Misaki menatap datar pada kalender di depannya. Sudah sekitar satu bulan penuh ia sama sekali tidak keluar.
Mereka selalu menjaga Misaki seolah olah ia adalah makanan atau ternak yang sangat berharga.
Menyedihkan...!!!
Misaki ingin keluar dan menikmati alam luar yang kini sangat ia rindukan.
Misaki memutuskan untuk kabur. , ia memakai jaket dingin dan sejumlah uang serta menatap sekeliling.
Tidak ada orang...."
Misaki menghela nafas dan mulai berjalan mendekati pintu. Satu langkah lagi.....
-.."Ada apa saki san?"
- Misaki tercekat dan tidak berani berbalik. Kini maklhuk berambut hijau itu hanya menekan aura yang begitu kuat.
Tangan lembut itu diarahkan pada dirinya dan perlahan menjilat bibir Misaki.
Ia menarik Misaki seraya menyantapnya....."Tolong...umh.."
-...."Ah apa yang kau lakukan??"
marah Misaki ia dihempaskan begitu saja. Dan Sony hanya menatap dingin berjalan keluar.
Krak
"Ja--jangan bilang..."
Misaki bergegas mendekati pintu itu.. dikunci...!!!
Pintu itu benar benar dikunci ,dan Misaki tidak punya kekuatan karena Sony baru saja memakan energi nya.
Misaki terdiam , dia perlahan hanya meneteskan beberapa bulir hangat.
"Lepaskan aku...."
- lirih Misaki ia terduduk... sambil terisak.
Sosok berambut hijau itu hanya menunduk sendu. Dan sosok bermata putih menegurnya.., "Kau sedih"
"Bukan tidak cuman apa kita harus seperti ini...ia akan curiga..." - lirih Sony ia mengelus bibirnya yang terasa pahit.
Sagi hanya menatap lekat lekat Sony. Udara dingin menusuk disekitar mereka itu aura Sagi..."
Sony berkeringat, aura ini satu satunya yang ia takutkan dari kakaknya ini.
"Tidak ada yang bisa dilakukan"
- serunya menatap dekat muka Sony.
Sony sedikit menunduk dan sedih, makanannya bertambah pahit seiring dia dikurung.
"Sony, pikirkan ini yang dikatakan kak Tony. Apa kau mau melanggarnya?"
- seru suara sedingin es membuat bibir dan seluruh tubuh Sony membeku.
"Tidak, jika itu yang kakak katakan"
- seru Sony menyerah , lagipula apa yang harus ia pikirkan untuk ini.
Kakak sudah memutuskan..."
Sagi tidak menjawab dan menarik muka Sony yang sedari tadi menunduk.
Deg
mereka saling bertatapan. Aura dingin dan suasana kak Sagi membuat Sony merasa sangat sepi.
Mata bening Sagi tersirat dan membuat Sony menatap lekat lekat matanya.
"Sony...lupakan pria itu. Dia hanyalah makanan kita...."
- tegas Sagi ia menatap ke wajah Sony dengan paksaan lembut khasnya.
Sony hanya mengenggam tangannya dan berusaha menghentikan rasa aneh atau perasaan kasihan pada dia yang hanya makanan itu..."
"Baik Kak, Sony akan melupakannya "