webnovel

Kemarahan Diego.

"Sampai kapan kau akan mendiamkanku?"

Bukannya menjawan Odie kembali sibuk menatap layar laptopnya, ocehan Diego ia anggap angin yang baru saja melewatinya. Tangan Diego terkepal menahan amarahnya, karena di acuhkan Odie. Ia berjalan mendekat dengan sangat kasar ia menarik lengan Odie agar berdiri dan menghadapnya.

Odie menatap mata tajam Diego, untuk pertama kalinya ia melihat amarah di sana.

"Apa maumu!" bentak Diego yang sudah tak bisa membendung amarahnya.

"Apa maumu juga?" jawab Odie tak mau kalah.

Diego menarik tubuh Odie agar lebih dekat dengannya, dengan sangat kasar ia menarik rambut palsu yang di kenakan Odie sehingga rambut panjangnya terurai. Menampakan kecantikannya meski tanpa make up.

"Kau istriku! Jadi menurutlah!" lagi-lagi Diego membentak Odie.

Odie berusaha melepaskan diri, karena ia tahu jika singa itu sudah marah ujung-ujungnya dialah yang akan menjadi sasaran. Dan jika semua akan berakhir di ranjang. Akan tetapi kemarahan Diego kali ini sangat berbeda, entah mengapa aura kemarah Diego sangat berbeda. Bukankah seharusnya dia bahagia, karena Odie tak menempel terus padanya? Tetapi ada hal yang belum ia sadari.

"Kenapa aku harus menurut?" tanya Odie lirih.

"Kau istriku!"

"Istri karena kesalahan, itu yang pernah kau katakan, dan aku hanyalah sebuah dosa yang kai lakukan malam itu," ujar Odie.

Deg.

Darah Diego seakan berhenti mengalir, nafasnya pun seakan tersangkut di tenggorokan saat mendengar ucapan Odie. Perlahan ia melepaskan cengkramannya pada Odie, ia lupa iika kata-kata itu sudah keluar dari mulutnya.

"Mulai sekarang aku tak akan membatasi kegiatanmu, dan kau bebas menyentuh wanita-wanitamu. Tenang saja, aku masih akan tetap menjalankan kewajibanku," jelas Odie lirih.

"Kau benar, kau hanyalah kesalahanku. Dan terimakasih karena telah membebaskanku dari penjara ini!"

Ucapannya sungguh tak singkron dengan hatinya, ada rasa yang sangat menusuk hatinya mendengar semua ucapan Odie. Dan tanpa ia sadari tanganya kembali mencengkeram kedua lengan Odie. Dengan sangat kasar Diego melepaskan cengkeramannya dan berlalu pergi begitu saja.

"Cepat ikuti Tuan Diego, laporkan semua padaku," Odie langsung menghubungi salah satu anak buah Diego.

Diego meninggalkan kantor tanpa membereskan pekerjaannya. Ia mengendarai mobil dengan kecepatan di atas rata-rata. Kali ia tak bisa mengotrol emosinya.

"Brengsek! Kenapa kau selalu ada di kepalaku?" umpat Diego saat bayangan Odie terlintas di pikirannya.

Diego melajukan mobil menuju surga dunianya, sebuah klub yang selalu menjadi penghilang stres yang ia rasakan. Setelah memarkiran mobil Diego memasuki klub itu dengan santai. Ia tak tahu jika Odie mengirim seseorang untuk memantaunya.

Diego meminta bartender untuk meracikan minuman yang spesial untuknya. Ia benar-benar ingin melupakan masalahnya.

siang telah berganti malam, Diego masih betah berada di sana, seorang wanita yang berpakaian seksi datang menemuinya. Dengan gaya khasnya untuk menggoda calon pelanggannya ia mulai bermanja-manja pada Diego.

"Hai tampan, apa mau aku temani?" wanita itu menawarkan diri dengan tangannya ya g mulai membelai lembut pipi Diego.

"Hai ... sangat boleh. Duduklah," perintah Diego sambil menepuk pahanya untuk di jadikan kursi.

Dengan senang hati si wanita itu duduk di pangkuan Diego, sesekali ia menciumi pipi lelaki yang sedang di penuhi amarah itu. Orang suruhan Odie mulai menyalakan kamera yang sudah di pasang Odie pada kemejanya. Ia sengaja duduk di samping Diego, agar bisa mendengar semua percakapan mereka.

"Kau sudah lama tak kemari? Apa hari ini istrimu sudah mengijinkanmu?" tanya wanita itu, yang masih berusaha membangkitkan gairah Diego.

"Dia hanya istri sementara, kami menikah hanya karena sebuah dosa. Dan sekarang dia sudah tak akan lagi mengurungku," ucap Diego asal.

"Ya Tuhan ... maafkan aku, Nyonya mungkin ini akan sangat menyakitimu," ucap orang suruhan Odie dalam hati.

Diego mulai bermain-main dengan wanita di pangkuannya, ia mulai menautkan bibirnya pada wanita itu. Sang wanita melepaskan ciuman Diego, ia membisikan agar merkeka melanjutkannya di hotel saja. Diego mengangguk, mereka pun pergi menuju hotel yang sudah di pesan sang wanita sebelumnya.

Orang suruhan Odie hanya mampu mengikutinya sampai di depan kamar. Ia pun segera pergi karena Odie menyuruhnya meninggalkan tempat itu.

Tak terasa sebulir air menerobos keluar dari ujung matanya, saat melihat sang suami sekaligus bosnya itu bermesraan dengan wanita lain.

"Apa-apaan ini? Odie ... sadarlah, kau hanyalahn sebuah dosa untuknya. Jangan pernah berharap apapun darinya, bangunlah dari mimpimu Odie," gumamnya lirih, dengan menahan rasa yang mengiris hatinya.

****

Di dalam kamar Diego dan wanita itu mulai melakukan pemanasan. Kecupan demi kecupan Diego berikan, akan tetapi bayangan wanita yang ada di hadapannya adalah Odie. Diego membayangkan sedang mencumbu sang istri, kini keduanya sudah tak mengenakan apapun yang menutupi tubuh mereka.

"Odie ...," ucap Diego di sela-sela aktifitasnya.

Wanita itu takenghiraukan ocehan Diego yang terus memanggil nama Odie, baginya hanya uang yang saja yang berarti. Tak peduli siapa yang di bayangkan lelaki yang kini tengah berada di atasnya. Saat pedang pusakanya sudah siap bertempur, Diego malahenghentikan aktifitasnya. Ia langsung tersadar jika wanita itu bukanlah Odie, saat wanita itu sangat agresif padanya. Diego langsung turun dari ranjang dan mengenakan pakaiannya kembali.

"Ada apa?" tanya wanita itu kebingungan, karena Diego tak jadi menancapkan pedangnya.

Hening, Diego tak menjawab pertanyaan wanita itu. Ia masih berpikir kenapa hal ini bisa terjadi lagi padanya untuk yang kedua kalinya. Kenapa hasrat bercintanya menghilang seketika saat bersama wanita lain. Dan di saat ia mabuk pun masih bisa merasakan rasa yang aneh itu.

"Ada apa?" tanya wanita itu kembali.

Masih tak ada jawaban, wanita itu pun bangkit dan berjalan menghampiri Diego. Ia berdiri di hadapan Diego dengan memamerkan kemolekan tubuhnya. Namun, Diego justru menyuruhnya mengenakan pakaiannya kembali.

"Maaf, pakailah pakaianmu. Dan ini uang untukmu," ucap Diego sambil menyodorkan uang dengan jumlah yanga banyak pada wanita itu sebagai ucapan maaf.

Dengan senang hati wanita itu menerima uang yang di sodorkan Diego. Secepat kilt oa memakai lagi pakaiannya.

"Terimakasih sayng ..., aku pergi dulu," wanit itu melenggang pergi meninggalkan kamar.

Diego berjalan menuju balkon, ia kembali menikmati minuman untuk menghilangkan pertanyaannya yang belum menemukan jawaban. Ia memandang langit yang semakin gelap, bintang pun tak mau menampakan diri. Suasana ini semakin membuat Diego frustrasi.

****

Di kamarnya Odie tak bisa tidur, otaknya sedang berkeliaran membayangkan apa yang sedang di lakukan sang suami dengan wanita itu. Bayanglan saja, wanita mana yang tak berburuk sangka saat melihat suaminya masuk ke sebuah kamar dengan wanita lain. Namun, Odie harus menepis rasa aneh yang mulai memenuhi hatinya itu. Sekali lagi ia harus sadar siapa dia di mata Diego.

Mereka berdua menghabiskan malam di ruang yang berbeda, akan tetapi keduanya saling memikirkan satu sama lain.

Bersambung

下一章