Elena menatap mata Diego dengan sendu. Dia juga tak menginginkan hal ini. Wanita itu ingin ada di samping Diego, membantu terapy pemulihan dan menyemangatinya untuk segera sehat kembali.
Tapi, Elena tak bisa berada di sisi Diego terus menurus. Apalagi dia sedang mengandung bayi kembar. Perutnya pasti lebih besar daripada ibu hamil pada umumnya.
"Maafkan aku. Aku tak bisa menolaknya. Aku sudah banyak berhutang dan cashbon pada Shelina. Jadi aku harus menurutinya saat ini."
Diego menarik napasnya panjang. Dia sungguh tak rela. Diego memiliki firasat buruk. Seakan Elena bukan hanya pergi untuk enam bulan melainkan pergi untuk selama-lamanya. Menghembuskan napas pelan Diego mengalah, "Ya sudah, tapi kau harus sering-sering menghubungiku nanti. Dan jangan melirik pria lain di sana."
Elena mengangguk dengan senyum manis di wajahnya. Diego menatap Elena dengan lekat, terpesona dengan wajah Elena yang kini semakin cantik.
"Kau semakin cantik." Tangan Diego terulur membelai pipi halus nan putih milik Elena.
"Dan aku semakin takut kau direbut pria lain." Diego mengatakan kekhawatirannya. Elena sangat cantik, pasti semakin banyak pria yang tertarik padanya. Selama mereka berdua hidup bersama, Diego selalu mengusir semua pria itu. Sebagian orang tau bahwa mereka kakak beradik angkat namun sebagian lagi tau jika mereka sepasang kekasih.
"Apa itu sebabnya kau tak rela aku pergi?"
"Ya, aku takut disana kau digoda pria lain dan berpaling dariku." Elena terkekeh geli. Bagaimana dia bisa digoda pria lain jika selama enam bulan ini dia hanya akan tinggal di mansion Brian.
"Aku hanya mencintaimu, Kak. Jadi, kau bisa tenang. Lagipula aku terikat denganmu." Elena mengangkat telapak tangan kirinya. Menunjukkan cincin lamaran Diego masih melingkar erat di jari manisnya.
Diego tersenyum dan tangannya yang sejak tadi mengusap wajah Elena beralih ke tengkuk wanita itu. Mendorong kepala Elena untuk menunduk dan mencium lembut bibir Elena.
Elena membalas ciuman Diego. Bibir mereka saling melumat dan mengulum. Saat Diego ingin memperdalam ciuman panas mereka, Elena menahan dan menjauhkan wajahnya.
"Kak, kau sedang sakit." Mengerti maksud Elena, Diego tersenyum lembut dan mengusap bibir wanitanya dengan lembut. Menghapus saliva yang berada disekitar bibir Elena.
....
Elena keluar dari ruang rawat Diego sore harinya. Dia harus pulang ke mansion sebelum pria pemarah itu pulang bekerja. Jika tidak, Elena pasti akan kena amukan amarahnya lagi.
Dan untungnya Diego sendiri yang meminta Elena untuk pulang dan tidur di rumah. Pria itu tak tega melihat Elena harus tidur dengan posisi duduk di samping ranjangnya. Dia tak ingin Elena pegal-pegal dan sakit. Dia juga tak ingin jika Elena pulang malam, takut hal buruk menimpa wanitanya jika pulang larut malam seorang diri. Itu sebabnya dia meminta Elena pulang sore dan kembali mengunjunginya besok pagi.
Elena berjalan menyusuri lorong, dia harus menemui Mira. Wanita itu mengatakan bahwa dia sedang shift malam saat ini dan Elena ingin Mira mengawasi Diego juga.
Tak jauh dari Elena berjalan ada seorang wanita cantik dan seorang wanita paruh baya yang memakai pakaian branded yang baru saja keluar dari ruang pemeriksaan.
"Kenapa Mommy memintaku untuk menjemput? Mommy kan bisa meminta supir menjemput."
"Bagaimana Dokter Evan? Dia tampan, kan?"
"Mommy, sudahku bilang kalau aku hanya mau menikah dengan Brian. Kenapa Mommy selalu saja menjodohkanku dengan pria lain?"
"Karena Brian itu sudah menikah Tiara. Dia sudah punya istri. Berhentilah mengejarnya dan mulailah berpacaran dengan pria lain."
"Tidak, aku mencintai Brian. Hanya Brian yang aku inginkan." Keukeh Tiara mempertahankan keinginannya.
Elena berjalan tak jauh dari mereka berdua. Berjalan dengan tenang melewati Tiara dan ibunya.
Mata Tiara membesar tak percaya. Elise? Apa yang dia lakukan di rumah sakit ini?
"Tapi sayang, Brian itu su—"
Tiara sudah tak mendengarkan perkataan ibunya. Matanya mengikuti pergetakan Elena. Dia masih tenggelam dalam pemikirannya sendiri.
Dia berpikir bahwa wanita yang baru saja melewatinya itu adalah Elise. Apa yang dilakukan Elise disini seorang diri? Apa dia menemui seseorang? Atau dia mengecek kesehatannya di sini? Atau ...?
Tiara yakin ada sesuatu yang sedang terjadi. Dan dia harus mencari tau hal itu. Dia masih ingat dengan jelas bahwa Elise mandul dan sulit hamil. Jadi, bagaimana mungkin Tiara percaya jika wanita itu kini tengah berbadan dua? Tentu saja Tiara curiga.
"Mom, aku ada keperluan mendesak." Tanpa menunggu jawaban ibunya Tiara berjalan ke arah Elena pergi. Dia masih melihat punggung wanita itu. Mengejarnya dan mengikuti kemana wanita itu akan pergi. Tiara menjaga jaraknya dari Elena. Wanita itu bersembunyi di balik dinding saat Elena menghampiri seorang perawat dan berbicara dengannya.
"Apa yang sebenarnya dilakukan Elise di rumah sakit ini? Apa dia menjenguk seseorang yang sakit? Tapi setauku wanita itu yatim piatu dan sebatang kara. Atau jangan-jangan dia menyembunyikan sesuatu di rumah sakit ini. Sesuatu yang berhubungan dengan kehamilan palsunya." Tiara berbicara seorang diri dengan mata yang terus mengawasi Elena. Jarak tempatnya bersembunyi dengan Elena cukup jauh, membuat Tiara kesal karena tak bisa mendengarkan pembicaraan mereka.
Tak berapa lama Elena pergi meninggalkan perawat itu. Dan dengan cepat Tiara keluar dari persembunyiannya dan menghampiri sang perawat yang tak lain adalah Mira.
"Maaf, Suster. Apa yang wanita itu bicarakan padamu?" Tiara bertanya pada Mira dengan mata yang masih memandang Elena. Tiara tak ingin kehilangan Elena yang dia pikir adalah Elise.
Mira memandang wanita di sampingnya itu dengan kening yang mengerut. Aneh, kenapa ada seorang wanita yang tiba-tiba menanyakan tentang apa yang dikatakan Elena padanya. Dengan cepat mata Mira memindai penampilan Tiara. Dan satu kesimpulan dia dapatkan. Wanita cantik nan angkuh ini pasti bukan kenalan Elena. Dan Mira merasa bahwa wanita itu memiliki niat jahat kepada Elena.
Tak mendapatkan jawaban, Tiara menoleh menatap wajah Mira. Menuntut jawaban dengan dagu yang mendongak angkuh. Khas seorang Tiara sang model terkenal.
"Dia hanya bertanya dimana letak toilet umum."
"Benarkah?" Tiara seakan tak percaya karena tadi dia melihat Elena dan Mira berbicara lama.
Mira mengangguk dan mengatakan harus pergi untuk bekerja kembali. Tiara tak perduli jika dia tak mendapatkan info apapun dari Mira. Dia kembali ingin mengikuti Elena namun sayang dia sudah kehilangan jejak.
Mira berjalan menjauh dan sesekali melirik ke arah belakang. Menatap punggung Tiara dengan curiga. Siapa wanita itu? Dia akan memberitahukan Elena mengenai wanita aneh dan mencurigakan itu.
....
Hari berlalu begitu cepat. Kini perut Elena sudah makin membesar dan dia tak bisa terus menemani dan merawat Diego. Pria itu kini jauh lebih baik namun dia masih harus melakukan beberapa kali terapi agar bisa berjalan normal kembali. Beberapa polisi sudah mengintrogasi Diego terkait kasus korupsi yang menimpa dirinya. Dan beruntung Diego memiliki bukti kuat bahwa dia tak bersalah. Bukti yang menunjukkan siapa saja pelaku korupsi yang menggelapkan dana milyaran rupiah uang perusahaan Fernandez Corporation. Dan kini status Diego berubah dari tersangka menjadi saksi kunci. Dan hal itu masih dirahasiakan demi keamanan pria itu dari para tersangka lainnya.
Elena yang mengetahui perkembangan kasus itu bisa bernapas lega. Dia yakin Diego tak akan melakukan hal buruk seperti itu. Dan kini tiba saatnya Elena berpamitan pada Diego, berpura-pura pergi keluar kota untuk enam bulan ke depan.