webnovel

ZEN: Didunia Fiksi

Seorang remaja pria yang meninggal karena menyelamatkan teman masa kecilnya. Remaja itu lalu ditemukan oleh sebuah cahaya dan diberikan kehidupan kedua, untuk menjelajahi dunia anime dengan system yang diberikan kepadanya. . . Perhatian: - Saya tidak memiliki karakter apapun yang ada didalam cerita ini. - Saya juga tidak memiliki gambar yang digunakan pada sampul. - Cerita ini akan beralur lambat namun kadang kadang cepat. - Saya adalah penulis baru, saya membuat novel ini hanya karena kesenangan semata dan untuk belajar. Jadi jika ada masukan, saya akan sangat amat terbuka untuk menerimanya.

AciaRhel · Tranh châm biếm
Không đủ số lượng người đọc
275 Chs

Mengungkapkan

Zen saat ini sudah berada disuatu ruangan dengan sebuah kaca yang menghalangi dirinya dengan apa yang ingin dia lihat untuk saat ini. Tidak hanya Zen, Asuna, Suguha, Sinon dan putrinya Yui berada disini saat ini.

"Mama" gumam Yui pelan melihat dua orang wanita yang dicintainya saat ini terbaring dengan sebuah alat menutupi kepala mereka berdua.

"Mamamu akan baik – baik saja Yui, percayalah kepada Papa" kata Zen menenangkan Yui saat ini.

Setelah Yui dan Asuna datang menjenguk Zen sebelumnya, akhirnya Suguha bersama Sinon juga datang karena Asuna memberitahukan kondisi Zen kepada mereka semua. Setelah Zen akhirnya diperbolehkan pulang, mereka sejenak menjenguk Lisbeth dan Silica terlebih dahulu.

"Bagaiamana kalau kita pulang sekarang, Lagipula aku dan Yui belum makan apapun sejak sampai disini" kata Asuna yang mengkhawatirkan putrinya saat ini.

"T-Tapi Yui masih ingin melihat Lisbeth Mama dan Silica Mama" kata Yui.

"Benar kata Mama Asuna Yui, sebaiknya kita pulang dan makan. Apakah kamu mau kedua mamamu itu bangun dan melihat kamu sedang sakit karena tidak makan?" kata Suguha membujuk Yui.

"Baiklah" kata Yui akhirnya menurut, karena menurutnya perkataan Mamanya ada benarnya.

"Baiklah, tapi sebelum itu mari menjenguk satu orang lagi sebentar" kata Zen.

Akhirnya mereka pergi kesuatu ruangan yang berbeda dengan berisi beberapa orang yang saat ini sedang berbaring dan menggunakan sebuah alat yang sama seperti Lisbeth dan Silica.

"Apakah Yuna akan baik – baik saja Zen?" tanya Asuna.

Asuna sendiri sudah mengetahui kematian Ayah Yuna dari Zen dan dia juga mendengar bahwa salah satu pelaku dari insiden ini merupakan teman masa kecilnya.

"Aku tidak tahu, tetapi saat ini dia belum mengetahui apapun." Kata Zen.

Yui sendiri saat ini sangat bingung, siapa wanita yang membuat Papa dan Mamanya saat ini khawatir.

"Apakah dia juga calon Mama baru Yui?" katanya didalam hatinya.

Akhirnya mereka semua pergi dari rumah sakit itu dan pergi kesuatu tempat untuk mengisi perut mereka masing – masing.

.

.

Seminggu sudah berlalu dari insiden pencurian ingatan kemarin. Pelacak Zen saat ini belum memancarkan apapun dikarenakan saat ini belum terkoneksi jaringan apapun.

Data dari Ayahnya Yuna berhasil ditemukan, namun sialnya dia tidak menyisakan data backup apapun dan hanya meninggalkan beberapa data tentang alatnya saja.

Zen saat ini sedang berada diapartemennya sambil menemani putrinya dan Asuna. Asuna semenjak ada Yui, dia sekarang memutuskan untuk tinggal bersama Zen. Orang tuannya sendiri tidak mempermasalahkan hal tersebut karena mereka sudah menyetujui hubungan Zen dan Asuna.

Suguha sendiri hendak ikut tinggal diapartemen Zen, namun dikarenakan dirinya yang masih sekolah, akhirnya dia hanya bisa berkunjung dan sesekali menginap diapartemen Zen tersebut. Sedangkan untuk Sinon, dia sama seperti Suguha namun tidak ikut menginap.

Lalu Lisbeth dan Silica terpaksa harus menggunakan alat Medicuboid dikarenakan saraf otak mereka sedikit terganggu akibat pencurian ingatan mereka, saat mereka sedang berada ditahap pengobatan.

Zen sendiri saat ini menunggu pelacaknya untuk kembali aktif, dikarenakan menurut beberapa berkas dari Ayahnya Yuna, untuk mengaktifkan kembali bank data ingatan tersebut, memakan waktu yang cukup lama karena banyak prosedur yang harus dilakukan.

Keesokan harinya Zen terbangun dari tempat tidurnya, namun tidak melihat siapapun didalam apartemennya.

"Kemana perginya mereka?" tanya Zen lalu mengambil smartphonennya dan menghubungi Asuna.

Akhirnya Zen bernafas lega karena mengetahui bahwa Asuna sedang mengajak Yui untuk berjalan – jalan berdua. Zen hendak menyusul mereka kesana, namun Asuna melarang karena ingin menghabiskan waktu bersama Yui hari ini.

Zen akhirnya memutuskan membersihkan dirinya dan mulai bersantai sejenak, namun tiba – tiba pintu apartemennya terbuka dan seseorang wanita memasuki apartemennya.

"Sinon?" kata Zen.

"Dimana Asuna? Katanya dia akan memberitahukan hal yang penting" tanya Sinon.

"Asuna saat ini sedang pergi bersama Yui" kata Zen.

"Benarkah, padahal dia yang memaksaku kesini. Bahkan dia masih menelfonku tadi" kata Sinon bingung.

"Duduklah terlebih dahulu Sinon, aku akan menghubunginya" kata Zen mempersilahkan Sinon untuk duduk dan berjalan untuk mengambil smartphonennya.

Namun saat dia mengambil smartphonennya dia melihat sebuah pesan yang berasal dari Asuna.

[Semangat mengambil hati Sinon.]

Asuna sebenarnya melakukan ini, untuk mengalihkan perhatian Zen sementara, dan membuat Zen menyatakan perasaannya kepada Sinon yang saat ini masih menunggu pengakuan cintanya.

Zen melihat pesan itu hanya tersenyum, karena ternyata semua ini sudah direncanakan oleh Asuna. Akhirnya Zen memutuskan kembali ketempat Sinon berada.

"Bagaimana Zen?" tanya Sinon.

"Asuna saat ini mempunyai urusan penting bersama Yui, jadi dia tidak bisa kembali" kata Zen.

"Hah.." kata Sinon sedikit kesal

"Apakah kamu mempunyai kegiatan hari ini Sinon?" tanya Zen.

"Sebenarnya aku ingin bertemu dengan Asuna lalu mungkin bermain dengan Yui setelah itu, namun kedua orang itu tidak ada" kata Sinon.

"Kalau begitu bagaimana jika kita berkencan?" kata Zen tiba – tiba.

Sinon mendengar perkataan Zen tersebut hanya melebarkan matanya karena terkejut. Namun Zen sudah meraih tangannya dan beranjak dari tempat itu.

"T-Tapi Zen.. T-Tunguuuuu" kata Sinon.

Dan disinilah mereka, disebuah taman. Zen yang masih berpegangan tangan dengan Sinon lalu mulai berjalan menikmati momen mereka ditempat tersebut bersama. Sinon saat ini mau tidak mau mengikuti pria yang mengajaknya tersebut.

Akhirnya mereka puas berkeliling sambil bercerita hingga waktu makan siang dimulai. Mereka akhirnya pergi kesebuah kedai makanan dan mulai memesan berbagai hidangan dan mengisi perut mereka berdua.

"Kita kemana setelah ini Zen?" tanya Sinon yang saat ini sudah mulai menikmati kencan mereka ini.

"Rahasia" kata Zen.

Setelah mereka selesai makan, Zen mengajak Sinon kesuatu tempat yaitu sebuah taman hiburan. Zen yang masih menggenggam tangan Sinon, akhirnya membeli tiket masuk taman hiburan tersebut dan bersama mereka mulai menikmati berbagai wahana disitu.

Zen dan Sinon mulai menaiki wahana yang ada di taman bermain ini satu persatu. Bisa terlihat Sinon saat ini sangat senang, karena dia sama sekali belum pernah menikmati hal seperti ini sebelumnya.

Mereka akhirnya bermain ditaman tersebut hingga sore dan Zen akhirnya mengajak Sinon untuk menaiki sebuah wahana terakhir.

Setelah Zen mengantri dengan Sinon, akhirnya mereka masuk kesebuah ruangan dari bianglala besar yang berada ditaman bermain ini. Zen dan Sinon saat ini sedang menikmati pemandangan indah yang bisa dilihat melalui bianglala ini.

Saat ini mereka berdua masih bergandengan tangan sambil menikmati pemandangan tersebut.

"Terima kasih Zen, aku sangat bahagia hari ini" kata Sinon sambil menatap Zen.

Namun Zen tidak menjawab Sinon namun menatap wanita itu dengan tatapan yang hangat dengan sebuah senyuman indah terukir diwajahnya yang tampan.

"Sinon, maukah kamu menjadi salah satu wanitaku?" kata Zen sambil meraih kedua tangan Sinon.

Sinon yang mendengar ini langsung melebarkan matanya akibat terkejut atas pengakuan cinta dari Zen tersebut. Sinon sebenarnya juga menyukai Zen, namun dia masih ragu karena Zen mempunyai banyak wanita disisinya.

"T-Tapi Zen" kata Sinon sambil menunduk.

Zen melihat itu mulai mendekat kearah Sinon dan meraih dagu wanita tersebut. Perlahan Zen mulai mendekatkan wajahnya kearah Sinon dan akhirnya bibirnya sudah menyentuh bibir dari Sinon.

Sinon sangat terkejut dengan tindakan Zen tersebut, namun dia mulai merasakan kehangatan dari ciuman tersebut dan mulai menutup matanya sambil menikmati ciuman mereka itu.

Cahaya matahari terbenam bisa terlihat menyinari pasangan yang sedang berciuman tersebut dan bisa dilihat sebuah siluet bayangan sepasang manusia saling berciuman berada dibelakang mereka.