webnovel

(In)Sanity

*(R-18)!!! Yuna Akari, Sejak kecil sudah sendiri. Dia selalu sendiri dan tidak pernah ada seorang pun yang ingin bersamanya. Dia selalu di nilai aneh dan sangat Misterius dengan perban yang membalut beberapa bagian tubuhnya. Dia di jauhi, Tidak dicintai, dan tidak di pedulikan. Kedua Orang tuanya mencampakkannya. Orang-orang menjauhinya. Membuatnya selalu..Menyendiri. Yuna Akari memiliki masalah Mental yang sudah ada di dalam dirinya semenjak kecil, Yaitu merasakan rasa bosan yang amat cepat. JikaYuna tidak melaksanakan Hobinya setiap waktu yang sudah ia tentukan, Maka Yuna akan..Menjadi…GILA! Dan jika ada yang berani untuk menyakitinya, Yuna juga akan menjadi…GILA! Dari kecil ia sudah memiliki hati yang Kosong, Hampa, yang tidak dapat di isi oleh siapa pun. Lalu, Dia bertemu dengan seorang Malaikat. Seseorang yang dapat mengisi hatinya yang kosong dan hampa. Seseorang yang dapat menenangkan dirinya dari masalah Mentalnya. Tapi jalan untuk mendapatkannya tidak lah mudah. Selalu saja ada seseorang yang ikut campur dengan Malaikatnya. Selalu saja ada orang yang mendekati Malaikatnya. Selalu saja ada orang yang menghalangi jalannya untuk mendapatkan Malaikatnya. Dan orang-orang itu membuat Yuna Akari iritasi. Yuna akan melakukan berbagai macam cara untuk mendapatkan Malaikatnya. Yuna akan melakukan berbagai macam cara untuk menghentikan orang-orang yang mencoba untuk mendekati Malaikatnya. Itupun jika dia harus.. MENYAKITI MEREKA SEMUA! Itupun jika Yuna harus… MEMBUNUH MEREKA SEMUA! ..Mereka tidak punya pilihan lain. ..Malaikatnya Harus menjadi miliknya. ..Menjadi milik Yuna Akari.

FHNorai · 灵异恐怖
分數不夠
41 Chs

Vol. 2 - CH. 3 - Part Two

Di tangga yang menuju atap sekolah.

"'Aku akan melakukannya! Aku akan melindungi Yuna! Aku akan menjadi temannya! Aku akan..Menjadi malaikat pelindungnya!' Ohh~ Benar-benar perkataan yang sangat berani dan bertolak belakang dengan sifat Zuka, benar bukan~"

Perkataanku sebelumnya di ruang pak kepala sekolah di ulangi sekali lagi dengan nada yang sedikit meledek oleh Sara.

"Benar, benar~ Terutama bagian...~"

"Bagian..~"

"Menjadi malaikat pelindungnya!~"

"Benar~"

Teman-teman ku semua tertawa dengan lepas dan mulai meledekku dan membuatku sangat malu kepada diriku sendiri.

Aku sekarang berada di tangga paling atas dan di depan pintu yang menghubungkan dengan atap sekolah.

Aku sangat malu sekarang, dimana teman-teman ku, sekarang sedang meledek ku dengan mengulangi beberapa perkataanku kepada pak kepala sekolah sebelumnya. Wajah ku sangat merah berkat malu. Aku menutup wajah ku dengan kedua tangan ku.

"Kapan lagi kalian akan melihat Zuka yang seperti itu, bukan~"

"Ya. Ternyata Zuka bisa sedikit puitis juga, ya~"

"Zuka ingin menjadi malaikat pelindung, ya~"

"Seorang malaikat Sadis yang melindungi seorang gadis manis, ya..Terdengar seperti sebuah novel untuk ku"

"Perkataan Zuka sudah cukup untuk memberikan kita sedikit hiburan~"

"Kalian tidak boleh seperti itu" Tegas Azuna.

"Azuna..."

"Ya. Maksud ku kalian tidak boleh bilang kalau itu adalah 'Sedikit hiburan', melainkan itu hiburan yang sangat lucu untuk di dengar~"

"AZUNA ADA DI PIHAK KAMI~ YEAY~"

Bahkan Azuna pun juga ikut meledek ku.

Mau bagaimana lagi, bukan. Saat itu aku terbawa dengan suasana dan emosiku. Emosiku menjadi sangat kuat disana. Aku mengatakan semuanya murni dari dalam lubuk hatiku. Aku bahkan hampir tidak sadar kalau aku baru saja mengucapkan perkataan-perkataan seperti itu.

Kalau aku mengingat perkataan-perkataanku sebelumnya lagi..

Aku merasa sangat malu karena telah mengucapkan perkataan-perkataan seperti itu.

Perkataan itu sangat tidak cocok dengan ku. Sifat seperti itu sangat tidak cocok dengan ku. Aku sangat paham kenapa teman-teman ku sekarang sedang meledekku.

"Tapi ya..Siapa yang menyangka kalau Yuna justru berani berbohong untuk melindungi Zuka"

Perkataan Aoi membuat ku melepas kedua tanganku yang menutup wajahku karna malu. Namun, ekspresi wajahku menunjukkan kebingungan dicampur rasa bersalah.

Candaan dan ledekan sebelumnya langsung terhenti dan berubah menjadi perbincangan yang sedikit serius.

"Benar. Aku sama sekali tidak paham kenapa Yuna melakukan itu. Kalian punya ide?" Tanya Azuna dimana yang lain menjawab dengan menggelengkan kepalanya.

"Bagaimana dengan dirimu sendiri, Zuka?"

Aku tidak menjawab pertanyaan Azuna. Seharusnya itu sudah jelas kalau aku juga sama sekali tidak tahu apa maksud Yuna dalam melindungiku dengan cara berbohong seperti itu.

"Juga..Berbohong mengenai dirinya yang diserang oleh Bare Fist Satsuji. Bukankah itu terlalu nekat"

"Sangat nekat malahan"

"Secara tidak langsung, Yuna telah menuduh seseorang begitu saja yang nyatanya bukan dia pelakunya dan menambah pekerjaan para polisi. Kasusnya justru menambah berkat kebohongan Yuna. Dan lagi, Yuna berbohong dan menuduh seorang pembunuh berantai yang keji"

"Tapi menurut Niko tidak apa sih. Lagi pula Yuna menuduh seorang pembunuh-"

"Tidak. Bukan itu"

"Bukan?"

"Lalu apa maksud mu, Rezuki?"

"Masalahnya, bagaimana jika Bare Fist Satsuji mengetahui kalau Yuna baru saja menuduhnya sebagai pelaku yang menyakiti Yuna seperti sekarang ini yang nyatanya bukan dia lah pelakunya. Bare Fist Satsuji itu adalah seorang pembunuh berantai yang keji dan tak kenal ampun. Aku yakin jika dia mengetahui soal kebohongan Yuna, yang sekaligus menambah bebannya, Yuna berada dalam masalah besar. Bisa saja Bare Fist Satsuji menyerang Yuna berkat kebohongan Yuna"

"I-Itu...Mungkin saja terjadi..Tapi, aku yakin, dan tidak mungkin juga, Bare Fist Satsuji dapat mengetahui hal itu, bukan"

"Aku harap begitu. Bagaimana menurut mu sendiri, Zuka?" Tanya Rezuki kepada ku.

Aku pun menjawab-

"Itu pasti akan terjadi!" Jawab ku.

Jawaban ku mengejutkan yang lain.

"Jadi..Maksud mu, Bare Fist Satsuji dapat mengetahui kebohongan Yuna yang telah memfitnahnya?" Tanya Azuna dengan sedikit terkejut.

"Ya. Dia orang yang seperti itu"

"T-Tidak mungkin..Itu tidak mungkin, bukan?" Lanjut Aoi.

"Seperti yang ku katakan, Bare Fist Satsuji pastinya dapat mengetahui kalau ada seseorang yang telah menuduhnya melakukan perbuatan yang menyangkut dirinya. Apalagi tuduhan yang tidak pernah dia lakukan"

"Bagaimana dia melakukan itu?" Tanya Sara.

"Aku juga tidak begitu tahu"

"Lalu kenapa kau bisa sangat yakin"

"Itu...Susah untuk di jelaskan"

Teman-temanku hanya terdiam sambil melihat ke arah ku dengan wajah mereka yang cukup penasaran.

Lebih tepatnya, aku tidak bisa bilang kenapa. Ini ada sangkut pautnya dengan kejadian di Death-Seum. Ajang seni bela diri bawah tanah yang terahasia.

Menurut cerita dari Manager ku, dulu pernah ada seseorang yang mensabotase dan menuduh Bare Fist Satsuji secara diam-diam, dan tentunya secara rahasia tanpa sepengetahuan Bare Fist Satsuji, kalau Bare Fist Satsuji telah melakukan kecurangan dalam sebuah pertandingan.

Mendapat berita itu, para petinggi Death-Seum langsung menyelidiki kecurangan yang tidak nyata Bare Fist Satsuji.

Pada waktu itu, Bare Fist Satsuji sedang dalam masa keemasannya di Death-Seum dimana dia dalam beberapa hari lagi dapat menantang Juara dan pemegang tahta tertinggi di Death-Seum, yaitu King kedelapan Death-Seum.

Tapi, berkat tuduhan itu, Bare Fist Satsuji merasa ada yang aneh telah terjadi disekitar dan disekelilingnya merasakan kalau ada rumor aneh yang bertebaran mengenainya.

Lalu, keesokkan harinya, orang yang telah menuduh secara diam-diam tanpa diketahui oleh siapapun, selain para petinggi Death-Seum, ditemukan sudah tidak bernyawa dengan kondisi sangat mengenaskan di tempat tinggalnya.

Pelakunya tentu saja Bare Fist Satsuji.

Bare Fist Satsuji sama sekali tidak diberitahu mengenai tuduhan ini. Kemungkinan dia dapat mengetahui tuduhan ini mungkin saja karena dia memiliki indra dan insting yang kuat juga berkat perasaan ganjil yang terjadi disekitarnya.

Menurut Manager ku, Bare Fist Satsuji memiliki perasaan dan indra yang kuat seperti itu. Bahkan kepada orang yang tidak dikenalpun Bare Fist Satsuji dapat merasakan dan mengetahuinya.

Kebanyakan kasus pembunuhan yang ia perbuat itu berkat indra dan perasaan kuatnya ini. Dia selalu merasakan kalau ada seseorang yang baru saja menghinanya, mengutuknya, menuduhnya, dan lain sebagai macamnya walau itu semua belum dapat dikonfirsmasi.

Bilang saja kalau dia ini adalah orang yang sangat curigaan dan memiliki sifat yang sangat buruk. Sifatnya yang buruk itu lah yang membuatnya menjadi seperti sekarang ini.

Aku hanya berharap Yuna tidak kenapa-napa nantinya. Aku sangat berharap perasaan dan rasa curiga Bare Fist Satsuji tidak sampai ke Yuna.

"Lalu..Kalau sudah seperti ini, apa yang akan kau lakukan, Zuka?" Tanya Azuna kepada ku.

"Bukannya sudah jelas seperti yang ku katakan sebelumnya di ruang pak kepala sekolah. Aku akan-"

"Tidak. Bukan soal itu. Kalau itu aku sudah sangat yakin. Lebih tepatnya merasa cukup yakin..Setidaknya"

"'Setidaknya', itu artinya kau masih sedikit meragukannya, bukan.."

"Kurang lebih. Tapi yang ku maksud adalah..Apa yang akan kau lakukan jika Bare Fist Satsuji menyerang Yuna nantinya?"

Pertanyaan Azuna membuat semua teman-teman ku terdiam tidak dapat berkata dan bereaksi apa-apa. Tentu saja, aku sangat yakin kalau mereka sekarang merasa sangat ketakutan karena memikirkan kemungkinan, dimana mungkin saja, Yuna akan diserang oleh salah satu pembunuh berantai yang paling keji yang pernah ada, yaitu Bare Fist Satsuji.

Tapi..

Itu tidak untuk ku.

Aku pun menjawab pertanyaan Azuna itu dengan berani dan penuh percaya diri-

"Tentu saja, aku akan melawannya!"

Jawaban ku membuat teman-teman ku justru menjadi sangat panik.

"Kau gila ya!"

"Zuka..Kau merasa sangat percaya diri ingin menghadapinya jika hal seperti itu benar terjadi?"

"Aku tahu kalau kau petarung yang hebat, Zuka. Tapi ingat perkataan Pak Kepala sekolah kalau kau dilarang untuk nekat seperti itu"

"Yang kau lawan biasanya adalah petarung seni bela diri yang bukan seorang pembunuh berantai"

"Normalnya kau selalu melawan para 'Petarung!' bukan 'Pembunuh berantai!'"

"Bare Fist Satsuji mungkin 'Pernah' menjadi seorang 'Petarung', tapi dia sekarang adalah seorang 'Pembunuh berantai yang keji'. Tolong pahami perbedaan yang jauh ini, Zuka!"

"Jika kau menghadapi Bare Fist Satsuji, yang ada kau..."

"Ummm! Niko tidak ingin kehilangan Zuka!"

Semuanya...

Aku tahu dan paham kalau mereka merasa sangat khawatir kepada ku.

Tapi..

Ada satu hal yang tidak mereka ketahui.

Yaitu...

Aku sudah pernah menghadapi Bare Fist Satsuji.

Aku menghadapinya di acara spesial Death-Seum, yaitu Mix Gender Match yang dapat di bilang cukup kontroversial di kalangan dunia bawah tanah satu tahun yang lalu.

Event ini berdampak cukup buruk untuk Death-Seum, dimana Event ini pernah membuat Death-Seum mendapatkan banyak kecaman dan rating penonton yang datang menurun dan rating penonton online di web rahasia menurun sangat drastis.

Tidak hanya itu, tapi banyak petarung-petarung yang harus menelan malu dan kehilangan banyak dukungan dan namanya menjadi hancur. Bahkan ada yang sampai pensiun karena saking malunya.

Berkat kontroversi ini, Death-Seum menghapus Event ini dari daftar Event khusus Death-Seum dan menguburnya dari sejarah Death-Seum. Event ini termasuk aib yang besar bagi Death-Seum.

Lalu, bagaimana hasil pertandingan ku dengannya..

Tentu saja sudah jelas, bukan.

Aku lah yang menang.

Aku sebenarnya sudah pernah mengalahkan Bare Fist Satsuji satu tahun yang lalu sebelum dia di tangkap keesokkan harinya. Ini juga merupakan alasan yang besar kenapa Bare Fist Satsuji berhasil di tangkap oleh kepolisian. Tentu saja, itu karena Bare Fist Satsuji merasa sangat kesal pada waktu itu dan moodnya sangat tidak terkontrol dan membuatnya meminum minuman keras sampai dia mabok dan tidak sadarkan diri membuatnya dapat dengan mudah ditangkap oleh kepolisian di kediamannya.

Aku, seorang petarung seni bela diri campuran perempuan pertama yang berhasil mengalahkan Bare Fist Satsuji. Tentu saja itu menghebohkan dunia bawah tanah. Namun..Aku bukan orang pertama yang berhasil mengalahkan Bare Fist Satsuji.

Ini lah alasan kenapa aku merasa sangat percaya diri dapat menghadapi Bare Fist Satsuji. Aku yakin dia pasti juga telah bertambah kuat. Namun..Aku juga semakin bertambah kuat. Lebih kuat dari terakhir kami bertemu.

Aku dapat mengantisipasinya. Jika dia datang untuk menyerang Yuna atau teman-teman ku, maka dia harus berhadapan dengan salah satu mimpi buruknya lagi..

Yaitu aku!

Tapi untuk sekarang ini...

Aku harus menenangkan teman-teman ku terlebih dahulu.

"Zuka..Kau..-"

"Baiklah, baiklah~ Tenang saja kalian semua~ Aku tidak akan nekat lagi kok. Aku akan berjanji untuk tidak macam-macam dengan pembunuh berantai keji itu. Lagi pula..Aku juga tidak ingin kalian kenapa-napa"

Tentu saja aku berbohong. Aku tentunya akan berhadapan dengan Bare Fist Satsuji jika aku harus.

"Zuka..."

"Maafkan aku ya..Karena telah membuat kalian sedikit khawatir"

"Tentu saja, bukan! Maksud ku..Lagi pula ini kan masalahnya dengan Bare Fist Satsuji-"

"Ada apa dengan Bare Fist Satsuji?"

Dari arah bawah, tiba-tiba ada suara seorang pria yang ikut masuk dalam percakapan kita begitu saja.

"Eh? Jin-sensei?!"

"Apa yang kalian lakukan- Tidak. Bukan itu maksud ku..Aku sudah tahu kalau ini tempat nongkrong kalian. Maksud ku, apa yang kalian bicarakan? Jangan membicarakan yang aneh-aneh mengenai Bare Fist Satsuji! Kalian tahu itu, bukan?!"

"Jin-sensei..Sejak kapan sensei datang?"

"Kami sama sekali tidak dapat menyadari kedatangan sensei"

"Seperti biasa, Jin-sensei memiliki hawa keberadaan yang tipis"

"Jin-sensei memang benar-benar menakutkan, ya~"

Kami semua menuruni tangga dan mendekat ke Jin-sensei.

"Apa yang kalian bicarakan?..Aku hanya numpang lewat saja dan secara kebetulan mendengar perkataan 'Bare Fist Satsuji'. Tentu saja aku sebagai seorang guru sedikit panik dan khawatir dengan murid-murid perempuan ku tahu"

"Waaahh~ Jin-sensei perhatian terhadap kita~ Aku senang mendengarnya~"

"S-Sara kau ini...Sebagai seorang guru sudah jelas, bukan"

Sebentar..

Apakah tadi Jin-sensei baru saja mengatakan kalau...

Hmmm?

Lupakan saja lah.

Yashimoto Jin, Jin-sensei panggilannya, umur disekitar pertengahan 20 tahun ke atas, merupakan seorang guru bidang seni yang mengajar di SMA Nishigami sejak 3 tahun yang lalu. Jin-sensei memiliki tinggi badan yang cukup tinggi ditambah dengan kakinya yang lumayan panjang.

Jin-sensei memiliki rambut berwarna nila yang dibelah ke kanan, mata zaitun yang memiliki pupil seperti kucing dan Jin-sensei memakai kacamata berbentuk persegi panjang. Jin-sensei selalu memakai pakaian yang sangat rapih seperti kemeja, jaz, dasi, celana panjang, dan sepatu bermerk.

Di kalangan para murid perempuan, Jin-sensei yang paling populer. Jin-sensei dapat dibilang sebagai salah satu atau mungkin guru tertampan yang pernah ada di sekolah. Di tambah lagi fakta kalau Jin-sensei masih cukup mudah.

"Apa yang kalian bicarakan?"

"Bukan apa-apa~ Benar 'kan semua~"

"Umu umu~"

"Jangan berbohong. Aku tahu kalau sekarang kondisi di dunia luar sedang tidak begitu baik dimana banyak pembunuh berantai berkeliaran dimana-mana sekarang. Di tambah lagi, kalian membicarakan Bare Fist Satsuji. Dia itu kan terkenal karena...-"

"Hmm? Karena apa?"

"-...Lupakan. Sensei juga tidak mau membicarakannya agar sensei tidak kenapa-napa nantinya"

"Hmm? Sensei bisa sedikit aneh juga, ya"

"Siapa yang kau bilang aneh, Sara?"

"TeeHee~"

Hmm?

Sepertinya sensei juga...Tidak mungkin sih. Mungkin hanya perasaan ku saja.

"Jadi..Kenapa sensei berada di sini?" Tanya Aoi.

"Yak. Tadi kan sensei sudah bilang kalau sensei hanya kebetulan lewat"

"Benar juga, ya~"

Sensei menghela nafasnya pelan.

"Tapi..Karna sensei kebetulan bertemu dengan kalian. Ada yang ingin sensei tanyakan"

"Apa itu?"

Wajah Jin-sensei yang sebelumnya biasa saja kini berubah menjadi sedikit serius ditambah dengan tatapan mata kucingnya yang sangat tajam seolah-olah dapat menusuk dan mengintimidasi siapa saja yang ia tatap dan yang menatapnya balik.

"Ini soal Yuna"

Kami semua menjadi terdiam dan tidak bereaksi apa-apa.

Suasana tenang dan senang kami sebelumnya..Berubah menjadi cukup serius dan sedikit menekan.

Aku tidak ragu jika Jin-sensei menanyakan soal Yuna kepada kami, mengetahui kalau kami- Tidak. Tapi hanya aku yang sering berurusan dengan Yuna.

Ditambah lagi, ada sebuah fakta dimana Yuna adalah murid favorit Jin-sensei. Hal ini juga membuat banyak murid perempuan iri dan cemburu terhadap Yuna. Padahal Jin-sensei hanya menyukai karya seni dan lukisan yang Yuna. Seni Yuna menurut Jin-sensei sangat bagus yang akhirnya membuat sensei menyukai segala karya seni yang Yuna buat dan berkat ini menjadikannya sebagai murid favoritnya.

Aku sangat yakin kalau Jin-sensei sangat perhatian terhadap Yuna. Kalau tidak salah, setiap setelah pulang sekolah Yuna sering ke ruang seni untuk bertemu dengan Jin-sensei. Aku tidak tahu apa yang mereka lakukan disana tapi aku rasa Yuna hanya ingin mengobrol dengan sensei dan juga Yuna hanya ingin melukis dan meminta saran dan arahan melukis dari sensei.

Rumor mengatakan kalau Yuna selalu datang ke ruang seni hanya untuk minta diajarkan melukis oleh Jin-sensei. Bilang saja kalau ini juga sebagai kelas tambahan yang Yuna minta. Tidak setiap hari Yuna pergi ke ruang seni. Yuna hanya datang jika dia mau saja. Begitu lah yang rumor katakan.

Untuk memecah ketidak nyamanan ini, aku bertanya kepada Jin-sensei.

"Lalu..Ada apa dengan Yuna, Sensei?"

"Kenapa jadi kamu yang balik bertanya, Zuka?"

"Yaa..Itu karena sensei langsung terdiam sehabis mengatakan itu. Ditambah lagi, Sensei sama sekali belum bertanya apa-apa soal Yuna"

"A! Benar juga, ya. Maaf, maaf, karna telah membuat kalian sedikit khawatir dan kebingungan. Aha ha ha ha~"

"Jadi..Ada apa, Sensei?"

"Sensei hanya ingin tahu soal keadaannya saja. Kemungkinan kalian tahu"

"Kami kurang tahu. Tapi dia pastinya masih terbaring di atas kasur sekarang ini"

"Hmm..Begitu ya. Bare Fist Satsuji memang menyeramkan"

Ada satu hal lagi mengenai Jin-sensei. Sensei adalah salah satu guru yang mengetahui soal janji ku untuk menjaga Yuna. Tapi, aku sampai sekarang ini belum pernah melindunginya, justru malah menyakitinya.

"Omong-omong, apa kalian sudah ke ruang kepala sekolah?" Tanya Jin-sensei kepada kami.

"Tentu"

"Jadi kalian sudah mengetahui soal siapa yang menyakiti Yuna, bukan"

Dengan pelan, dan sedikit merasa canggung, teman-teman ku menjawab, "...Ya," dimana aku tidak menjawab sama sekali karena merasa sangat bersalah karena sebenarnya akulah yang menyakiti Yuna bukan Bare Fist Satsuji.

Aku menundukkan kepala ku merasa sangat bersalah.

Jin-sensei terdiam untuk sesaat sebelum melanjutkan.

"...Begitu, ya" Jin-sensei menundukkan kepalanya sedikit sambil memperbaiki posisi kacamatanya.

Suasana disekitar kami menjadi sedikit canggung dan sunyi.

Lalu, satu tarikan nafas, menghidupkan kembali suasana yang canggung ini-

Jin-sensei menarik nafasnya pelan lalu menghembuskannya dengan pelan. Jin-sensei kemudian berkata-

"Yuna sangat baik, bukan...-"

Perkataan Jin-sensei membuat aku dan teman-teman ku sedikit bingung. Tidak. Kami sudah tahu kalau sebenarnya Yuna itu seorang gadis yang baik hati dan murni hatinya. Yang kita kejutkan adalah perkataan Jin-sensei yang mendadak.

"-...Berani berbohong seperti itu" Lanjut Jin-sensei.

Perkataan Jin-sensei yang selanjutnya membuat kami lebih terkejut lagi.

Sepertinya..

Jin-sensei mengetahui kebenarannya. Aku tidak boleh bersembunyi lagi jika sudah seperti ini.

Akupun langsung menerobos bertanya-

"Apa hanya sensei yang tahu?!"

"Jika bukan hanya sensei..Seharusnya pak kepala sekolah tidak memberitahu kalian soal Bare Fist Satsuji yang menyakiti Yuna, bukan. Dan kau, Zuka, seharusnya sudah diberikan hukuman sekarang. Yuna melindungi mu" Jawab Jin-sensei dengan nada dan tatapan yang serius.

Aku hanya dapat menjawab, "...Begitu, ya" dengan pelan dan perasaan yang sangat bersalah juga merasa sangat malu sekaligus merasa lega atas perlindungan Yuna terhadap ku mulai keluar dan beraduk-aduk didalam hatiku.

Aku yang seharusnya melindunginya, tapi malah aku yang dilindungi olehnya. Aku benar-benar memalukan, bukan.

Akupun bertanya sekali lagi-

"Bagaimana sensei dapat mengetahuinya?"

Tanpa jeda, Jin-sensei langsung menjawab-

"Bukankah sensei sudah mengatakannya barusan.."

"Eh?"

"'Yuna sangat baik, bukan', itu yang sensei katakan sebelumnya"

"J-Jadi...?"

"Begini..Hampir setiap hari sensei bertemu dengan Yuna setiap pulang sekolah jika Yuna ingin mendapat arahan melukis-"

"JADI RUMOR ITU BENAR!?" Teriak Sara memotong perkataan Jin-sensei yang sekaligus membuat kami semua, terutama Jin-sensei, terkejut.

"UWWAAHH! Bikin kaget saja! SARA! Sudah sensei bilang, selalu jaga sopan santun mu dan lihatlah situasi sebelum bertindak!" Ucap Jin-sensei kepada Sara mengingatkannya.

"A-Ahaha~ M-Maaf, maaf~ Habisnya banyak rumor aneh mengenai sensei dan Yuna"

"Jangan percaya rumor-rumor yang tidak benar. Semua guru juga tahu kalau Yuna mendatangi sensei tiap pulang sekolah hanya untuk les tambahan"

"Begitu, ya...Aku menjadi cukup lega"

"Kenapa?"

"Karena rumor yang aneh-aneh itu tidak benar~ TeeHee~"

"Yang benar saja...."

Sifat Sara yang seperti ini, yang tidak dapat membaca situasi dengan baik, terkadang memang sedikit menjengkelkan sih. Tapi ada baiknya juga, dia berhasil mendinginkan suasana.

"Ehem!...Apa kau belum paham juga, Zuka? Atau kau belum menyadarinya?"

"M-Menyadarinya?"

Entah kenapa, aku sedikit bingung disini. Atau aku yang kurang paham dengan situasi sekarang? Dan juga..Kepalaku sekarang berisi banyak sekali pertanyaan dan bisa dibilang..Sedikit pusing.

"Seperti yang kita ketahui, Yuna benar-benar seorang gadis yang malang dan berhati baik. Dia tidak pernah mengeluh setiap kali dibully dan tidak pernah mengadu. Dan sekarang dia bahkan melindungimu dari tuduhan-"

Aku hanya dapat menundukkan kepalaku dan teman-temanku hanya dapat melihatku dengan wajah mereka yang khawatir.

"-...Tapi..Saking baiknya, Yuna menempatkan dirinya dalam masalah lagi. Dengan menuduh Bare Fist Satsuji sebagai pelakunya. Dan kau tahu apa artinya itu, bukan, Zuka"

Aku sangat tahu dan paham sekali dimana aku hanya dapat mengangguk dengan pelan.

Ternyata benar..

Jin-sensei juga 'Mengetahuinya'.

Tapi..

Bagaimana bisa?

Lupakan!

Untuk sekarang aku tidak mau menambah beban pikiran ku. Urusan Jin-sensei yang juga 'Mengetahuinya' itu belakangan saja. Masalah utama ku sekarang adalah masalah ku dengan Yuna.

"Lalu...Apa yang sensei maksud lebih tepatnya?" Tanya Azuna.

"Sudah jelas, bukan...-"

"Apanya?"

"-...Yuna menginginkan sesuatu dari Zuka"

"Menginginkan sesuatu dariku?" Aku menjadi semakin bingung.

"Apa lebih tepatnya?" Tanya Azuna sekali lagi.

Jin-sensei hanya dapat tersenyum sambil melihat lurus kearah ku.

Sensei yang melihatku membuatku sedikit kurang nyaman dan sedikit merasa penasaran.

"Zuka..."

"A-Ada apa..Sensei?"

"Yuna itu gadis yang baik. Apa kau setuju dengan ku?"

Aku hanya dapat mengangguk dengan pelan lalu menjawab, "Un" dengan pelan juga.

"Lalu kenapa kau menyakitinya?"

Aku hanya dapat terdiam. Begitu juga dengan teman-temanku yang melihat kearahku dengan wajah yang bertanya-tanya yang sama penasarannya dengan Jin-sensei.

Aku tidak tahu harus menjawab seperti apa.

Bahkan jujur...

Aku sendiri juga tidak tahu kenapa.

Aku tidak dapat mengetahui perasaanku sendiri.

Aku seperti mendapatkan dorongan untuk menyakiti Yuna dan setelah itu mendapat perasaan yang sangat berat penuh dengan penyesalan setelah menyakiti Yuna.

Aku...

Sama sekali tidak tahu kenapa aku menyakiti Yuna.

"...Aku sendiri tidak tahu mengapa" Jawab ku dengan pelan dan penuh rasa bersalah.

"...Begitu, ya" Balas Jin-sensei.

"Lalu..Menurut mu, Yuna seperti apa dan bagaimana perasaan mu sekarang terhadap Yuna?" Tanya Jin-sensei sekali lagi.

"Yuna adalah gadis yang sangat baik. Dia perhatian. Penuh kasih sayang. Tapi aku juga keheranan..Kenapa banyak orang yang ingin menyakitinya? Termasuk aku. Kenapa? Aku sendiri tidak tahu kenapa...-"

"Lalu..."

"-...Lalu..Apa Yuna mengetahui alasan kenapa orang-orang ingin menyakitinya? Sepertinya tidak. Tentu saja tidak, bukan. Bodoh sekali aku berpikir dan mengira kalau Yuna mengetahuinya. Dia korbannya disini. Dia yang paling sial. Dan sekarang..Entah kenapa sekarang aku...Aku...-"

Mulai merasakan rasa bersalah yang lebih dari sebelumnya dan juga..-

"Rasa Kasihan" Lanjut Jin-sensei.

Itu yang kurasakan sekarang. Persis apa yang Jin-sensei katakan. Dan aku hanya dapat terdiam.

"Itu benar, bukan, Zuka?"

Aku hanya dapat mengangguk dengan pelan sambil menundukkan kepalaku sedikit.

"Kau sekarang merasa kasihan terhadapnya, bukan begitu, Zuka"

"...Ya"

Jin-sensei dan teman-temanku hanya dapat melihat kearah ku dan terdiam. Terdiam cukup lama. Membuatku merasa sedikit tertekan dan kembali dipenuhi dengan parasaan lebih bersalah lagi.

Kecuali Rezuki.

Rezuki melihat kearah ku dengan tatapan yang serius. Begitu juga dia menatap Jin-sensei dengan tatapan yang serius.

Rezuki kemudian mulai berbicara untuk memecah keheningan ini-

"Lalu..Apa yang sensei inginkan dari Zuka?"

"Apa maksud dari pertanyaan itu, Rezuki?" Tanya Jin-sensei balik.

"Pasti ada sesuatu dan maksud dari semua pertanyaan dan omongan sensei sebelumnya, bukan. Lalu apa yang sensei inginkan? Sensei ingin mendorong Zuka untuk apa? Yak, aku mungkin sedikit tahu apa maksud sensei sih. Tapi tidak untuk Zuka dan yang lain"

Mendengar ucapan Rezuki, aku dan yang lain hanya dapat terdiam dan sedikit kebingungan. Namun Jin-sensei tersenyum.

"Sepertinya kau tahu apa maksud ku, ya, Rezuki. Seperti yang diharapkan dari Rezuki. Seorang gadis yang-"

"Tidak perlu dilanjutkan lebih dari itu! Langsung saja jelaskan kepada Zuka dan yang lainnya!"

"Baiklah, baiklah~ Kau kasar terhadap guru mu sendiri, ya, Rezuki~ Sangat dingin~"

"Aku tidak ingin mendengar itu darimu, Jin-sensei"

Aku dan yang lain menjadi semakin bingung dan juga penasaran. Sebenarnya Rezuki itu menyembunyikan apa dari kita semua?

Untuk tidak menjadi semakin bingung, aku memberanikan diriku untuk langsung bertanya kepada Jin-sensei.

"S-Sensei!"

"Ya?"

"J-Jadi..Apa benar kalau sensei ada maksud tertentu daritadi?"

"Ya~ Tentu saja"

"Lalu...-"

Aku berhenti sejenak sebelum melanjutkan.

"-...Apa yang harus kulakukan?" Lanjutku dengan kepala yang menunduk menandakan kalau aku sangat membutuhkan arahan dan bantuan sekarang.

Jin-sensei hanya dapat tersenyum kepadaku. Jin-sensei kemudian mengulang perkataannya yang sebelumnya-

"Yuna itu...Gadis yang baik, ya-"

"Aku sudah mendengar itu!" Merasa sedikit frustasi, aku memotong perkataan Jin-sensei dengan sedikit berteriak kearahnya.

Lalu, tidak terpengaruh dengan aku yang memotong ucapannya, Jin-sensei tetap melanjutkan ucapannya-

"-...Dia pasti sekarang sedang menunggu permintaan maaf mu"

"EH?!"

Aku terkejut.

Kedua mataku terbuka sangat lebar.

Badanku menjadi kaku dalam sekejap. Dan bergemetar.

Aku mengepalkan kedua tanganku dengan sangat erat.

Nafasku menjadi sedikit berat.

Dan dari kedua mataku..

Aku..

Meneteskan sedikit air mata.

"Z-Zuka???" Semua teman-temanku, kecuali Rezuki, sangat terkejut melihat reaksi ku.

Jin-sensei pun melanjutkan-

"Yuna pasti...Ingin memaafkan mu, Zuka. Dia masih memberikan ruang untuk mu. Ruang untuk mu..Di hatinya~"

Mendengar perkataan Jin-sensei yang seperti itu..Membuat ku meneteskan air mata dan sekaligus..

Mulai sedikit menangis.

"Z-ZUKA??? K-Kau kenapa?!" Teman-temanku, kecuali Rezuki, kembali terkejut.

Perkataan Jin-sensei seolah-olah memberikanku harapan yang sangat luas dan juga kesempatan kedua.

Tapi aku...

Masih tidak begitu merasa sangat yakin.

Aku...

Masih membutuhkan harapan lagi.

Akupun, sambil sedikit demi sedikit meneteskan air mata, mulai berusaha untuk berbicara dan menanyakan beberapa hal kepada Jin-sensei-

"T-Tapi...A-Apa aku bisa...?"

"Tentu saja kau bisa!~" Balas Jin-sensei dengan penuh keyakinan terhadapku.

"A-Apa Yuna akan menerimaku...?"

"Tentu saja dia akan!~"

"T-Tapi...Bagaimana aku melakukannya...?"

Jin-sensei tersenyum kepadaku. Sensei kemudian mengulurkan tangannya dan mulai..Mengelus-elus kepala ku dengan penuh rasa kasih sayang seorang guru terhadap muridnya.

"Kau bisa melakukannya, Zuka. Yang kau perlukan hanyalah keberanian dan juga...-"

"D-Dan juga?"

"-...Kau hanya harus berani untuk mengungkapkan dan mengatakan dengan jujur seluruh perasaan mu terhadap Yuna. Itu saja"

"J-Jujur...?"

Jin-sensei masih tersenyum.

"Aku tahu apa yang kau rasakan, Zuka. Aku juga mulai mengetahui bagaimana perasaan mu terhadap Yuna. Aku mulai tahu dan paham. Yang kau harus lakukan sekarang adalah jujur terhadap perasaan mu sendiri kepada Yuna. Mungkin sulit untuk mu. Tapi, jika kau berusaha dan berani..Maka tentunya semua akan menjadi lebih mudah"

"A-Aku...B-Bisa?"

"Ya!~ Kau bisa!~"

"A-Apa aku..Tidak terlambat?"

"Tidak ada kata terlambat untuk meminta maaf dan memaafkan seseorang, Zuka~"

"A-Apa aku...Masih mendapatkan kesempatan kedua?"

"Semua orang pastinya selalu diberikan kesempatan kedua, Zuka. Namun, itu tidak akan selalu datang. Semuanya tentu akan terjadi begitu saja. Akan lewat begitu saja. Dan kau mungkin tidak akan mendapatkan momen atau kesempatan yang sama seperti yang sebelumnya lagi. Jadi kau harus mengambil kesempatan itu dan tidak boleh menyia-nyiakannya. Dan sekaranglah saatnya. Inilah kesempatan kedua mu, Zuka!"

Aku masih meneteskan air mata sambil kepalaku dielus dengan pelan oleh Jin-sensei.

"B-Benarkah begitu...Sensei?"

"Ya~"

"Y-Yuna akan...Menerimaku?"

"Tergantung bagaimana kau mengambil kesempatan itu tentunya. Dan tergantung bagaimana kau nantinya"

"Sensei dapat menjaminnya?"

"Sensei percaya padamu!~"

"A-Aku...Aku..."

Aku masih menangis.

Sekaligus merasa sangat bahagia.

Bahagia karena aku tahu kalau aku..

Mendapatkan sebuah harapan dan kesempatan kedua juga dorongan dari seseorang yang tepat.

Jin-sensei masih tersenyum kepada ku.

Aku sekarang..

Merasa sangat yakin..

Lebih yakin lagi!

Aku yang sebelumnya merasa sangat ragu, kini diisi dengan keyakinan yang penuh.

Aku merasa sangat yakin sekarang berkat telah diberikan kesempatan kedua, baik oleh Jin-sensei dan yang paling terutama..Oleh Yuna.

Aku harus berhenti meneteskan air mata. Ini bukan seperti diriku saja.

Aku mengelap wajahku yang dipenuhi dengan air mataku dengan lengan kananku. Aku mengangkat kepalaku dan menatap kearah Jin-sensei dengan penuh keyakinan dan juga tersenyum dengan lebar.

Jin-sensei membalas senyumanku dengan senyumannya yang lebar juga. Jin-sensei juga mulai berhenti mengelus-elus kepalaku.

"Merasa lebih baikan sekarang?~" Tanya Jin-sensei untuk memastikan.

"Ya!~" Jawabku dengan penuh keyakinan.

Jin-sensei masih tersenyum kearah ku, lalu berkata-

"Kau tahu apa yang harus kau lakukan, bukan~"

"Tentu!~ Aku hanya harus jujur kepada Yuna soal perasaanku terhadapnya!~"

"Bagus!~ Apa kau yakin dapat melakukannya sekarang?"

"Tentu saja!"

"Tidak. Maksud ku..'Sekarang!'"

"Eh?"

Gerak-gerik Jin-sensei mulai seperti memberikan kode dan juga petunjuk. Dia secara tidak langsung memberikan petunjuk tentang apa yang harus kulakukan sekarang.

"Ummm~ Bagaimana, ya~ Kelas mu selanjutnya mata pelajaranku, bukan~ Umm~ Aneh..~ Sensei sama sekali tidak melihat Zuka di kelas hari ini~ Kemana, ya~ Izinkah?~ Izinnya apa, ya?~"

Sekejap, aku dan teman-temanku langsung sangat paham dan mengerti apa maksud dari kode itu.

"A! CURANG! APA HANYA ZUKA SAJA YANG BOLEH?!" Tanya Sara dengan sedikit teriak.

"Tentu~ Kau kan dikelas yang berbeda~ Sayang sekali, ya, Sara~" Balas Jin-sensei yang meledek Sara sedikit.

"CURANG! ITU CURANG NAMANYA! AKU JUGA MAU IKUT! ZUKA! Ajak aku bersamamu! Aku mungkin tidak pernah kasar ke Yuna, tapi sebagai temanmu, aku juga merasa sedikit bersalah!"

"Begitu juga dengan ku!"

"Aku juga!"

"NIKO JUGA!~"

Rezuki hanya dapat tersenyum kecil.

"Oy, oy~ Hanya untuk Zuka saja loh. Kalian belakangan saja sehabis Zuka. Yang sensei berikan izin kan hanya Zuka"

"TIDAK APA, BUKAN!"

"Eeehhhh....I-Itu urusannya dengan guru jam pelajaran kalian masing-masing. Kecuali kau, Azuna. Kau mungkin sekelas dengan Zuka, tapi aku melihat mu dengan sangat jelas di kelas seni nanti"

"Eeeehhhh...Yang benar saja..."

Aku hanya dapat tersenyum dan mulai...

Tertawa.

"Ahahahahahahahahahaha~"

Tawaku mengundang perhatian teman-temanku dan Jin-sensei.

Aku merasa sangat senang..

Senang karena memiliki teman-teman yang baik dan perhatian seperti mereka dan juga guru yang sangat baik dan perhatian juga seperti Jin-sensei.

Aku...

Sepertinya aku...

Memang diberikan kesempatan kedua.

Baiklah!

Akan kulakukan sekarang!

"Sensei..."

"Ya?"

"Tidak perlu izin. Tulis saja aku absen nanti!~"

"Eh? Kau yakin?"

"Tentu saja!~ Lagipula..Ini masalahku dan aku sendirilah yang harus menyelesaikannya. Aku harus mengambil dan menanggung semua risiko berkat masalah yang kuperbuat"

"Termasuk rekor tidak pernah bolos mu?~"

"Hmph!~ Yuna adalah...Prioritas utamaku sekarang ini~ Yang lain tidaklah penting untuk sekarang"

Jin-sensei tersenyum. Dia kemudian berkata-

"Aku bangga kepadamu, Zuka. Kau akhirnya dapat jujur terhadap perasaanmu sendiri dan berani mengambil risikonya"

Aku tersenyum dengan lebar lalu membalas, "Ya!~" dengan semangat.

Jin-sensei masih tersenyum lalu mengatakan-

"Dapatkan hatinya sekarang..Zuka!~" Perintah Jin-sensei kepadaku yang juga menandakan sesuatu..

Kalau aku boleh pergi sekarang.

Aku tersenyum dengan sangat lebar lalu berkata, sebelum berlari-

"Terima kasih, sensei~ Aku bolos dulu~"

Akupun langsung berlari dengan sangat cepat meninggalkan teman-temanku dan Jin-sensei.

"Yang benar itu, 'Pergi dulu,' bukan!" Teriak Jin-sensei membenarkan perkataanku.

"Dan yang benar itu, 'Jangan berlari di lorong,' bukan begitu, Sensei" Lanjut Azuna membenarkan Jin-sensei juga.

"A!..Benar juga..."

"Enaknya Zuka...Bisa bolos dengan izin Sensei langsung"

"Walaupun dia tidak menerima izin di catatan nanti sih"

"Tapi aku juga turut senang~"

"Ya~..Aku juga~"

"Mungkin kita semua juga~"

"NIKO JUGA!~"

"Akhirnya..Zuka dapat jujur dengan perasaannya sendiri terhadap Yuna~"

"Sehabis Zuka, ayo kita juga!~"

"Ya~ Tentu saja~"

Merekapun terus melanjutkan obrolan mereka bersama.

Di tengah-tengah obrolan itu, Rezuki mendekati Jin-sensei dan mereka berdua mulai mengobrol dengan pelan tanpa sepengetahuan yang lainnya dan tidak dapat mereka dengar.

"Kau orang yang jahat, Sensei"

"Itu perkataan yang sedikit kasar terhadap gurumu, Rezuki~"

"Sensei baru saja berbohong, bukan"

"Tentu~"

"Sensei tidak berusaha untuk membantahnya"

"Jika sensei membantah, maka sensei akan berbohong lagi~"

"Terserahlah"

"Sejak kapan kau menyadarinya?"

"Sejak sensei mengatakan kalau 'Yuna ingin memaafkan Zuka'"

"Disitu, ya~"

"Sudah sangat jelas, bukan. Kalau sebenarnya sensei sama sekali tidak tahu apa Yuna benar-benar ingin memaafkan Zuka atau sedang menunggu permintaan maaf Zuka"

"Tentu. Itu semua adalah kebohongan yang sensei buat untuk Zuka. Pada kenyataannya, sensei sama sekali tidak tahu apa yang Yuna pikirkan dan rasakan sekarang. Juga, sama sekali tidak tahu dan paham kenapa Yuna berbohong dan melindungi Zuka yang telah menyakitinya selama ini. Sensei berbohong hanya untuk menyemangati Zuka saja dan untuk membuatnya dapat jujur terhadap perasaannya sendiri terhadap Yuna dan menjadi lebih berani lagi"

"Jadi sensei sama sekali tidak berbohong soal 'Tahu dan paham mengenai perasaan Zuka'"

"Ya. Hanya yang itu yang bukan kebohongan"

"Lalu sisanya? Motivasi? Untuk Zuka"

"Ya. Tentu saja"

"Menurut sensei, bagaimana posisi mereka berdua sekarang ini?"

"Mereka berdua di posisi yang sama. Sama-sama sedang mengambil kesempatan kedua itu. Dan juga sama-sama harus berani jujur dengan perasaan mereka terhadap satu sama lain. Zuka sudah berani mengambil kesempatan kedua itu dan sekarang sedang berusaha memenuhinya. Entah bagiamana dengan Yuna nanti. Berharap saja Yuna juga mengambil kesempatan kedua itu dengan baik dan berani jujur dengan perasaannya terhadap Zuka. Dan juga-"

"-...Ini kesempatan mereka. Zuka berani untuk meminta maaf kepada Yuna. Dan Yuna mau memaafkan Zuka atas apa yang telah Zuka perbuat terhadapnya selama ini. Dan mungkin juga..Yuna ingin meminta maaf kepada Zuka juga jika, atau mungkin, dia punya salah kepada Zuka"

"Walaupun kita tidak tahu kesalahan apa yang Yuna perbuat kepada Zuka. Yuna sama sekali tidak melakukan dan memiliki kesalahan, bukan"

"Tentu saja tidak. Dia korbannya, lagipula. Ini kesempatan untuk mereka berdua. Kesempatan untuk memperbaiki hubungan mereka dan memulai hubungan yang baru. Yang lebih baik lagi"

"Begitu, ya..Hmph~"

"Bagaimana dengan mu sendiri, Rezuki?"

"Aku merasa sangat lega sekarang. Akhirnya kebodohan Zuka dapat terselesaikan juga. Aku sudah mulai jijik rasanya dengan perlakuan Zuka terhadap Yuna. Setiap hari harus melihatnya berlaku kasar kepada Yuna dan nama kita semua jadi ikut kotor berkat perbuatannya. Yak, tidak seperti aku mengeluhkannya sih"

"Jadi..Kau dan yang lain ingin berteman dengan Yuna?"

"Seperti yang sensei bilang. Ini juga merupakan..Kesempatan kedua untuk kami~"

***

Aku bodoh!

Ya...Aku tahu itu.

Apa yang telah kuperbuat selama ini kepada Yuna? Dasar aku ini! Bodoh!

Bodohnya diriku yang terlalu takut jujur terhadap perasaanku sendiri kepada Yuna.

Seharusnya masalah ini tidak pernah terjadi.

Seharusnya aku, kami, dan Yuna memiliki hubungan yang sangat baik sekarang.

Dia seharusnya menjadi teman kami. Sahabat kami.

Begitu juga dengan Himawari.

Himawari seharusnya tidak pernah mengalami nasib yang sial dan sangat buruk seperti ini.

Ini semua salah ku.

Salah ku..

"Hmph!~" Aku menyeringai sedikit ditengah lariku.

Aku kemudian berteriak, ditengah lariku, sambil menyeringai-

"DASAR AKU INI..BODOOOOOOOOHHHHH!!!~"