gue sih oke aja"

"Zora apaan deh!" seruku ketika dia, sibuk memotret kebersamaanku dengan Jonah. Terlebih Jonah justru terlihat begitu antusias, memasang pose dan tampang cool ditambah rangkulannya semakin erat. Aku berusaha menyingkirkan tangannya yang berat, dari bahuku.

Sesampainya didepan ruangan yang tak lain adalah ruang ekskul modelling, Jonah berpamitan untuk pergi.

Aku menatap gadis cantik berambut panjang yang sudah duduk bersama teman-temannya, dia Aluna. Hari ini, dan memang sejak tahun lalu dia adalah ketua ekskul modelling. Dia adalah salah satu siswi good-looking, berprestasi dan mahir dalam segala bidang. 

"Al!" Panggilnya sambil menghampiriku, aku hanya menatapnya sekejap. Berlalu mengikuti langkah Zora yang sangat antusias dengan ekskul ini.

Dia berjalan dengan anggun, layaknya seorang model yang tengah berjalan ditengah red carpet. "Al, aku panggilin juga dari tadi!" 

"Kenapa?" tanyaku cuek.

"Kamu gak harus melakukan ini, mama pasti ngerti apa kesukaan kamu!" Aku tidak mendengarkannya, aku mengambil headphone diransel biru tua milikku. Menutup kedua telingaku rapat-rapat, memutar lagu dari Rolling Stone dari Yuki penyanyi Jepang kesukaanku.

Aku terus duduk dipojok tanpa minat untuk melihat ataupun mengikuti ekskul ini, hanya mendaftar lalu mengisi daftar absensi tanpa harus berpartisipasi dengan mereka. Aku benci segala hal yang berhubungan dengan Aluna, kecuali tentang Aksara. 

"Alana!" 

Aku berjengit pelan karena terkejut, di depanku sudah berdiri wanita dewasa bertubuh tinggi semampai dan tentu saja memiliki body goals tak jauh berbeda dengan siswi kesayangannya, Aluna. "Eh, iya bu?" 

"Daripada kamu disini cuma nongkrong tidak jelas, dan berharap memiliki nilai dari ekskul saya. Lebih baik, kamu pulang dan mendaftar ekskul lainnya!" 

Begitu mengatakannya Bu Rumi pergi, aku hanya menatapnya kesal. "Dasar guru galak!" Gumamku lalu segera melesat pergi dari ruangan bak neraka tersebut.

***

你也許也喜歡

Was My Sweet Badboy

WARNING !! [cerita ini hanyalah fiktif belaka, semua setting tempat adalah fiktif! kesamaan nama tokoh, tempat, sekolah maupun scene dalam novel ini adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan!] ------------------------------------------------- Bimo namanya, anak baru pindahan dari Bandung yang tiba-tiba memberiku surat, isinya dia minta izin untuk menyukaiku. hah?! 'kenapa suka aku?' kuputuskan untuk tanya hal ini. lalu dia jawab begini ; 'aku tidak punya alasan, tidak paham juga kenapa bisa suka, hanya mataku tidak bisa berhenti melihat kemanapun kamu pergi, aku tidak bisa menahan senyumku dan rasa senangku kalau sedang dekat denganmu, aku suka lihat kamu ketawa dan tidak senang lihat kamu nangis, aku benci orang-orang yang bikin kamu sedih sampai-sampai ingin ku tendang pantat mereka biar sampai ke pluto, aku mau pegang tanganmu dan bilang pada cowok-cowok yang suka padamu untuk tidak lagi mengganggumu.' ku baca tulisannya yang panjang itu. aku deg-degan, sumpah kalau dia bisa dengar jantungku, itu seperti ada drum band di dalamnya. Dia orang yang unik, dan punya pendekatan berbeda padaku, orang yang percaya diri dengan bagaimana kepribadiannya, tidak kasar, berusaha dengar perkataanku, tapi sebenarnya dia juga adalah orang yang keras pada idealisnya, suka naik gunung bahkan bikin jantungku sering ingin lompat karena khawatir setiap kali dia melakukan hobinya itu. Bimoku... Elangku yang selalu terbang bebas tanpa peduli apapun.. Elangku yang selalu terbang menerjang badai... ini, adalah kisahku saat itu, saat dia bersamaku.. -------------------------------------------- VOLUME 2 : Menggapai kembali Ketika masa lalu menyesak masuk saat kau telah mulai lari darinya. Seseorang yang tetap berdiri di persimpangan hidup mereka. Yang tetap tegak di persimpangan waktumu dengannya. Kini persimpangan itu mempertemukan mereka kembali. Dengan segala keajaiban-keajaiban yang kau kira telah tiada. Dia berusaha menggapaimu sekali lagi. Berlari dari masa lalu, mengejarmu yang telah lama tertatih untuk bisa berdiri di titik ini. Mencoba meraihmu dengan senyumnya lagi. "Kamu masih punya hutang jawaban sama aku." "Apa?" "Yang mau kamu jawab 10 tahun lagi sejak waktu itu." "Hahah, kamu pikir itu masih akan berlaku?" "Tentu! Ray, marry me please ..." POV 3 ---------------------------------- Volume 3 : Langit dan Rindu Kisah si kembar buah hati Bimo dan Raya, akankan kisah mereka semanis kisah remaja kedua orang tuanya? Bagaimana jika Langit Khatulistiwa punya kecenderungan sister complex dan juga tsundere akut terhadap adik kembarnya? Intip yuk ... ---------------------------------------------- [karya ini bergenre romance-komedi, harap bijak dalam membaca, jika sekiranya tidak sesuai selera, silahkan close, gak usah masukin koleksi] [mengandung kata kasar, dan diksi tidak serius dalam penceritaan!] Credit cover : Pinterst cover bukan milik pribadi

MORAN94 · 青春言情
4.9
425 Chs