webnovel

Gertakan!

Nyonya Stevany mrmanggil beberapa anak buah putranya.

"Apa yang sebenarnya terjadi? Dimana bos kalian?" Nyonya Stevany mendesak mereka agar memberitahunya akan kebenaran yang terjadi.

Nalurinya sebagai seorang ibu merasa ada hal yang tak beres pada Diego dan Odie. Tanpa melihat ia merasakan nya. Di tambah dari sore i tak melihat putranya, ia juga mendapat laporan jika Diego dari pagi menunjkan wajah yang masam. Dan meninggalkan kantor tanpa pengawalan Odie.

Nyonya Stevany kaget saat melihat lokasi dimana putranya berada sekarang, dari latopnya yang tersambung dengan alat yang di pasang di mobil Diego. Tanpa sepengetahuan putranya ia memasang alat pelacak pada mobil Diego. Darahnya seakan mendidih karena tahu dimana Diego sekarang berada. Apalagi ia tahu jika Odie tak mengikutinya.

"Katakan!" bentak nyonya Stevany.

"Sepertinya mereka bertengkar, Nyonya. Nyonya Odie marah saat Tuan mencoba kabur malam itu. Dan Nyonya juga mendiamkan Tuan, karena itu Tuan marah mereka bertengkar di kantor. Setelah itu Tuan pergi begitu saja," jelas salah satu anak buah Diego.

"Baiklah, kembali ke pekerjaan kalian!"

Semua anak buah Diego keluar setelah sang nyonya menyuruh mereka keluar.

"Dasar! Usia kalian saja yang bertambah, tapi kelakuan dan otak kalian masih seperti anak kecil. Menyelesaukan masalah seperti ini saja tak bisa. Ok, sepertinya aku harus turun tangan agar kalian bisa lebih dewasa,"gumam nyonya Stevany.

****

Langit malam kembali terlihat terang saat sinar mentari mulai menampakan diri di ufuk timur. Baik Diego maupun Odie masih terjaga, semalaman mereka tidak tidur sama sekali.

TOK ... TOK ... TOK.

Ketukan di pintu kamarnya membuat Odie tersadar dari lamunannya. Ia berlari membuka pintu.

"Ibu? Ada apa sepagi ini ibu kemari?" ucap Odie yang terkejut.

"Penerbangan kalian pagi ini, pukul sembilan pagi bersiap-siaplah?" beritahu nyonya Stevany.

"Iya bu," jawab Odie lirih.

Nyonya Stevany meninggalkan kamar putranya setelah melancarkan rencana pertamanya.

Odie duduk di sisi ranjang, dan mulai menghubungi anak buah Diego yang berjaga di sekitar hotel dimana suaminya berada,dan untuk memberitahukan rencana ibu mertuanya.

"Halo Nyonya, Tuan tidak mau pulang," berithu anak buah Diego.

kabar yang tak baik membuat Odie terpaksa harus menjemput sendiri suaminya. Ia segera bergegas ke kamar mandi, setelah siap ia langsung mengendarai motornya menuju hotel dimana suaminya berada.

***

Diego membukakan pintu saat pintu kamarnya di ketuk.

"Ada apa?" tanya Diego lada anak buahnya yang mendatanginya sepagi ini.

"Kata Nyonya Odie, Anda harus pulang pagi ini. Karena Nyonya Stevany sudah mengatur keberangkatan Anda untuk berbulan madu pagi ini," jelas anak buah Diego.

"Katakan pada Nyonyamu untuk pergi sendiri! Aku tidak mau pulang!"

Diego membanting pintu dengan keras, membuat anak buahnya segera pergi dari sana.

Tak butuh waktu lama, Odie sudah sampai di tempat tujuan. Setelah mengetahui nomor kamar sang suami Odie melenggang masuk menuju kamar Diego.

Diego yang baru saja menyelesaikan ritual mandinya kembali berjalan menuju pintu,karena terdengar ketukan lagi. Namun, kali ini bukan anak buahnya, melainkam istrinya. Yang sudah membuatnya marah.

Pintu pun terbuka, mata mereka kembali beradu, kilat amarah masih terlihat di sana. Dalam hati Diego terpesona dengan penampilan istrinya pagi ini,untuk pertama kalinya ia pergi tanpa rambut palsu dan pakaian khas bodyguard.

Meski hanya mengenakan celana jeans yang di padukan dengan kaos ketat yang di tutup dengan jaket,membuat penampilan Odie terlihat memuaku di mata Diego. Rambutnya yang di biarakan terurai menambah nilai plus bagi Diego. Untuk sekejap Diego melupaka amarahnya dan tersihir dengan kecantikan sang istri.

"Pulanglah," kata itu yang keluar dari bibir manis Odie.

Diego tersadar saat istrinya mengajak untuk pulang.

"Aku tidak mau! Kau pergi saja sendiri, aku mau menghabiskan waktu dan bersenang-senang bersama wanita-wanita simpananku," tolak Diego, lagi-lagi ia berbohong, padahal yang sebenaranya ia sangat tersiksa saat bersama wanita lain.

"Aku beri kesempatan satu kali lagi, ayo pulang!" Odie berbicara setengah mengancam.

"Tetap tidak!" kekeh Diego.

"Baiklah ... kalau begitu aku akan mengajak seorang lelaki untuk pergi bulan madu. Ibu tak akan mengecek siapa yang pergi denganku, asal aku pergi semua beres. Selamat bersenang-senang bos, aku pun juga akan bersenang-senang," gertak Odie, ia terpaksa menggunakan cara ini, meski ia tak yakin akan berhasil.

Odie kembali ke parkiran menuju motornya. Saat ia akan menjalankan motor, tiba-tiba seseorang mengambil kunci motornya. Odie menoleh melihat siapa yang berani mengusiknya, akan tetapi ia terkejut saat melihat wajah sanh suami yang kini ada di hadapnnya.

"Turun!" perintah Diego.

Odie menurut, ia tersenyum dalam hati. Rencananya berhasil, sang singa mau ikut pulang juga. Mereka pulang menggunakan motor sport. Diego pun sengaja mempercept laju motornya, sehingga mau tak mau Odie memeluk tubuh kekar sang suami agar tak jatuh. Diego tersenyim bahagia, hanya hal sepele saja membuatnya melupakan amarahnya.

"Bisa pelan sedikit tidak!" teriak Odie kesal.

Namun, tak di dengar Diego. Ia malah semakin menambah kecepatan motor.

"Diego!" teriak Odie sambil mencubit perut suaminya.

Cubitan di perutnya membuat Diego menurut, ia mengurangi kecepatan motornya. Tapi memang si singa ini kembali ke sifat aslinya, dia melajukan motor dengan kecepatan sangat pelan.

"Diego!" Odie sangat geram dengan kejahilan suaminya.

Dengan senyum yang tak henti merekah di bibirnya Diego kembali melajukan motor dengan kecrpatan sedang. Entah mengapa hal demikian yang sangat Diego rindukan, beberapa hari di diamkan Odie membuat harinya terasa tak menyenangkan bahkan terasa membosankan. Meski saat bersama wanita yang yang mempunyai dia peran itu selalu saja ribut, tetapi itu lrbih baik dari pada mereka seperti saat ini.

Di diamkan saja membuatnya tak karuan apalagi saat ia mendengar jika Odie akan pergi bersama lelaki lain, tentu ia tak terima pikirannya melayang bebas membayangnkan isrinya di sentuh oleh lelaki lain. Diego sadar, jika ucapannya itu salah. Dia berniat meminta maaf nanti di saat momen bulan madu mereka.

Di tengah perjalanan Ibu menelpon Odie. Diego pun menepi untuk mengangkat panggilan ibu.

"Halo, Bu."

"Halo Sayang ... kalian langsung saja ke bandara, semua barang kalian sudah ibu kemas dan sudah ibu antar ke bandara," jelas nyobya Stevany dengan nada yang riang.

"Baik, Bu," Odie menyimpan kembali ponsel ke saku celana yang ia kenakan.

Diego yang masih gengsi untuk meminta maaf memilih diam, padahal ia ingin tahu siapa yang menelpon Odie.

"Kita langsung ke bandara, semuanya sudah di siapkan Ibu," jelas Odie datar.

Diego dan Odie pun langsung bergegas menuju bandara. Orang-orqng nyonya Stevany sudah siap di sana, dengan satu koper berukuran besar. Tanpa menunggu mereka langsung naik ke pesawat untuk menuju lokasi bulan madu.

bersambung....

下一章