webnovel

ZEN: Didunia Fiksi

Seorang remaja pria yang meninggal karena menyelamatkan teman masa kecilnya. Remaja itu lalu ditemukan oleh sebuah cahaya dan diberikan kehidupan kedua, untuk menjelajahi dunia anime dengan system yang diberikan kepadanya. . . Perhatian: - Saya tidak memiliki karakter apapun yang ada didalam cerita ini. - Saya juga tidak memiliki gambar yang digunakan pada sampul. - Cerita ini akan beralur lambat namun kadang kadang cepat. - Saya adalah penulis baru, saya membuat novel ini hanya karena kesenangan semata dan untuk belajar. Jadi jika ada masukan, saya akan sangat amat terbuka untuk menerimanya.

AciaRhel · Tranh châm biếm
Không đủ số lượng người đọc
275 Chs

Myu

Disisi lain, disebuah labirin yang dipenuhi dengan monster, para pahlawan yang menjadi bidak dari kerajaan untuk menghentikan pihak iblis sedang membantai beberapa monster dilabirin ini. Mereka dengan antusias melakukannya, namun hanya dua orang yang mempunyai tujuan lain untuk menjadi kuat saat ini.

Shizuku dan Kaori berusaha menjadi kuat untuk menemukan sahabatnya yang terjatuh kedalam labirin ini. Mereka semua yang berada dilabirin ini, memang belum mendengar kabar tentang Zen yang saat ini tersebar luas dimana – mana.

Karena mereka sudah berada didalam labirin ini seridaknya sebelum Zen mengalahkan ribuan monster tersebut.

Shizuku sendiri saat ini sedang menatap sesuatu saat ini, setelah dia berhasil mengalahkan beberapa monster diarea ini.

"Kita akan menemukannya Shizuku-chan" kata sahabatnya yang datang setelah selesai menyembuhkan beberapa temannya yang mengalami cidera, saat pertempuran terjadi ditempat ini.

"Yap, kupastikan akan menemukannya" balas Shizuku.

Kaori yang melihat sahabatnya itu tersenyum, akhirnya merasa lega saat ini. Memang mereka sudah semakin dalam dari labirin ini, namun anehnya jejak Zen tidak berhasil ditemukan sampai sekarang.

Namun disisi lain, pria yang menyebabkan Zen terjatuh saat ini semakin emosi dibuatnya. Dia mengira setelah membuat Zen celaka dan Hajime tidak berada disini, Kaori akan semakin dekat dengannya, namun sekarang seakan wanita itu mulai menjauh darinya.

"Dia akan menjadi milikmu, jadi bersabarlah" kata seseorang yang berada datang disebelahnya.

"Cih...." kata Hiyama yang meningggalkan wanita itu.

Namun wanita itu yang melihat Hiyama meninggalkannya hanya menunjukan senyuman liciknya saat ini, namun pandangannya berubah kearah seseorang pria yang menjadi pusat dari kelompok ini.

"Dan kamu akan menjadi milikku" kata wanita itu sambil tersenyum licik dan membenarkan kaca mata yang digunakannya.

.

.

"Apakah kamu tidak apa – apa?" tanya Zen setelah membuka box yang mengurung seorang anak perempuan didalamnya.

Anak perempuan itu tidak menjawab, tetapi dia mulai gemetaran saat ini. Dia masih sangat takut saat ini, karena perlakuan yang diterimanya setelah dia berhasil diculik dari tempat asalnya.

Melihat itu, Zen mencoba menyentuh kepala anak perempuan tersebut. Awalnya anak perempuan itu semakin takut dibuatnya, namun saat Zen mengelusnya dengan lembut akhirnya anak perempuan itu mulai tenang saat ini.

"Apakah kamu baik – baik saja?" tanya Zen sekali lagi yang melihat anak perempuan itu mulai tenang.

Anak perempuan itu belum berani menjawab, namun dia perlahan mulai mengintip dari balik kelopak matanya itu. Bisa terlihat pemuda tampan saat ini sambil tersenyum sedang mengelus kepalanya dengan lembut.

Namun, sesuatu kembali membuatnya menutup matanya ketakutan, setelah melihat pria tampan yang dilihatnya itu mengeluarkan sebuah dager. Anak perempuan itu kembali gemetaran, namun tiba – tiba saja dia merasakan ikatan pada tangan dan kakinya mulai melonggar saat ini.

Saat kembali membuka matanya, ternyata semua ikatan yang mengikatnya sudah sepenuhnya terlepas saat ini. Anak perempuan itu masih termenung dengan kejadian tersebut, namun kepalanya kembali ditepuk oleh pria yang melepaskan ikatannya tadi.

"Apakah kamu baik – baik saja sekarang?" tanya Zen kembali.

Bukan menjawab anak perempuan itu hanya mengangguk, namun kali ini anak perempuan itu mulai terisak saat ini.

"Mama" katanya sambil menangis.

Zen yang melihat itu, langsung memeluk anak perempuan tersebut sambil mencoba menenangkannya.

Disisi lain, beberapa penjaga tempat itu yang dilewati Zen sebelumnya, sekarang sedang melakukan pemeriksaan. Namun saat mereka mulai memasuki tempat dimana beberapa budak ditahan, beberapa teman mereka saat ini sudah terpisah bagian kepala dengan tubuhnya.

Mereka mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi, namun sebuah suara ledakan besar terdengar dari tempat dimana keberadaan boss mereka berada.

"Apa yang terjadi?" kata salah satu orang.

"Itu dari markas utama" balas temannya.

"Mari kita periksa" kata pria tersebut lalu membagi anggotanya menjadi dua, untuk memeriksa tempat ini dan sebagaian menuju kemarkas utama.

Namun saat sebagian kelompok tersebut sudah beranjak dari sana, kelompok yang bertugas menyelidiki tempat ini, tiba - tiba saja, kepala mereka mulai terlepas dari badan mereka masing - masing.

Selang beberapa lama, seorang pria sedang menggendong seorang anak perempuan yang menutup kedua matanya, melewati mayat tanpa kepala tersebut. Pria tersebut yang merupakan Zen, akhirnya memutuskan keluar dari sana karena mendengar beberapa orang akan memasuki tempat ini.

"Kamu bisa membuka matamu" kata Zen yang sudah beranjak jauh dari tempat kejadian tersebut. Dan perlahan, anak perempuan tersebut menurunkan tangannya yang menutup matanya.

"Jadi siapa namamu gadis cantik?" tanya Zen, karena dia memang belum sempat menanyakannya.

"M-Myu" jawabnya pelan.

"Myu ya... Baiklah, ayo kita keluar dari tempat ini" kata Zen dan dibalas anggukan oleh anak perempuan tersebut yang bernama Myu.

Sedangkan dipusat ledakan tersebut, seekor manusia kelinci dengan bringas mengalahkan beberapa orang yang mencoba menculiknya saat ini. Bahkan ketua kelompok ditempat ini, saat ini kondisinya sudah sangat memprihatinkan.

Disisi lain, beberapa suara ledakan terdengar juga, menandakan beberapa orang sedang bertempur. Manusia kelinci itu yang merupakan Shea, langsung tersenyum mendengar beberapa suara ledakan tersebut.

"Sepertinya yang lain juga sudah memulainya" jawab Shea.

Sedangkan ditempat lain, Ilwa saat ini sedang pusing karena, sisa monster yang dikalahkan Zen sebelumnya yang bertotal 10.000 yang akan dibawa kekota ini, dan akan dijadikan bahan yang berguna bagi Adventure Guild, tiba – tiba saja menghilang saat perjalanan ketempat ini.

Ilwa saat ini, sedang mencari beberapa dokumen tentang para adventure yang berada dikota ini, untuk ditugaskan menyelidikinya. Namun saat dia asik memeriksa dokumennya, suara ledakan yang sangat besar langsung membuatnya bersiaga saat ini.

"Ketu-" perkataan orang yang memasuki ruangan Ilwa terpotong.

"Cepat selidiki apa yang terjadi" kata Ilwa yang tidak menghiraukan apa yang disampaikan bawahannya itu.

"Baiklah ketua" jawabnya dan langsung menugaskan beberapa adventure yang berada disana menyelidiki suara ledakan tersebut.

Disisi lain, seorang pria yang saat ini menggendong seorang anak perempuan, sedang berjalan santai menuju tempat yang menjadi penyimpanan harta kelompok yang mengurung beberapa budak yang akan dijual saat ini.

"Siapa kamu, berhenti disana" kata salah satu penjaga tempat itu.

"Myu, tutup matamu oke" kata Zen.

Myu yang mendengar itu langsung mengangguk dan menggunakan kedua tangannya untuk menutup matanya kembali. Tindakan ini membuat Zen tersenyum, karena kelakuan Myu itu sangat imut saat ini.

Zen lalu mengeluarkan pedangnya dan menebas satu persatu orang yang berada disana saat ini tanpa tersisa satupun. Zen melakukan itu dengan tidak menimbulkan suara apapun, karena Zen tidak ingin Myu mendengar suara tentang apa yang dia lakukan, walaupun Myu mendengar suara seperti sebuah benda yang terjatuh.

Zen lalu menendang pintu yang menutup ruangan tersebut, dan melihat banyaknya koin emas, perhiasan dan harta berharga memenuhi tempat tersebut.

"Sepertinya Yuna akan sibuk" kata Zen sambil mengambil semua harta yang berada disana.

Setelah melihat tempat itu kosong, Zen lalu melesat dengan cepat untuk meninggalkan tempat tersebut.

"Myu, sekarang kamu bisa membuka matamu" kata Zen.

Myu sendiri yang perlahan menurunkan tangan yang menutup matanya sangat terkejut, karena saat ini dia sedang melayang dilangit saat ini dan sedang terbang.

"Bagaimana indah bukan?" kata Zen.

"Waaaaaa..... Sangat indah Papa!"