webnovel

Chapter 32

Ada beberapa hal yang berubah di hidupku setelah menjadi Leech.

Pertama tentu saja, darah. Aku tidak bisa mencium bau anyir memuakkan dari darah lagi, malah sebaliknya, makanan manusia menjadi menjijikan bagiku. Nick memberitahuku setelah beberapa minggu selera makanku akan kembali seperti semula, tapi tentu saja dengan tambahan asupan darah.

Lalu seluruh indraku, mulai dari penciuman hingga pendengaran menjadi semakin tajam. Aku baru menyadari setiap orang memiliki bau khasnya masing-masing, dan manusia bagiku memiliki bau seperti... makanan. Aku berusaha menyembunyikan rasa jijik dan terkejutku saat menyadari aku ingin mendekati petugas room service yang sedang membersihkan kamar kami. Darah yang berasal dari sumbernya langsung memang lebih menggoda daripada darah botolan.

Sekali lagi, Nick bilang aku hanya perlu terbiasa.

Ia mengajariku beberapa hal selama dua hari terakhir ini, seperti bagaimana menyembunyikan taringku dan bagaimana meredam kemarahan agar kedua mataku tidak berubah. Warna mata Volder yang sedang marah akan berubah menjadi hitam, seperti yang pernah kulihat pada Nick beberapa bulan yang lalu. Sedangkan Leech akan berubah menjadi merah, seperti darah. Semakin gelap warnanya maka artinya Volder yang mengubahnya semakin kuat. Seperti mataku yang berubah merah gelap dan hampir menyerupai hitam. Itu artinya Alastair adalah salah satu Volder yang terkuat, dan tertua.

Aku belum memikirkan rencana untuk mencegah Nick memburu Alastair. Ia tidak pernah meninggalkanku lagi selama dua hari ini, jadi kurasa Ia belum menemukan lokasi Alastair saat ini. Kuharap Ia tidak akan pernah menemukannya.

"Eleanor?" suara bangun tidur Nick yang serak membuatku menoleh ke arahnya. Ia berdiri di depan pintu kamar sambil mengusap wajahnya yang terlihat mengantuk.

"Oh, apa aku membangunkanmu?" Aku tidak bisa tidur jadi aku menonton Tv.

"Tidak." Ia berjalan ke arahku lalu duduk di sebelahku. "Kau tidak ada di tempat tidur saat aku terbangun. Aku hanya khawatir." Jawabnya sambil menatap layar Tv di depan kami dengan kening sedikit berkerut. Kata-katanya membuatku ingin memeluknya.

"Kau menonton ini?"

Pandanganku beralih pada layar Tv yang sedang menayangkan serial tentang vampire. "Well, yeah. Aku sedang belajar." Jawabku sambil berusaha untuk tidak tersenyum agar terlihat serius.

Nick menoleh dengan wajah cemberutnya yang perlahan berubah menjadi senyuman tipis. "Aku yang akan mengajarimu semuanya, Miss Heather."

Aku menyukai Nick yang seperti ini. "Oh ya? Anda sangat baik, Mr. Shaw."

"Aku memang sangat baik."

"Apa yang harus kulakukan untuk membalas kebaikanmu?"

Ia terlihat berpikir dengan serius selama beberapa saat hingga membuatku tidak bisa menahan senyumanku. "Aku tidak bisa memutuskan mana yang paling kuinginkan." Gumamnya sambil menatap wajah tersenyumku dengan serius, "Terlalu banyak."

"Bagaimana dengan ini dulu?" tanyaku sambil menangkup rahangnya dengan salah satu tanganku lalu mendekati wajahnya. Aku hanya bermaksud menciumnya sekilas, tapi saat bibirku menyentuh bibirnya lengan Nick yang tiba-tiba melingkari pinggangku menahanku di tempat. Kedua tanganku bergerak untuk memeluk lehernya tanpa menghentikan ciumanku sama sekali. Aku tidak bisa menjelaskan dengan detail apa yang kurasakan saat Nick menciumku. Sentuhannya, suhu tubuhnya yang hangat, baunya yang sangat kukenal membuatku merasa aman. Seperti sepasang puzzle yang terpasang dengan sempurna, aku tidak sendirian lagi.

Kutarik wajahku menjauh saat aku hampir kehabisan nafas, kedua mata biru Nick terlihat semakin menggelap. Sesaat Ia memandangku dengan pandangan takjub, seakan-akan aku adalah sesuatu yang sangat berharga baginya. Dadaku terasa sesak karena perasaan yang kurasakan padanya.

"Pilihan yang bagus, Miss Heather." Gumamnya dengan suara yang sedikit serak. Kuberikan senyuman terbaikku sebelum mengecupnya sekali lagi lalu melepaskan pelukannya dari pinggangku. "Waktunya tidur, Mr. Shaw." Kataku sambil berdiri dan berjalan ke arah pintu kamar.

"Dan kau baru saja membuatku tidak bisa tidur." Gerutunya, walaupun begitu Ia tetap mengikutiku dari belakangku.

***

"Oh!" pekikku saat baru akan dari bilik shower, "Nicholas!"

"Apa?" senyuman di wajahnya lama-lama semakin terlihat seperti senyuman menyebalkan Greg. Sedikit busa masih menempel di rahangnya yang baru saja dicukur.

"Keluar." Protesku tanpa mengalihkan perhatianku darinya. Ia hanya mengenakan celana piyamanya, beberapa bekas luka menghiasi dadanya yang bidang dan punggungnya. Aku berusaha keras untuk tidak memandang dadanya terlau lama.

"Tapi aku belum selesai." Balasnya sebelum kembali memunggungiku, tapi pandangannya masih memandangku melalui pantulan kaca di depannya.

"Nick. Keluar." Ulangku sambil berusaha meraih handuk yang berjarak dua meter dari shower tempatku berdiri saat ini. Aku hampir saja keluar telanjang dari shower ini beberapa menit yang lalu. Walaupun kubik shower ini saat ini ditutupi uap yang menempel tapi Ia masih bisa melihat siluet tubuhku di baliknya.

"Sebentar lagi." Jawabnya perlahan, lalu Ia tersenyum lagi... Senyuman Greg yang menyebalkan! "Kau bisa keluar, Eleanor, aku tidak akan mengintip." Tapi kedua matanya tidak beralih dari cermin.

Yeah, yang benar saja.

"Aku akan menunggu." Balasku sambil memandang punggungnya, sebuah luka memanjang menghiasi salah satu sisinya. Aku ingin bertanya bagaimana Ia mendapat luka itu tapi sebagian dari diriku tidak ingin mengungkit masa lalunya lagi. Dan aku tidak yakin apa aku benar-benar ingin mengetahuinya. "Hey, Nick."

Ia sedang membasuh sisa busa di rahangnya lalu mendongak sedikit, kedua matanya menangkap pandanganku dari cermin.

"Apa yang akan kau lakukan setelah ini?"

"Hmm... bagaimana dengan sarapan?"

"Bukan itu. Maksudku apa yang akan terjadi setelah ini semua?"

Ia mengambil handuk kecil di sebelah wastafel lalu mengusap wajahnya. "Menunggumu terbiasa dengan keadaanmu lalu kau akan tinggal di Manhattan bersamaku."

"Tunggu dulu." Potongku dengan wajah cemberut, "Bagaimana dengan pekerjaan dan apartemenku?"

"Kau tidak perlu bekerja, Eleanor. Dan apartemenmu, kau bisa menyewakannya jika tidak ingin menjualnya."

Aku tidak perlu bekerja? Apa Ia bercanda? "Lalu apa yang akan kulakukan? Tinggal di kastilmu selama-lamanya?" tanyaku dengan nada sarkasme.

Nick mengangkat bahunya, "Aku tidak keberatan."

Ia terlihat sangat serius hingga membuat cemberut di wajahku semakin dalam. "Aku tidak akan berhenti bekerja dan tidak akan tinggal di rumahmu." Berada satu rumah dengan Greg? Tidak, terimakasih.

Nick perlahan mengangguk, tapi kedua matanya masih menatapku dengan serius. "Aku mengerti. Tapi kau tetap akan tinggal bersamaku."

"Lalu... bagaimana dengan Alastair?"

Perubahan ekspresi di wajah Nick membuat sedikit bulu halus di tengkukku berdiri, aku tidak tahu menjadi Leech masih bisa merasakan takut.

"Kau tidak perlu mengkhawatirkannya." Jawabnya pendek sambil mengembalikan handuk ke tempatnya lalu berjalan keluar. Kupandang punggungnya hingga menghilang dari balik pintu. Sepertinya menghentikan rencana Nick akan sangat sangat sulit. Greg sendiri juga mengatakan bahwa Nick adalah jenis orang yang fokus dan Ia tidak akan berhenti sebelum apa yang diinginkannya tercapai.

Kuambil sehelai handuk tebal untuk mengeringkan tubuhku lalu mengenakan sebuah sun dress berwarna biru muda, Lana mengepak sebagian baju-bajuku lalu menitipkannya pada Greg saat Ia berkunjung. Akhir-akhir ini kulitku menjadi lebih sensitif dari biasanya, Nick sepertinya berpikir hal itu normal untuk Leech yang baru berubah. Jadi saat ini aku mengenakan pakaian yang lebih ringan dan simpel seperti dress yang longgar daripada jeans.

Tinggal di hotel selama 4 hari tanpa bisa keluar sama sekali hampir membuatku gila, walaupun Nick menemaniku hampir sepanjang waktu tapi satu-satunya hal yang bisa kupikirkan saat bersamanya hanya bagaimana aku bisa membuatnya berubah pikiran untuk tidak memburu Alastair. Dan hal itu sama sekali tidak membuatku tenang.

Nick sedang menelepon saat aku keluar dari kamar mandi, Ia memandangku dengan wajah cemberut lalu mengulurkan handphonenya padaku. "Greg ingin berbicara padamu."

Aku memandang handphonenya dengan curiga lalu memandangnya lagi. Nick mengangkat kedua bahunya, "Ia bilang ingin berbicara tentang Miss Morrel." Kuambil handphonenya dari tangannya lalu menempelkannya ke telingaku.

"Eleanor?" suara Greg terdengar cukup normal. Apa Ia sudah melupakan apa yang kami bicarakan beberapa hari yang lalu tentang Lana?

"Yeah?" jawabku dengan sedikit kesal. Nick menyandarkan bahunya di sebelah lemari sambil memandangku.

"Pergi ke kamar mandi lalu nyalakan showernya."

"Apa?"

"Aku tidak ingin Nick mendengarkan pembicaraan kita."

Dan Ia berpikir masuk ke kamar mandi dengan membawa handphone milik Nick tidak mencurigakan? "Aku baru saja mandi." Gumamku.

"Okay, pergi kemana saja tanpa ada Nick di dekatmu."

Aku tidak bergerak dari tempatku sedikitpun, "Ada apa dengan Lana, Greg?"

"Ini bukan tentang Lana."

Oh, sekarang aku baru mengerti maksudnya. Aku menoleh ke arah Nick lalu mengangkat kedua alis mataku, "Hey, ini waktumu untuk mandi."

"Kalian belum selesai berbicara?" tanyanya dengan wajah cemberut lalu mulai berjalan ke kamar mandi.

"Greg sangat cerewet jika menyangkut tentang Lana." Balasku sambil menempelkan kembali handphonenya di telingaku setelah Nick sudah masuk ke kamar mandi. Hanya untuk memastikan, aku menuju ke pantry di ruangan sebelah.

"Hey. Aku mendengarnya, Eleanor." Gerutu Greg.

"Ada apa, Greg?" tanyaku dengan tidak sabar. Aku masih merasa sangat kesal padanya.

"Aku menemukan lokasi Alastair."

Untuk sesaat aku terdiam, tapi jantungku mulai berdebar kencang. "Dimana?" Kedua mataku terpaku pada pintu kamar kami.

"Taman Nasional Redforest. Erik sepertinya sebentar lagi akan menemukannya juga. Aku tidak bisa meminta Erik agar mengulur waktu sebelum melaporkannya pada Nick, Ia sangat loyal padanya."

"California?" tanyaku dengan panik. Sedikit rasa tidak percaya melintas di otakku. Vampire yang kubaca di Twilight lebih memilih kota-kota yang suram dan dingin, seperti Forks. Sedangkan California cukup... hangat. Tapi yah, mereka adalah Volder bukan vampire.

"Kau sudah mencoba berbicara padanya?"

"Belum. Nick bahkan langsung menghilang dari ruangan jika aku menyebutkan namanya."

Greg menghela nafasnya, "Ia memang seperti itu."

"Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang?"

"Hanya ada satu cara, Eleanor." dari suara Greg, cara yang akan disebutnya tidak akan mudah.

"Apa?"

"Kau harus menemui Alastair. Cegah rencana bunuh dirinya, atau paling tidak buat Ia menundanya. Bagaimana pun juga kau harus membuatnya bersembunyi. Paling tidak kita harus waktu."

"Bagaimana aku bisa pergi tanpa Nick ketahui?"

Ia terdiam cukup lama sebelum menjawabku, "Aku belum memikirkannya."

"Aku akan mencari cara. Dimana alamatnya?"

"Salah satu cottage di dalam Redforest."

Apa Ia bercanda? "Cottage yang mana?"

"Aku tidak tahu. Yang jelas miliknya akan terlihat lebih mewah dari cottage lain."

Sangat membantu, eh? Kuhela nafasku dengan sedikit kesal. "Kau akan ikut bersamaku, kan?"

Greg kembali terdiam. "Nick bisa melacakku, Eleanor. Ia kakakku."

"Jadi maksudmu... aku akan pergi sendiri?"

"Jika aku bisa pergi sendiri aku tidak akan memintamu pergi. Saat ini hanya kau yang bisa melakukannya."

Sendiri? Aku tidak yakin aku ingin berhadapan dengan Alastair sendirian, belum lagi jika aku bertemu dengan... "Bagaimana jika Elizabeth bersamanya?"

"Ia tidak bersama Alastair."

"Bagaimana kau bisa tahu—"

"Elizabeth sudah mati, Eleanor."

下一章