-***-
Malam telah berlalu, aku memasakkan makanan yang sering aku masakkan untuk nenek pada jamanku dulu, dikehidupanku saat melayaninya sebagai ibuku. Karena aku tau bahwa arwah itu sejujurnya baik padaku, jadi kali ini aku memberanikan diri tidur sendirian dikamarku.
-***-
Pagipun tiba, aku menceritakan pada nenek dan kakek bahwa aku telah putus dengan shammy, alasan yang kuberikan adalah karena kami bertengkar, karena tidak mungkin aku mengatakan mengenai arwah itu pada nenek dan kakek.
Pagi ini aku bangun dan sarapan pagi-pagi benar, hingga matahari belum terbit karena aku berniat sebelum pak bemo datang menjemputku, aku hendak akan menempelkan selebaran itu. Hanya saja aku belum menemukan lem untuk menempelkannya.
"kek apa kakek punya lem?" tanyaku pada kakek saat kami selesai sarapan.
"seingatku ada.. sisa dari ulang tahunmu, orang yang ku sewa untuk mendekorasi, merapikan sisa dekorasi itu pada kamar kosong." Jelas kakek yang mengingat-ngingat.
"ka kk .. kamar didepan sofa itu ya kek?" tanyaku terbata-bata mengingat hal yang pernah terjadi pada kamar itu. Dan begitu menyeramkannya kamar itu selalu gelap dan sunyi.
"iya…. Kurasa ada banyak disana.."sambung nenek yang mendengar pembicaraanku dengan kakek.
setelah sementara waktu aku terdiam dan termenung memikirkan kamar itu, akhirnya aku memberanikan diri untuk memasuki kamar itu.
"permisi…." Kataku sembari memasuki kamar itu perlahan.
"yahh, gak nyala.." sembari aku mencoba menyalakan lampu dengan saklar lampu yang terletak tepat disamping pintu kamar itu. karena lampu itu tak menyala jadi kugunakan flashlight hpku agar aku bisa berjalan menuju jendela kamar itu. paling tidak agar kamar ini tidak terkesan suram karena jendelanya selalu saja tertutup bahkan pada siang hari.
Baru saja aku melangkahkan kakiku beberapa langkah saja, terdengar suara
"hhsss ckrsss hss ckrsss" bagai suara desahan nafas dan langkah kaki penuh air.
"aku mohon, jangan ganggu aku.. aku akan membantumu.. aku akan mencobanya.. tolong jangan !"kataku ketakukan sembari memejamkan mataku.
"hhhsssss"suara itu terdengar ditelingaku bagai angin dingin yang masuk begitu saja melintasi otakku yang sontak saja membuatku membuka mata. Dan,
"Arghhhg… "wanita itu tepat berada didepan wajahku dengan sangat dekat. Dia langsung saja menutup mulutku dengan telapak tangannya yang serasa begitu dingin dan halus.
"mmmm.. mmm.." aku yang deg-degan dan tak bisa berteriak lagi hanya dapat melototi wajahnya dari jarak yang begitu dekat. Tapi lagi-lagi .. jika aku perhatikan, dia tampak manis, mirip sepertiku, hanya saja rambut panjangnya yang hitam membuatnya berbeda denganku yang berambut pendek sebahu kecoklatan. Saat aku sudah mulai tenang menatapnya ia lalu melepaskan tangannya pada mulutku lalu mengisyaratkan agar aku diam.
"stt.."sembari ia melontarkan jari telunjuknya dibibirnya.
"kk.. kamu mau apa.." tanyaku berbisik.
dia lalu menunjuk ke arah kotak box besar yang ada disudut kamar itu.
"tunggu, aku akan membukakan jendelanya dulu ya.."sahutku berbisik sembari melangkahkan kakiku, dan langsung saja dia menahan lenganku lalu menggelengkan kepalanya seolah tak mengijinkanku untuk membuka jendela pada kamar itu.
Aku yang kebingungan lalu mengarahkan cahaya ponselku ke arah box yang tadi ia tunjukkan padaku.
"hey.. terimakasih, aku memang sedang mencari ini.. baiklah sampai jumpa."kataku berbisik kegirangan saat aku menemukan setoples lem yang ada pada permukaan paling atas pada box itu. dan hampir saja aku akan pergi meninggalkannya. Aku pikir ia hanya membantuku mencari lem itu tapi dia menghentikanku. Dia mengagetkanku dengan berdiri didepan pintu kamar itu seolah mencegatku, lalu kembali menaikkan tangannya dan menunjuk pada box itu.
"bukankah kemarin kau bisa berbicara padaku, mengapa tak kau katakan saja.. sikap hantumu sangat menakutiku dengan muncul seketika dimana-mana.."kataku yang cerewet. Ia lalu kembali mengisyaratkan agar aku diam.
"atau emang dikamar ini aku musti diem kali yah atau gak boleh berisik atau semacamnya"gumanku.
Akupun kembali melihat kearah box tadi dengan flashlight hpku. Disana banyak sekali barang, sepertinya hanya box yang berisi sisa dekorasi dari ulang tahunku kemarin. Tapi karena arwah itu memintaku untuk memeriksanya jadi aku bongkar saja. ku keluarkan semua isi dari kotak itu. kotak itu begitu besar, huh hampir sebesar 4 box kulkas. Tapi.. ada yang aneh, didasar kotak itu bukanlah lagi berisi sisa dekorasi ulang tahunku. Tapi seperti benda-benda lama yang sedikit ku ingat. Disana terdapat baju berwarna merah yang aku gunakan saat aku menjadi sia dulu. Disana juga ada album fotoku saat berulang tahun yang ke-17. Aku memang mengingat diriku adalah sia yang berubah menjadi shuu namun aku hanya ingat sepintas saja, banyak hal yang aku lupakan, mungkin arwah ini ingin membantuku untuk mengingatnya kembali
-***-
"I in.. ini.." tanganku gemetar saat kembali membongkar isi box itu yang akhirnya, pada dasar box itu terdapat bingkai foto hitam putih berisikan foto dua orang anak kecil kembar yang tengah berada pada pesta ulang tahun mereka yang berisikan lilin angka 7.
Disana tertulis, "Sia Alexandra dan Sifa Gloria" tertanggal, 18 Oktober 1985.
Seketika kepalaku berputar sakit, serasa semuanya berputar, aku tak dapat melihat dengan jelas. Serasa aku hampir saja pingsan namun wanita itu menahan bahuku dan menganggukkan kepalanya. Aku menatap wajahnya yang mirip dengaku. Aku mengingat segalanya.
"Ss s Sifaa.." aku menatap matanya, meraba pipinya yang begitu halus dan dingin mengenal bahwa dirinya adalah adikku, saudara kembarku Sifa. Aku langsung saja meneteskan air mata, tangisku berisak-isak mengingat semuanya.
"kau mengingatku sia.."katanya bergema bagai bidadari dengan tatapan yang penuh kasih padaku. Akhirnya ia berbicara padaku dikamar itu mengatakan 3 patah kata itu.
Aku yang masih terheran-heran dengan air mata yang terus mengalir dipipiku tak bisa menerima yang telah terjadi pada kami.
-***-
Aku.. Sia Alexandra, terlahir dihari yang sama dengan Sifa Gloria. Kami dibesarkan bersama diistana ini, hanya saja.. adik dari ayahku yang tinggal diluar kota memiliki masalah dalam rumah tangganya. ia sudah menikah lebih dari 6 tahun dan tak kunjung memiliki anak, dokter mendiagnosis istrinya tidak akan bisa memberikannya keturunan, kecintaan paman kami kepada istrinya tak ingin menghianati bibi kami dengan menikah kembali. Takut bila mengadopsi anak dari orang lain akan berakibat buruk bagi paman kami, jadi ayah menyerahkan Sifa pada paman untuk diangkatnya sebagai anak.
Ulang tahun kami yang ke-7 adalah saat terakhir kami bersama. Setelah saat itu kami tak pernah bertemu karena paman selalu tinggal didaerah yang berbeda karena tuntutan pekerjaan yang ia miliki. Bahkan saat kami berulang tahun yang ke-17, kami tak bisa merayakannya bersama ataupun mengirim pesan ataupun surat. Karena paman tidak memberikan alamat tinggalnya, begitupun nomor barunya. Aku rasa kesibukannya yang membuatnya lupa.
"aku sangat merindukanmu.."tangisku pada Sifa yang langsung saja kupeluk dirinya dan melihatnya kini telah menjadi arwah yang menunjukkan bahwa ia telah tiada.
"apa.. ap apa yang telah terjadi padamu.... dan bagaimana aku bisa memasuki tubuh shuu?"tanyaku sembari aku meraba-raba tubuhnya yang begitu dingin. Ia bahkan tak menjawabku. Ia hanya menggelengkan kepalanya, tampak ia juga meneteskan air mata dipipinya.
"mengapa kau diam, jawab aku.. aku merindukanmu….. sangat... sangat merindukanmu…. Ap apakah ka.. kau telah tiada, aku memang telah mengakhiri hidupku.. tapi kau…?" aku yang masih terisak-isak menangis dan tak bisa mempercayai aku bertemu dengan saudara kembarku didimensi waktu yang berbeda.
-***-
Aku ingat, shuu.. Shuurydra Alexa Shima adalah putriku satu-satunya. Aku menikah dengan ayah shuu dan memilikinya, ayah shuu adalah seorang tentara, pada masa itu.. saat aku mengandung shuu dalam usia kandunganku yang berusia 7 bulan, ayah shuu meninggalkan kami untuk berperang, saat itu tengah ada pemberontakan masa yang menyerang daerah kami. Beberapa hari setelah pergi berperang, ku dapati pesan dari perwakilan tentara, bahwa ayah shuu dan beberapa tentara lainnya tewas saat amukan masa, dan mayatnya akan segera dibawa kembali kerumah duka. Mendengar hal itu aku tidak bisa memfokuskan diriku, segalanya. Aku terasa telah melupakan segalanya. Aku terasa hidup namun tak bernyawa. Aku hanya terpaksa menunggu kelahiran shuu, aku terpaksa hidup karna shuu.
Akhirnya shuu pun aku lahirkan 2 bulan setelahnya, ku berikan nama itu atas keinginan ayahnya yang sudah mempersiapkan nama itu sejak lama. Aku selalu menangis.. tak pernah menghiraukan shuu putriku. Aku tak memperdulikannya. Ibuku lah yang selalu mengurus shuu. Kakek dan neneknya adalah bagai ayah dan ibu pengganti bagi shuu.. ayahku juga merupakan seorang pensiunan jenderal tentara. Ia memiliki cukup harta kekayaan untuk menghidupi ibu dan shuu hingga ia dewasa.
Aku yang miliki pikiran pendek, aku tak bisa hidup tanpa ayah shuu. Aku sangat mencintainya. Bagiku untuk apa aku hidup bila tak bisa melihatnya disisiku. Hal itu membuatku tak berpikir panjang. Aku selalu mecoba membunuh diriku, ibu selalu menghentikanku dan ia khawatir denganku, namun ia juga membenciku. Karena aku tak pernah memperdulikan shuu. Sebab itulah bagaimanapun ia mengkhawatirkan aku saat mencoba bunuh diri, dia tetap membenciku dengan tatapan sinisnya. Karena merasa apa yang pernah ia ucapkan menjadi kenyataan.
-***-
"ibu tidak setuju kamu punya calon suami tentara seperti ayahmu. Ibu selalu trauma ditinggal pergi berperang oleh ayahmu, ia syukurnya selamat dan itu membuatku bahagia, tapi bagaimana dengan suamimu nanti!!! Ini demi kebaikanmu, karna aku telah merasakannya!!!!"
Kata itu selalu diucapkan ibu saat aku memperkenalkan calon suamiku yang telah menjadi seorang tentara dulu. Sebab itulah ia juga membenciku. Terlebih apa yang ia katakan seolah masa depan buruk yang telah aku langgar dan menjadikannya semakin buruk. Dan frustasi akan hal itu aku melukai diriku dengan mencekik leherku dengan kalung liontin S yang kudapat saat ulang tahunku yang ke-17. Darah yang telah bercucuran tak kunjung membuatku mati hingga akhirnya aku menggantung diriku dikamar ini.
"Aku mengingat segalanya sekarang.."gumanku sembari menutup mataku dan memeluk bingkai foto itu. tak lama aku membuka mataku kembali dan melihat kamar itu telah kosong dan Sifa tak terlihat lagi disana.
"Sifaa...." Bisikku sambil menangis.
"ini belum selesai, kemana kau pergi.., siapa gadis kecil yang kau suruh aku membantunya?"
"baiklah aku akan mencarinya demi kau, shuu maafkan ibu.. ibu tak pernah melindungimu seperti bibimu Sifa.."aku yang menangis sembari memeluk diriku sendiri, mengingat bahwa shuu adalah putriku. Kini aku dalam tubuh shuu. Aku akan meninggalkan ingatan ini padanya.. sebelum tugasku selesai, aku tidak akan meninggalkan tubuh shuu.. entah bagaimana aku bisa memasuki tubuh shuu. Yang pasti kini tak hanya bibinya yang melindunginya namun juga aku sebagai ibunya. sekarang.. tubuhku adalah shuu namun rohku adalah sia.. ibunya. kini sia akan tetap didalam tubuh shuu hingga tugas dan perjalanan misterinya berakhir. apa perjalan misteri shuu berikutnya?
Hai readers.. Jati diri mereka ternyata terungkap satu persatu ya.. wah seru banget..!!! kira-kira apa ya yang dilakukan shuu selanjutnya? ikuti ceritanya besok ya..