webnovel

Chapter 33

Seluruh tubuhku menegang saat mendengarnya.

Tepat setelah Greg memberitahuku, Nick keluar dari kamar. Rambut coklat gelapnya masih setengah basah, Ia mengenakan celana hitam dan kemeja berwarna putih. Salah satu tangannya membawa jas hitamnya. Ia mendongak lalu tersenyum kecil padaku, "Kalian belum selesai juga?"

Aku bisa mendengar Greg memanggil namaku dari handphone tapi aku tidak menjawabnya. Senyum di wajah Nick memudar saat Ia berjalan ke arahku, "Eleanor, ada apa?" Ia menaruh jasnya di atas meja pantry sebelum menarik kedua pinggangku. Tubuhku sedikit terlonjak saat Ia menyentuhku membuatnya menarik kedua sudut mulutnya ke bawah.

"Tidak ada apa-apa." Jawabku cepat-cepat, aku tidak membalas pelukannya.

"Greg membuatmu marah lagi?" Ia melepaskan pelukannya lalu mengambil handphonenya dari tanganku untuk berbicara pada Greg. Kedua mataku menatap dada bidangnya yang berjarak setengah meter dariku, tapi pikiranku masih terpaku pada kalimat terakhir Greg. Elizabeth sudah mati?

Tanpa bisa kucegah pandanganku beralih pada wajah Nick, Ia baru saja mematikan handphonenya, kedua mata birunya memandangku dengan pandangan bertanya. Apa Nick sendiri yang membunuh Elizabeth?

"Kau butuh darah lagi?" tanyanya dengan lembut. Tangannya kembali ke pinggangku dan seketika aku merasa aman. Ia tidak mungkin melakukannya, kan?

"Tidak, aku tidak apa-apa." Aku tersenyum padanya. "Apa kau akan pergi?"

Ia masih memandangku dengan sedikit pandangan khawatir, "Yeah, kau tidak keberatan sendirian? Aku hanya sebentar."

Aku hampir menjawab 'tidak' tapi otakku berputar lebih cepat, "Siapa yang akan kautemui?" Tanganku membenarkan kancingnya yang setengah terbuka.

"Erik." Jari-jarinya menarik rambutku yang jatuh ke depan mataku lalu menyelipkannya ke balik telingaku. Aku berusaha menyembunyikan rasa panikku dari wajahku. Secepat ini? Jika Nick pergi maka rencanaku dan Greg akan sia-sia.

"Aku—aku merasa sedikit tidak enak badan." Gumamku sedikit berbohong.

"Yeah, kau terlihat pucat. Mungkin yang kau minum pagi ini kurang, Eleanor." Ia akan menjauh untuk mengambilkanku darah lagi tapi aku menahannya. "Tidak, aku tidak... haus, Nick."

Apa yang harus kulakukan? Sial, aku tidak menduga akan secepat ini. "Apa kau harus pergi sekarang juga?"

Nick terlihat ragu-ragu sejenak, "Tidak, kurasa aku akan meminta Erik ke sini."

Oh, sial, Erik pasti akan melaporkan tentang lokasi Alastair. Dalam rasa panikku kuraih leher Nick agar Ia sedikit membungkuk lalu menciumnya. Aku tidak berpikir sebelum melakukannya. Bibirnya tidak menolakku walaupun sepertinya Ia sedikit terkejut, aku hampir melupakan tujuanku saat Nick memperdalam ciumannya. Ia sangat berpengalaman dalam hal yang satu ini, setiap Ia menciumku aku melupakan segalanya. Kedua tangannya bergerak ke atas pinggangku, dressku yang cukup tipis membuat sentuhannya terasa hampir seperti di kulitku langsung.

"Eleanor." Ia menggumamkan namaku di bibirku. Tempat yang disentuh tangannya terasa lebih hangat dari sebelumnya. Aku berusaha berpikir lagi, walaupun sepertinya ada kabut tebal yang menutupi otakku saat ini. Fokus, Eleanor!

Kubuka mataku lalu menarik wajahku menajuh, nafasku terengah sama seperti nafas Nick. Kedua mata birunya menjadi semakin gelap saat menatapku. Aku tidak bisa memperlambat jantungku yang berdebar sangat keras di dalam rongga dadaku.

"Apa yang kau lakukan padaku?" bisiknya dengan suara serak. Apa yang kau lakukan padaku juga, Nick?

"Mencintaimu." Balasku sambil mendorong tumitku lalu menciumnya lagi, kukalungkan kedua tanganku di lehernya hingga tubuh kami hampir menempel seluruhnya. Aku bisa merasakan mint dari bibirnya, kulitku yang sensitif menjadi lebih peka saat Ia menyentuhku. Rasanya seperti ada kembang api yang meluncur ke seluruh tubuhku hingga ke ujung-ujung jariku. Aku belum pernah merasakan yang seperti ini sebelumnya.

"Eleanor, kita harus berhenti." Tiba-tiba Nick menarikku menjauh, kembang api di tubuhku padam seketika hanya menyisakan sedikit rasa hangat yang tertinggal samar-samar.

Kutelan ludahku sebelum menjawabnya, "Kau tidak menginginkanku?" Aku berusaha tidak menunjukkan rasa kecewaku.

Nick mengangkat daguku lalu menciumku sekilas, "Aku sangat menginginkanmu. Karena itu kita harus berhenti." Ciumannya bergerak lembut ke pelipisku.

"Kenapa?" pertanyaanku keluar tanpa kusadari. Nick menghela nafasnya lalu menjauh sedikit dariku. "Karena aku tidak yakin aku bisa berhenti jika kita memulainya, Eleanor. Kau tidak tahu betapa aku sangat menginginkanmu saat ini." Salah satu sudut mulutnya ditarik keatas tapi kedua mata gelapnya lah yang membuatku tersesat saat aku menatap ke dalamnya. Selama ini Nick selalu berada di dalam kontrol, Ia selalu menyembunyikan perasaannya yang sebenarnya di balik wajah tenangnya. Tapi kali ini, aku tidak melihat sedikitpun kontrol tersisa darinya.

Jantungku berdebar keras hingga aku bisa mendengarnya di telingaku sendiri. Aku juga menginginkannya, sangat menginginkannya. Kubasahi bibirku yang terasa kering sebelum membuka mulutku lagi, "Lalu... apa yang lagi yang kau tunggu?"

***

Aku tidak yakin sudah berapa lama aku tidur. Kugerakkan tubuhku sedikit tapi sebuah lengan menahan gerakanku, sedikit rasa nyeri kurasakan di beberapa bagian tubuhku. Bukan rasa nyeri yang menyakitkan... Kubuka kedua mataku perlahan lalu memandang langit-langit gelap kamar hotel ini. Mataku bisa melihat di dalam kegelapan sama baiknya, aku menoleh sedikit ke sebelahku. Nick masih tertidur dengan posisi telungkup, salah satu lengannya melingkari pinggangku sejak tadi. Aku bisa merasakan nafasnya yang teratur di pundakku, selama beberapa saat aku memandang wajah tidurnya yang damai. Pandanganku beralih pada bibirnya sedikit terbuka, untuk pertama kalinya tidak ada kerutan di keningnya yang serius, tidak ada topeng tenang di wajahnya. Tanganku bergerak ke rambut coklatnya yang berantakan lalu menyentuhnya dengan hati-hati. "Aku mencintaimu, Nick." Bisikku tanpa suara. Nick tidak bergerak sedikitpun jadi kuangkat tangannya dariku dengan hati-hati. Aku meminum darahnya cukup banyak tadi, kuharap Ia tidak akan terbangun hingga beberapa jam lagi.

Kupandang lagi wajahnya lalu menunduk untuk mencium sudut bibirnya sekilas, "Aku mencintaimu." Ulangku lagi sebelum menarik selimutku untuk menutupi tubuh telanjangku lalu turun dari tempat tidur. Jika aku boleh memilih saat ini aku lebih ingin berada di tempat tidur bersama Nick, tapi ada hal penting yang harus kulakukan saat ini.

Kupakai jeans dan jaketku dengan sedikit terburu-buru. Tidak ada waktu untuk mandi sekarang. Tas ranselku sudah siap di atas sofa, aku merasa sangat bersalah saat mengambil uang Nick dari dompetnya. Tapi aku tidak memiliki uang sama sekali saat ini, kartu kredit dan atmku berada di dompetku yang entah berada dimana saat ini. Aku akan mengganti semuanya nanti, setelah semua ini selesai.

Kupakai sepatu ketsku lalu mengambil secarik kertas yang sudah kusiapkan sejak tadi. Kutinggalkan pesan berisi sebaris kalimat pendek itu di sebelah bantalnya lalu pergi dari hotel ini.

"Aku akan kembali." gumamku sebelum menutup pintu kamar kami.

下一章